"Beep.. !" Bunyi pesan WA yang baru dibalas oleh kekasihku, Â Om Arifin. Iya, seorang om-om, Â usianya selisih 18tahun denganku. "iya hun.. Kmu sehat? " , hanya sebatas itupun sudah mampu membuatku bahagia, beliau memang sudah beristri, Â beranak dua. Tapi, apakah cinta bisa disalahkan? Kami terpisah pulau, bagaimanapun keadaannya tidak pernah mengurangi kekagumanku pada nya, andai saja beliau masih sendiri tentu aku akan menjadi tawanan hati nya yang pertama.Â
Â
Beliau menemukanku saat aku terusir jauh dari cintaku, cinta yang ku rawat 4tahun lamanya, pada lelaki yang ku percayai mampu melindungiku, bahkan saat kuserahkan milikku yang berharga, laki-laki dengan sejuta bualan dan tipu muslihatnya. ah.. Masa bodo. Sekarang yang terpenting aku bahagia bersamanya, Â Om Arifin.
Â
Weekend ini, Â kami berjanji untuk jumpa, Â beliau akan menjemput ku di sisi jalanan ibu kota, meskipun harus menyebrang pulau akan ku tempuh untukmu kekasihku.
Â
Tiba di terminal, hujan mengguyur lebat, kulihat dari kejauhan sosok itu, seorang lelaki dewasa yang mengawasi sekitarnya, ku berlari menghampirinya, "ayang udah nunggu lama ya?", sapaku manja. Memang aku adalah sosok yang sangat manja. "gak kok, Â yuk buruan.. Kamu dah basah semua tuh, pake mantel ya? ", diberikan mantel yg sedari tadi melindunginya dari guyuran hujan deras sore itu. Berkilo-kilo meter jalan yang kami lalui, ku dekap erat tubuh lelaki suami orang, tapi aku tak mampu menghindari rasa ini, Â maafkan aku untuk wanita yang menantinya dirumah.Â
Â
"ayok masuk.. ", ucapnya membuyarkan lamunanku, kami telah tiba disebuah hotel dibilangan duren sawit. "mandi terus ganti bajunya, basah tuh semua nya.. Aku beli makanan dulu ya?". Dengan kepasrahan, Â ku anggukkan kepalaku.
Â
Beberapa saat kemudian ia kembali padaku, sosok ini yang selalu kurindukan, Â harum tubuhnya, lembut belainya, Â teduh kasihnya menciptakan kenyamanan. Beliau begitu memanjakanku, disuapin makan malam itu sesuatu sekali, berdua dengannya.. Â Malam ini milikku, malam yang kami habiskan berdua dibalik selimut hangat, iya sehangat cintaku padanya. Sekali lagi, maaf untuk hati yang tersakiti.
Aku tidak pernah menemukan yang seperti beliau, sosok yang dewasa, penyabar, perhatian dan yang mampu memperlakukan wanita dengan lembut. Aku benar-benar mencintainya, Â jiwaku serasa bangkit dari kematian, kuutarakan lagi isi hatiku, tak pernah lelah aku mengucapkan cinta tulusku tanpa embel-embel finansial dan segala tetek bengeknya. Tapi, selalu beliau jawab dengan lembut, bahwa ia tidak akan pernah mampu meninggalkan keluarganya.Â
Dikecupnya lagi kening ini, saat matahari menerobos masuk melalui celah tirai. "pagi sayang.. " . Keadaan seperti ini yang selalu  ingin  kudapatkan disetiap pagiku, disepanjang umurku.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H