Perusahaan teknologi harus pertama-tama terus mengembangkan alat pendeteksi deepfake yang lebih canggih. Seperti yang telah dilakukan oleh beberapa perusahaan besar, mereka harus meningkatkan algoritma deteksi deepfake yang berbasis ML dan visi komputer yang dapat menganalisis video dengan ketelitian tinggi. Algoritma ini harus dapat mengidentifikasi perubahan cahaya, kedipan mata, dan pola gerak wajah yang tidak sesuai, yang seringkali merupakan indikasi bahwa video tersebut telah dimanipulasi. Selain itu, perusahaan teknologi harus menyediakan alat ini secara luas untuk masyarakat dan penegak hukum.
Kedua, regulasi yang jelas tentang penggunaan teknologi deepfake harus dibuat oleh pemerintah dan pembuat kebijakan. Sangat penting untuk menerapkan hukuman tegas terhadap individu yang sengaja menyebarkan video deepfake dengan tujuan menipu, memfitnah, atau memecah belah masyarakat. Regulasi harus melindungi privasi dan hak-hak individu agar mereka tidak menjadi korban penggunaan deepfake yang merugikan. Di sisi lain, pemerintah harus bekerja sama dengan platform media sosial untuk memastikan bahwa konten yang disebarkan di sana telah diverifikasi.
Ketiga, platform media sosial sangat bertanggung jawab untuk menemukan dan memfilter konten deepfake sebelum disebarluaskan. Untuk melakukannya, mereka harus memperkuat kebijakan moderasi mereka dengan menggunakan teknologi Computer Vision. Selain itu, penting bagi platform media sosial untuk meningkatkan transparansi dengan memberikan peringatan pada konten yang dicurigai sebagai hasil dari manipulasi deepfake sehingga pengguna dapat berhati-hati sebelum mempercayai atau membagikan konten tersebut.
Keempat, masyarakat sangat berperan dalam memerangi penyebaran deepfake. Pendidikan tentang risiko deepfake dan cara membedakannya harus diperluas. Dengan memahami mekanisme deepfake, masyarakat dapat menjadi lebih waspada dan tidak mudah percaya pada informasi visual. Selain itu, semua orang harus lebih berhati-hati dengan apa yang mereka bagikan di media sosial, terutama saat kampanye politik atau konflik sosial terjadi.
Kelima, penegak hukum harus diperlengkapi dengan sumber daya dan teknologi yang diperlukan untuk menyelidiki dan menangani kasus deepfake. Untuk membantu penegakan hukum memerangi kejahatan digital dengan lebih baik, para ahli di bidang kecerdasan buatan dan visi komputer dapat dilibatkan.
Metode pencegahan ini dapat mengurangi risiko deepfake video. Meskipun teknologi visi komputer sangat penting, upaya pencegahan ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari semua pihak: pemerintah, perusahaan teknologi, media sosial, masyarakat, dan penegak hukum. Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan ini di era digital yang semakin kompleks, kesadaran kolektif dan tindakan nyata dari seluruh bagian masyarakat sangat penting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H