Mohon tunggu...
Ade T Bakri
Ade T Bakri Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka kopi

Adenyazdi.art.blog

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tradisi "Pou Hari" Memberi Makan Penguasa Laut di Kabupaten Alor

13 Agustus 2022   20:50 Diperbarui: 15 Agustus 2022   08:33 1685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:Festival Bahari Alor 2015. 2015 Merdeka.com

Sumber:2015 Merdeka.com/isn
Sumber:2015 Merdeka.com/isn

Setelah melakukan semua prosesi barulah sajian tersebut dibawa  menggunakan perahu ke laut untuk disajikan kepada penguasa laut.


Kalau kita menelisik akar dari tradisi ini, ia bukan sekadar ucapan syukur kepada laut yang telah memberi rezeki berupa ikan.


Sekadar pemberitahuan kepada Anda bahwa di Alor tepatnya di Alor kecil, pada bulan Mei dan September terjadi fenomena arus dingin, air laut seperti membeku sehingga ikan-ikan mati dan  terdampar ke bibir pantai. Nah, itu menjadi berkah bagi masyarakat di pesisir sehingga bulan-bulan itu bisa dikatakan bulan panen  ikan bagi masyarakat Alor.

Akan tetapi, saya  menduga tradisi Pou Hari merupakan sebuah cara yang dilakukan Suku Malolong untuk merekatkan kembali hubungan mereka dengan penghuni laut. Kenapa? Kalau kita dedah kata Pou dan Hari yang berarti memberi makan penguasa laut, maka dugaan saya sedikit mendekati benar, dan berkaitan dengan cerita keterpisahan kedua mahluk tersebut.

Kita tak bisa menafikan bahwa dunia ini tak hanya dihuni oleh mahluk yang nampak tetapi ada juga penghuni yang tak nampak oleh mata (gaib). 

Tradisi ini juga kalau kita telisik hampir sama dengan tradisi Larung Sesaji yang dilakukan masyarakat Blitar di kawasan pantai selatan. Larung sesaji selain sebagai ungkapan syukur masyarakat kepada laut yang telah memberikan rezeki. 

Ada  juga cerita yang berkembang di masyarakat bahwa Larung Sesaji merupakan bentuk persembahan kepada Mbok Ratu Mas yang berdiam di laut selatan. Ia juga dikatakan sebagai sosok yang memimpin keraton di alam gaib bawah laut, dan kemungkinan menurut masyarakat setempat  Mbok Ratu Mas adalah Kanjeng Ratu Kidul.

Bukankah kedua tradisi ini hampir ada kesamaan?

Kendati demikian saya berharap tradisi ini tetap terjaga dan lestari bukan hanya sampai pada generasi saya tetapi sampai kepada generasi  yang akan datang.

Kenapa tradisi ini penting untuk dilestarikan?

Menurut saya, pertama, tradisi Pou Hari tidak hanya sekadar cerita mistik hubungan antara mahluk laut dan manusia. Akan tetapi dalam tradisi ini juga memiliki makna filosofi-- bahwa dalam tradisi ini menunjukan hubungan yang erat antara manusia dan alam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun