Mohon tunggu...
Ade T Bakri
Ade T Bakri Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka kopi

Adenyazdi.art.blog

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tradisi "Pou Hari" Memberi Makan Penguasa Laut di Kabupaten Alor

13 Agustus 2022   20:50 Diperbarui: 15 Agustus 2022   08:33 1685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:2015 Merdeka.com/isn

Seram, bukan?

Kepercayaan itu tidak terjadi begitu saja tetapi itu sudah menjadi kearifan lokal. Ia berkembang melalui tutur dari generasi  ke generasi hingga kini.

Tatkala masih kecil saya pun mendengar cerita itu dari nenek saya. Ia bercita bahwa "Dahulu ketika Suku Malolong melakukan acara atau pesta adat, penghuni laut  diundang dan datang dan menghadiri acara atau pesta itu. Mereka naik ke daratan dan berwujud seperti manusia tetapi ada yang aneh pada wajah mereka, hidungnya  pesek mirip ikan tak seperti hidung manusia pada umumnya. Pun ketika penghuni lautan mengadakan  acara atau pesta, manusia juga diundang ke dalam lautan".

Namun, sayangnya hubungan saling menghadiri itu tak bertahan lama. Pasalnya ketidaktahuan salah seorang penduduk. Ketidaktahuan itu terjadi ketika seorang penduduk yang barangkali bukan orang dari suku Malolong  tidak sengaja menyakiti anak dari penghuni laut. 

Bermula di sebuah pesta, salah seorang penduduk itu  mendengar  suara tangis bayi dari  dalam kain gendongan bayi yang digantung, karena peduli ia mendekati kain gendongan itu untuk menenangkan bayi yang menangis tersebut, tapi apa yang ia temukan dalam gantungan ternyata bukan bayi. 

Akan tetapi seekor ikan merah yang ada di dalam gantungan itu. Karena ia menyangka itu adalah ikan, ia mengambil dan membawa ke dapur mau dibuat lauk. 

Namun apa yang terjadi, seorang perempuan datang menghampirinya kemudian dengan nada marah berkata " Kenapa kamu mengambil bayi itu, dia anak saya!" Saya sudah beritahu ke yang lain bahwa apabila mendengar suara tangisan bayi dalam gendongan cukup digoyang saja untuk mendiamkan bayi itu, jangan melihat ke dalam gendongan.

Pendek kata akibat ulah salah seorang penduduk itu, penghuni laut marah dan meninggalkan pesta, kembali ke laut. Kini ketika ada pesta atau acara, penduduk laut tak lagi datang menghadiri, begitu sebaliknya.

***

Tradisi Pou Hari dilakukan Suku Malolong pada bulan-bukan tertentu. Sebelum ke laut Suku Malolong menyiapkan sajian seperti ayam, kambing, pinang, dan tembakau kemudian mereka melakukan doa dan ritual. 

Sumber:2015 Merdeka.com/isn
Sumber:2015 Merdeka.com/isn

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun