Umpamanya, saya yang sedang menulis tulisan ini, apabila saya memilih untuk bunuh diri saat ini, saya kuasa melakukan itu. Pun, saya juga kuasa untuk tidak melakukan itu.
Namun,  ketika saya  memilih tidak melakukan itu, Apakah saya akan tetap hidup? Tentu, tidak. Mengapa? Walaupun saya menunda kematian, lambat -laun saya pun akan mati. Dan tanpa disadari saya telah memilih kematian dalam bentuk yang lain.
Semisal dalam hal makan. Dengan menjaga pola makan yang sehat, tidak menjamin saya akan tetap hidup. Sebab, dalam makan pun saya telah memilih syarat untuk aktualnya kematian. Dengan makan Sel-sel tubuh  akan terus berkembang, menua hingga akhirnya  mati.  Pun ketika saya memilih tidak makan.
Bagi saya, segala sesuatu yang terjadi pada kita, merupakan pilihan kita, bukan karena kebetulan.
Seperti halnya dengan kematian, takada kematian karena kebetulan, kematian merupakan pilihan kita.
Ketika kita melangkahkan kaki keluar dari rumah, apapun yang menimpa, terjadi pada kita adalah atas pilihan kita. Baik itu yang mendatang kesenangan maupun kesedihan.
Intinya, kematian merupakan ikhtiar (pilihan) kita, sadar atau pun tidak sadar.
Peran Tuhan dalam kehidupan dan kematian  Kita
Syahdan, kalau kita bercermin pada kejadian tentang musibah kematian yang menimpa  orang-orang di sekeliling kita, baik itu kematian karena tertabrak mobil, tertimpa reruntuhan bangunan, kecelakaan pesawat terbang, kematian kerena menua dan lain sebagainya.
Seakan-akan kematian bukanlah kuasa kita, tetapi merupakan kuasa Tuhan. Â Akan tetapi Kalau kita sejenak merenungi, selain peran Tuhan, kita pun berperan dalam kematian kita, seperti sudah saya singgung sedikit dalam penjelasan saya di atas.
Lalu apa sih peran Tuhan dalam hidup dan mati kita?