Aku tak pernah memilih untuk dilahirkan. Kelahiranku merupakan pilihan orang tua ku. Akan tetapi, Aku sadar bahwa menjalani kehidupan merupakan pilihan. Begitupun dengan kematian.
Seandainya kita mampu memilih untuk dilahirkan. Tentu, kita bisa menentukan siapa yang  melahirkan kita, di mana kita akan dilahirkan dan kapan  kita dilahirkan.
Akan tetapi, kesemua itu bukanlah kuasa kita, itu merupakan  pilihan orang tua kita. Yang kita tahu bahwa, kita telah berada di dunia  ini,  dari orang tua ini, berasal dari sini, dan telah dipilihkan agama ini.
Maka dari itu, walupun kelahiran bukan pilihan, tetapi menjalani hidup merupakan pilihan kita, Mengapa? Ya, karena kita sudah berada di dunia ini. Kita bisa saja memilih untuk tidak menjalani hidup (memilih mati) atau menjalani hidup, kita berkuasa atas kedua hal itu.
Sadar atupun tidak sadar, kematian merupakan pilihan kita
Apa itu Mati? Dalam KBBI: ma·ti v 1 sudah hilang nyawanya; tidak hidup lagi.
Apapun itu, ketika nyawa/jiwa tak lagi berada dalam tubuh/fisiknya, ia dikatakan mati. Misalnya batu, kita katakan mati kerena pada batu tak memiliki jiwa. Pun dengan manusia ketika telah lepas jiwanya, kita katakan mati, atau sama dengan benda mati.
Intinya setiap sesuatu yang memiliki jiwa akan mengalami yang namanya kematian.
Sehingga Kematian merupakan sebuah keniscayaan bagi yang bernyawa. Akan tetapi, bagaimana mati, kita dapat memilihnya.
Mengapa?
Ketika kita telah memilih menjalani hidup, secara otomatis kita pun telah memilih untuk mati, dengan cara apapun.
Umpamanya, saya yang sedang menulis tulisan ini, apabila saya memilih untuk bunuh diri saat ini, saya kuasa melakukan itu. Pun, saya juga kuasa untuk tidak melakukan itu.
Namun,  ketika saya  memilih tidak melakukan itu, Apakah saya akan tetap hidup? Tentu, tidak. Mengapa? Walaupun saya menunda kematian, lambat -laun saya pun akan mati. Dan tanpa disadari saya telah memilih kematian dalam bentuk yang lain.
Semisal dalam hal makan. Dengan menjaga pola makan yang sehat, tidak menjamin saya akan tetap hidup. Sebab, dalam makan pun saya telah memilih syarat untuk aktualnya kematian. Dengan makan Sel-sel tubuh  akan terus berkembang, menua hingga akhirnya  mati.  Pun ketika saya memilih tidak makan.
Bagi saya, segala sesuatu yang terjadi pada kita, merupakan pilihan kita, bukan karena kebetulan.
Seperti halnya dengan kematian, takada kematian karena kebetulan, kematian merupakan pilihan kita.
Ketika kita melangkahkan kaki keluar dari rumah, apapun yang menimpa, terjadi pada kita adalah atas pilihan kita. Baik itu yang mendatang kesenangan maupun kesedihan.
Intinya, kematian merupakan ikhtiar (pilihan) kita, sadar atau pun tidak sadar.
Peran Tuhan dalam kehidupan dan kematian  Kita
Syahdan, kalau kita bercermin pada kejadian tentang musibah kematian yang menimpa  orang-orang di sekeliling kita, baik itu kematian karena tertabrak mobil, tertimpa reruntuhan bangunan, kecelakaan pesawat terbang, kematian kerena menua dan lain sebagainya.
Seakan-akan kematian bukanlah kuasa kita, tetapi merupakan kuasa Tuhan. Â Akan tetapi Kalau kita sejenak merenungi, selain peran Tuhan, kita pun berperan dalam kematian kita, seperti sudah saya singgung sedikit dalam penjelasan saya di atas.
Lalu apa sih peran Tuhan dalam hidup dan mati kita?
Saya percaya, selain pilihan sadar ataupun  tidak. Ada kekuatan lain yang selalu berperan dalam hidup dan mati kita, yaitu Tuhan. Mengapa?  Sebab, banyak hal yang  tidak kita sadari, tetapi lewat kuasa tak terlihat (gaib). Tuhan menolong kita, menunda kematian, yang tidak kita ketahui.
Misal, ketika kita hendak bepergian. Kita bisa menentukan kapan kita sampai ke tempat tujuan, dengan kendaraan apa kita gunakan, melewati jalur mana dan lain sebagainya. Akan tetapi tidak semua hal bisa kita perkirakan, seperti tiba-tiba kita mengalami kecelakaan, tertabrak mobil dan lain-lain yang tidak terpikir oleh kita.
Namun, karena masih diberikan kesempatan untuk hidup, Tuhan menangguhkan kematian kita, seperti telat bangun karena ketiduran, ada urusan dadakan sehingga membatalkan kepergian dan lain sebagainya
Sehingga pesawat atau kenderaan yang hendak kita tumpangi, tak jadi kita tumpangi.
Kita mungkin akan menggerutu karena tak jadi berangkat,  karena hal-hal tadi. Namun apabila kita mendapat kabar bahwa pesawat atau kenderaan yang tak jadi tumpangi itu mengalami kecelakaan, barulah kita tersadar dan menghapus dada, lalu membatin, untung tak jadi berangkat menggunakan kenderaan  tersebut.
Bukankah  itu merupakan pertolongan Tuhan yang tak kita sadari?
Akan tetapi, bagaimana kalau kita belum ingin mati, tapi Tuhan menginginkan kematian kita dengan cara yang kita taksadari?
Pada dasarnya takada cara yang tidak kita sadari, baik sadar dan tak sadar merupakan pilihan kita. Tepatnya kita yang memilih, tetapi dalam pengetahuan dan kuasa Tuhan.Â
Bagi saya, seharusnya kita bersyukur ketika kita dipanggil Tuhan. Mengapa? Ketika kita dipanggil oleh Artis yang kita cintai atau Tokoh yang kita kagumi saja senangnya bukan main, Â masa dipanggil Tuhan kita ketakutan. Hehe
Pendeknya. kematian bukanlah akhirnya segalanya. Namun kematian merupakan permulaan  dari kehidupan yang baru.Â
Seperti metamorfosis kupu-kupu, mati sebagai ulat, hidup sebagai kepompong, mati sebagian kepompong, hidup sebagai kupu-kupu dan seterusnya.
Lebih jelasnya sila baca disini: https://www.kompasiana.com/adebakri/5f3b8116d541df207554b762/mati-bukanlah-sebuah-akhir-kehidupan
Dengan demikian yang bisa kita lakukan sebagai manusia adalah menunda kematian bukan menghentikan kematian. Sebab, Lambat atau cepat kita pasti akan mati.
Setiap gerak, pilihan -pilihan  kita di dunia ini adalah jalan menemui  kematian, jadi tersenyum lah ketika disambut kematian.Â
Untuk yang telah mendahului kami dalam kematian, sampai berjumpa di Alam sana.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H