Mohon tunggu...
Ade T Bakri
Ade T Bakri Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka kopi

Adenyazdi.art.blog

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Ibu dan Larangan Merayakannya

22 Desember 2020   07:00 Diperbarui: 22 Desember 2020   15:42 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Vidio tersebut, di share (bagikan) di media sosial oleh orang-orang yang menganggap hari ibu adalah bagian dari perayaan orang-orang kafir. 

Sehingga dengan membagikan vidio ceramah tersebut, barangkali mereka menganggap telah menjalankan amal ma'ruf (mengajak pada kebaikan) nahi munkar (mencegah pada kemungkaran). 

***

Seperti yang sudah saya sebutkan di atas.  Salah satu vidio ceramah yang beredar tentang pelarangan merayakan Hari ibu tersebut. Sempat saya tonton dan menurut saya, jawaban Ustaz dalam ceramah tersebut kelihatan "aneh".

Mengapa saya mengatakan demikian? 

Dalam vidio yang saya tonton tersebut,
Menampilkan  salah seorang Ustaz berinisial S,  sedang membaca tulisan di sebuah kertas yang berupa pertanyaan dari salah seorang jamaahnya. 

Begini bunyi pertanyaan nya: Hari ini adalah hari ibu, di Indonesia dirayakan pada tanggal 22 Desember. Bagaimana hukum merayakannya? 

Ustaz itu menjawab.  tak boleh merayakan hari ibu, karena siapa yg mengikuti kebiasaan orang kafir, dia kafir (Dia pun kemudian mengutip sebuah ayat).

Setelah menjawab pertanyaan pertama, dia membaca pertanyaan selanjutnya. Apakah boleh membelikan hadiah untuk ibu di hari ini(hari ibu)? 

Ustaz itu lalu menjawab, memberikan hadiah itu harus setiap hari. saya memberikan hadiah setiap hari kepada ibu saya. Jangan hanya sekali setahun. Jangan ikut-ikut tradisi orang kafir. 

Pendek nya. Dari dua pertanyaan di atas  dan juga jawaban dari Ustaz tersebut. Kita yang berpikir, akan bertanya. Kalau setiap hari boleh memberikan hadiah?
Terus kenapa dengan hari ini?. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun