Sebenarnya perilaku kami di ketahui oleh tuan rumah, Tapi sengaja di biarkan. Barangkali bagi tuan rumah, kebahagiaan itu ketika kuenya dihabiskan. Apalagi dihari Natal yang penuh berkah dan kasih.
Natal begitu sangat membekas dalam hati, membentuk kenangan yang terus teringat dan terkadang membuat tersenyum ketika mengingat kenangan semasa itu.
Itulah, sebuah kenangan yang tak terlupakan dihari Natal dan tahun baru. Kenangan itu, muncul/terbayangkan dalam benak, ketika mendengar lagu-lagu yang di putar menjelang hari Natal.
Setelah dewasa, saya baru tahu bahwa kenapa perbuatan kami mengambil kue itu di biarkan, malah ketika kami pamit pulang, kami masih diberikan bungkusan yang isinya kue dan minuman.
Ternyata Bagi mereka yang merayakan Natal. Natal menjadi bermakna ketika kasih Yesus dimanifestasikan dalam perbuatan kasih sayang, berbagi dengan sesama mempererat tali persaudaraan dan menyebarkan cinta dan kasih untuk semua.
Namun, Waktu itu bagi kami Natal merupakan hari libur panjang. banyak kue. Kacang, minuman sirup, dan film kartun menghiasi acara televisi.
**
Dimasa itu adalah hari yang paling membahagiakan, Melewati masa kecil kami dengan lingkungan penuh dengan kerukunan, persaudaraan dan toleransi.
Tak terdengar kata kafir-megkafirkan, haram mengucapkan natal dan lain sebagainya. kami tak butuh dan tak peduli tentang itu, dipikiran kami, mereka adalah saudara walupun bukan Se-Agama..
Teringat kata Imam Ali bin Ali Thalib:
Yang bukan saudaramu seiman, adalah saudara dalam kemanusiaan.”
#kitadengkita
Selamat Memasuki Hari Natal dan Tahun Baru