Mohon tunggu...
Ade T Bakri
Ade T Bakri Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka kopi

Adenyazdi.art.blog

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelajaran Hidup dari Bebek

3 November 2020   16:12 Diperbarui: 3 November 2020   22:02 1679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar:hobiternak.com

Tuhan menciptakan Alam semesta  beserta isinya bukanlah tanpa sebab. Pasti memiliki maksud dan tujuan.

Manusia, hewan, tumbuhan, gunung, laut, hutan dan segala realitas yang tampak oleh Indra. Apabila kita merenungi atau berpikir dengan jernih, akan mengantarkan kita pada pahaman tentang pencipta. Kita pun akan memahami bahwa, semua yang di ciptakan memiliki maksud dan tujuan.

Keteraturan yang ada pada Alam semesta, membuktikan pada kita bahwa, penciptaan terjadi bukan kebetulan belaka atau asal-asalan.

Meminjam istilahnya Einstein. Tuhan tidak sedang bermain dadu. Maksudnya Tuhan tidak menciptakan atau menggerakkan alam semesta seperti anak kecil yang bermain melemparkan dadu secara acak. Tapi semesta ini bersifat pasti dan teratur.

Apabila kita berpikir dan Merenungi setiap hal yang ada, dan yang terjadi di alam, kita akan mendapatkan pelajar dan juga hikmah.

Seperti yang di ungkapan dalam Al-quran:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, bahtera-bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan (suburkan) bumi sesudah mati (kering)-Nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; (pada semua itu) sungguh terdapat tanda-tanda (pelajaran)bagi kaum yang berakal.” (Q.S. Al-Baqarah ayat 165 )

***

Berbicara mengenai keteraturan dan juga pelajaran yang di petik atau ambil dalam penciptaan Tuhan.

Dalam tulisan ini, saya akan menceritakan pelajaran tentang sifat “kerendahan hati. Dalam arti mampu menahan diri.

Kita tentu sering mengambil atau mendengar pembelajaran, nasihat, tauladan, dari sesama kita, manusia. Tapi, mungkin tak semua dari kita mengambil pelajaran dari bintang. Pelajaran tentang sifat alamiah bintang, yang biasa kita temukan di sekeliling kita.

Di kampung saya, ada sebuah tradisi /kebiasaan yang dilakukan orang tua( tetua).  Berupa petuah (nasehat) orang tua kepada pengantin.

Biasanya, selepas acara pernikahan. Sebelum mempelai perempuan di boyong ke rumah mempelai laki-laki. Kedua mempelai akan di dudukan di hadapan seorang tetua. Kemudian tetua tesebut akan memberikan patuah/nasehat kepada kedua mempelai itu.

Petuah berupa menjaga keharmonisan, saling mencintai hingga maut menjemput, dan juga petuah tentang kehidupan yang di ambil dari karakter/ sifat binatang di sekeliling kita.

Ada sebuah petuah yang  terdengar lucu.  “Belajarlah dari Bebek”. Saya sempat tertawa mendengar kata-kata itu.

Namun ketika saya mendengar penjelasan itu. Saya jadi mengangguk-anguk, pertanda paham.

Katanya. Kalau mau mengetahui  sifat “rendah hati”. Lihatlah karakter/sifat bebek.

Kata Bebek, tentu tidak asing terdengar di telinga. kita tahu bersama, bahwa bebek merupakan sejenis burung atau unggas  yang hidup dan tinggal di dekat manusia. Bebek juga dipelihara untuk diambil daging dan telurnya.

Akan tetapi, di daerah saya, ketika kita menyebutkan nama bebek, orang akan mengatakan bahwa bebek itu seperti yang ada pada gambar di atas.  Sedangkan itik bisa anda lihat pada gambar di bawah ini.

sumber gambar:kompas.com
sumber gambar:kompas.com

Saya tidak akan berlama-lama menjelaskan panjang lebar tentang ciri dan juga jenis bebek. Fokus tulisan sama adalah pelajaran yang bisa kita petik dari bintang satu ini.

Nah,  Pernahkan anda perhatikan  karakter ayam dan bebek ketika bertelur?
Coba anda perhatikan tingkah ayam dan bebek kalau hendak bertelur.

Misalnya ayam. ketika ayam hendak bertelur. Suara ayam betina yang hendak bertelur, pasti terlihat atau terdengar ributnya bukan main. Suara “kotek”nya, seolah memberitahu bahwa ia sedang bertelur. Begitupun ketika selesai bertelur.

Berbeda dengan bebek. Coba kita perhatikan kalau bebek mau bertelur. Bebek yang saya maksud seperti gambar paling atas. Ketika bertelur, tak terdengar suara ribut seperti ayam. Begitu juga setelah selesai bertelur.

Menyangkut dengan Sifat kedua bintang itu. Kata orang tua, tirulah  bebek.  

Dalam kehidupan berumah tangga. Ketika mendapatkan kelebihan rezeki. Ikutilah sifat Bebek. Tetaplah rendah hati, jangan seperti ayam yang harus berteriak  (kotek) memberitahu kesemua orang bahwa kamu memilki kelebihan rezeki.

Begitu pun, ketika mendapatkan masalah dalam rumah tangga. Janganlah seperti ayam yang berteriak (kotek) mengumbar aib dalam rumah tanggamu.

Tirulah Bebek. Ketika hendak bertelur, Bebek tak pernah bersuara memberitahukan bahwa ia sedang bertelur. Begitu juga selepas ia  bertelur.

Apapun masalah yang menimpa rumah tanggamu. Tetaplah  rendah hati, bersikap tenang dan sabar menghadapi nya. Jangan dikit-dikit mengungkapkan masalah dan memberitahu kan masalah mu ke orang lain. Apalagi sampai mengumbar masalah rumah tanggamu di Media sosial.

Jangan seperti ayam, yang ketika mendapatkan makanan/rezeki ia tak langsung memakannya tapi Mengais-ngais dahulu. Itu menandakan tidak ada rasa syukur ketika mendapatkan rezeki.

Tirulah Bebek.  Ketika mendapatkan makanan, tak Mengais-ngais nya. Tapi memakan nya.

Dalam rumah tangga mu. Ketika suami memperoleh rezeki yang halal, lalu di berikan kepadamu terimalah dengan rasa syukur. Jangan menghitung-hitung sedikit dan banyaknya (seperti ayam Mengais-ngaisnya). Tetapi syukuri apa yang telah di dapat dan berikan.

Kata orang tua, belajar dari Bebek. Ketika segala sesuatu yang di dapat itu, dilandasi atas atas syukur. Menerima semua persoalan dengan labang dada. Akan menciptakan kehidupan yang tentram, damai; dan dengannya itu,  membuat keluarga menjadi langgeng hingga maut menjemput. 

Hal di atas menjadi petunjuk untuk kita bahwa pelajaran tentang kehidupan tidak hanya kita dapat melalui bangku pendidikan, atau sesama kita manusia. Tapi juga bisa kita dapatkan lewat alam, atau mahluk lainnya, seperti binatang

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa segala sesuatu yang di ciptakan oleh Tuhan. Bukanlah tanpa tujuan atau asal-asalan, tapi dalam ciptaan itu, kita dapat mengambil pelajaran. Seperti Sifat rendah hati dari bebek yang di ceritakan oleh tetua tersebut.

Akhirnya kata. Saya mengutip ayat dari Alquran tentang keistimewaan binatang yang padanya Tuhan berikan wahyu.

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS An Nahl: 68-69)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun