Sebenarnya saya tak begitu tertarik membahas soal- soal politik, namun beberapa hari ini media sosial seakan di hebohkan dengan pernyataan Giring Ganesha. Pernyataan pencalonan dirinya sebagai Capres 2024.
Menurut saya pernyataan tersebut biasa saja, tidak ada yang spesial untuk di jadikan trending.
Mengapa?
Ya, wajar sajalah, itu merupakan hak politik nya sebagai warga negara Indonesia. Ia boleh mencalonkan dirinya sebagai legislatif maupun yudikatif selama tidak menyalahi undang-undang.
Yang menjadi persoalan adalah kalau pernyataan itu di "persoalkan" Akhirnya muncul ragam pendapat tentang pencalonan dirinya tersebut.
Seandainya, media-media nasional tidak mengangkat berita pencalonannya, Kira-kira apa yang terjadi?
Mungkin, walaupun Balihonya di pajang, saya rasa kita hanya tahu bahwa Giring Ganesha hanyalah seorang Musisi dari Grup Band Nidji. Hehe
Saya membaca pemberitaan media sosial, beberapa Pengamat politik, terkesan ragu akan kapasitas seorang Giring Ganesha. Keraguan itu di karenakan pengalamannya dalam dunia politik dan birokrasi masih sangat minim, apalagi latar belakangnya hanyalah seorang musisi.
Kendati banyak yang meragukan kapasitas seorang Giring Ganesha, Sebagai pemuda seperti dirinya, saya menyukai semangat dan sifat optimistis nya.
Saya setuju dengan kata-katanya, dalam situs Terkini.Id, saya membaca pernyataan Giring Ganesha yang saya anggap menarik, di situ Giring berkata:
Saya sadar ini nggak akan mudah. Saya justru terjun masuk ke dunia politik pada saat banyak anak muda nggak suka, sinis, atau pesimis pada politik,” ujar Giring
Kita boleh aja benci politik, tapi suka nggak suka, banyak keputusan penting yang terkait diri kita diambil melalui sistem politik,” sambungnya.
Oleh karenanya, hanya ada dua pilihan untuk generasi muda yakni diam atau terlibat dalam keputusan politik tersebut.
Bagi saya dan anak muda lainnya, ada dua pilihan. Diam dan melihat orang lain yang menentukan masa depan, atau turun dan terlibat menentukan masa depan kita sendiri,” ujar Giring.
“Saya memilih untuk turun dan terlibat. Saya percaya anak muda harus melibatkan diri untuk terjun dalam dunia politik,” sambungnya.
Kata-kata di atas bagi saya adalah sebuah pesan yang baik untuk generasi muda. Dari kata-katanya tersebut, saya melihat adanya keseriusan Giring Ganesha.
Saya teringat ucapan Bertolt Brecht seorang penyair Jerman: "Buta terburuk adalah buta politik, orang yang buta politik tak sadar bahwa biaya hidup, harga makanan, harga rumah, harga obat, semuanya bergantung keputusan politik. Dia membanggakan sikap anti politiknya, membusungkan dada dan berkoar 'aku benci politik! Sungguh bodoh dia, yang mengetahui bahwa karena dia tak mau tahu politik, akibatnya adalah pelacuran, anak terlantar, perampokan, dan yang terburuk korupsi dan perusahan multinasional yang menguras kekayaan Negeri.
Dengan demikian, menurut saya Giring Ganesha tidak sedang mencari sensasi atau sekedar mengangkat popularitas partainya.
Seperti yang di katakan Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio. Ia
menilai, keinginan Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha, untuk mencalonkan diri sebagai bakal calon presiden merupakan bagian dari sebuah strategi besar untuk meningkatkan popularitas PSI. (Kompas.com, Selasa 25/8/2020)".
Tapi di situ saya melihat adanya keseriusan dari seorang Giring Ganesha, barangkali dari pengalamannya sebagai pengurus partai, ia melihat adanya ketimpangan di tengah-tengah masyarakat. Sehingga tergerak hatinya untuk terlibat langsung, bukan hanya sebagai seorang pengamat, tapi mengambil peran sebagai seorang kepalanya Negara, agar bisa menciptakan kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sekali lagi sebagai seorang "Pemuda" Saya memaklumi Itu.
Salam Kebajikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H