Catatan, disini dipakai terjemahan Indonesia “wali” untuk kata “auliya”. Kemudian kita bandingkan lagi dengan isi Surah 5:57.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.”
Perhatikan bahwa Surah 5:57 ini adalah gabungan penjelasan dari surah 5:51 yang menyebutkan obyeknya adalah Nasrani dan Yahudi didalam 5:57 ini menggunakan terminologi ahli kitab (orang yang diberi kitab sebelummu) bukan dalam pengertian umum atau general, tetapi dengan kriteria tertentu, yaitu mereka yang menjadikan agamamu sebagai bahan ejekan dan permainan dan orang-orang kafir. Lalu siapakah orang-orang kafir itu? Pertanyaan ini bisa menjadi bahan diskusi yang panjang yang tidak akan dibahas disini. Intinya orang-orang kafir itu ada di semua golongan baik golongan yang menamakan dirinya ahli kitab (Nasrani dan Yahudi), maupun yang menamakan dirinya Muslim. Demikian juga orang-orang beriman ada dalam kelompok Ahli Kitab juga dalam kelompok Muslim. Lihat
Al bayyinah(98) :1, “Orang-orang kafir dari golongan ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,”
Al Baqarah(2):62,”Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Al Maidah (5):69,” Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Bila kita renungkan ayat-ayat diatas istilah “KAFIR” itu bukan diberikan pada kelompok, tetapi deskripsi dari perilaku orang per orang. Meskipun seseorang mengaku Muslim dia bisa juga disebut Kafir jika mengingkari petunjuk dan instruksi Tuhan. Koruptor, penindas rakyat, tidak bersikap adil, munafik, membela koruptor, tidak menyantuni anak yatim dan miskin, curang dalam perdagangan, menyekutukan Tuhan bisa disebut “KAFIR” karena semua perbuatan itu dilarang keras oleh Tuhan.
Tuhan itu tidak berpihak pada Partai, Madzab, atau Kelompok Ormas, tetapi berpihak pada orang yang beramal baik dan murka kepada orang jahat sesuai kriteria yang sudah ditetapkanNYA dalam Kitab.
Lalu siapa lagi yang akan mengklaim bahwa hanya kelompoknya yang akan masuk surga? Emang surga itu milik nenek-nya.Lol
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H