Sudah tujuh hari Reni tidak masuk kantor , ia ambil cuti tahunanya. Reni cuti untuk menenangkan diri. ia ingin  mencoba instrospeksi diri dan mencoba berfikir tenang untuk menentukan keputusanya.Â
Selama lima hari ini juga suaminya selalu marah, memaki dan menyindirnya. Bertambah hari sikap Fian semakim kasar kepadanya, mengintimidasi dan melontarkan tuduhan-tuduhan buruk yang tidak Reni lakukan.Â
Reni tahu ia salah, ia telah melakukan  perselingkuhan, tapi ia  selama ini Reni masih menjaga batasan-batasannya, ia bertemua  sekedar untuk ngobrol langsung atau sekedar  ngobrol melalui ponsel dan tidak seperti yang Fian tuduhkan kepadanya.
Hari ke-enam Fian sudah mulai tenang, ia mulai mau mengajak Reni membicarakan tentang hubungan ini dengan nada tenang. Ia menanyakan kepada Reni kenapa Reni tega berbuat seperti ini di belakangnya.Â
Reni pun  menjawab," Maaf pa, selama ini mama tertekan dengan sikap papa yang posesif, dan setiap ada masalah selalu emosional, selalu melakukan hal kasar baik omongan dan tindakan, bukanya Papa bisa bicara baik-baik ke mama," kata Reni dengan nada sedih dan  kesal. Reni merasa tidak bisa menerima sikap suamiku selama ini, ini bukan kali pertama Fian marah luar biasa.Â
Sebelumnya sering Fian marah-marah untuk hal-hal sepele yang bisa dibicarakan baik-baik. Reni sudah tidak kuat dan ingin segera mengakhiri hubungannya bersama Fian.  Mendengar keinginan Reni, Fian merasa terpukul untuk kedua kalinya,  emosinya  meledak kembali Fian mencoba menenangkan emosinya sendiri.Â
Fian  terdiam sejenak, terlihat wajahnya sedih ,  ia menatap Reni dan memegang tangannya. lalu ia berkata " kamu yakin mau berpisah denganku, lalu kamu mau menikah dengan bapak itu?"  tanya Fian dengan nada suara ia tekan.Â
Reni menjawab dengan singkat "ya," dalam benaknya berkata betapa jahatnya aku mengatakan ini. Reni  dengan penuh kesadar ucapkan kata-kata  itu pada suaminya yang mencintainya dengan segala kekurangnya. Tapi sepertinya Reni sudah di butakan cinta, semua kata hatinya sudah tidak ia dengar lagi.
Sejenak Fian menundukan kepalanya menutupi kesedihanya, mungkin ia juga mulai menyadari atas sikapnya selama ini.Â
Akhirnya ia berkata "baiklah kita akan bercerai, dan kuijinan kamu nikah dengan pilihanmu, tapi dengan syarat, tidak saat ini, tapi tunggu satu tahun  depan, aku ingin kamu mengenalnya lebih dalam, karena aku tidak mau, kamu salah memilih pasangan, atau kamu hanya dipermainkan." Reni menyetujui keputusan Fian suamiku. Akhirnya mereka sepakat untuk bercerai tahun depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H