TUJUH
KEMARAHAN FIAN MEMUNCAK
Suaminya memanggilnya dengan  suara agak keras, Ma..sini sebentar, papa mau tanya!" Reni pun segera menuju ke arah suaminya, di tariknya tangan Reni dan ia tunjukan pesan singkat yang di kirim  Pak Rio kepadanya "ini apa pesan dari siapa dan apa maksudnya ma?"  ia kembali membentak Reni.Â
Reni hanya mampu  diam, Reni cukup tahu dan sadar, apa yang Reni perbuata adalah kesalahan besar, maka Reni hanya bisa meneteskan air mata, tak ada kata-kata yang bisa keluar dari mulut Reni.Â
Rasa takut dan bersalah  menekannya sedemikian rupa.  "Ini rupanya yang kamu buat d ibelakangku ma, sudah berapa lama mama jalin hubungan gelap ini ma?" kata Fian dengan nada tinggi .Â
Reni tidak mampu mejawan apapun,  Reni terus berurai air mata menetes di pipinya begitu deras. "Apa maumu ma, coba bilang ke papa, jangan menangis dan diam saja. Kenapa  mama  berselingkuh , kenapa"? kata Fian  sekali lagi masih dengan nada tingginya.
Reni tidak menjawab sepatah katapun. Akhirnya  Fian meninggalkan Reni dengan amarah dan membawa ponsel Reni.  Reni tidak bisa membendung air matanya, di sisi lain ia menyadari kesalahanya, tapi disisi yang lainya lagi Reni merasa bahagia bersama Pak Rio. Air mata terus mengalir di pipi Reni, isak tangisnya menunjukan kesedihan yang teramat dalam. Â
Reni sedih,  bingung , dia merasa tidak suka diperlakukan seperti ini. Selama ini Reni selalu setia menemaninya dalam suka dan duka, tapi setelah empat belas  tahun lebih pernikahan ini Reni sudah tidak tahan lagi.dengan sikap kasar dan kecurigaan yang berlebihan membuatnya ingin pergi darinya.  Reni cari sosok lain selain dirinya, yang ia harap bisa menenangkan, melindungi dan menyayanginya. Reni menemukan semua pada diri pak Rio.
Pak Rio yang selalu tenang, tutur katanya yang halus, senyumnya yang sesekali terulas dan yang pasti selalu bisa mengerti tentang dirinya, Reni labuhkan hatiku padanya pak Rio yang saat itu sudah menduda, istri pak Rio sudah lima tahun yang lalu meninggal dunia. Â
Karena kesibukanya, dan karena pertimbangan perasaan anak-kanaknya yang belum siap untuk menerima ibu sambung. Pak Rio belum membuka hati selama lima tahun ini, justru setelah bertemu dengan Reni , pak Rio mampu membuka hatinya untuk Reni yang saat itu masih istri orang.Â
Tidak seharusnya pak Rio melabuhkan hatinya pada Reni, begitu juga sebaliknya Reni juga tidak seharusnya menyambut hati pak Rio. Tapi semua sudah terjadi, sulit baginya untuk melepas pak Rio begitu juga sebaliknya.
Sudah tujuh hari Reni tidak masuk kantor , ia ambil cuti tahunanya. Reni cuti untuk menenangkan diri. ia ingin  mencoba instrospeksi diri dan mencoba berfikir tenang untuk menentukan keputusanya.Â
Selama lima hari ini juga suaminya selalu marah, memaki dan menyindirnya. Bertambah hari sikap Fian semakim kasar kepadanya, mengintimidasi dan melontarkan tuduhan-tuduhan buruk yang tidak Reni lakukan.Â
Reni tahu ia salah, ia telah melakukan  perselingkuhan, tapi ia  selama ini Reni masih menjaga batasan-batasannya, ia bertemua  sekedar untuk ngobrol langsung atau sekedar  ngobrol melalui ponsel dan tidak seperti yang Fian tuduhkan kepadanya.
Hari ke-enam Fian sudah mulai tenang, ia mulai mau mengajak Reni membicarakan tentang hubungan ini dengan nada tenang. Ia menanyakan kepada Reni kenapa Reni tega berbuat seperti ini di belakangnya.Â
Reni pun  menjawab," Maaf pa, selama ini mama tertekan dengan sikap papa yang posesif, dan setiap ada masalah selalu emosional, selalu melakukan hal kasar baik omongan dan tindakan, bukanya Papa bisa bicara baik-baik ke mama," kata Reni dengan nada sedih dan  kesal. Reni merasa tidak bisa menerima sikap suamiku selama ini, ini bukan kali pertama Fian marah luar biasa.Â
Sebelumnya sering Fian marah-marah untuk hal-hal sepele yang bisa dibicarakan baik-baik. Reni sudah tidak kuat dan ingin segera mengakhiri hubungannya bersama Fian.  Mendengar keinginan Reni, Fian merasa terpukul untuk kedua kalinya,  emosinya  meledak kembali Fian mencoba menenangkan emosinya sendiri.Â
Fian  terdiam sejenak, terlihat wajahnya sedih ,  ia menatap Reni dan memegang tangannya. lalu ia berkata " kamu yakin mau berpisah denganku, lalu kamu mau menikah dengan bapak itu?"  tanya Fian dengan nada suara ia tekan.Â
Reni menjawab dengan singkat "ya," dalam benaknya berkata betapa jahatnya aku mengatakan ini. Reni  dengan penuh kesadar ucapkan kata-kata  itu pada suaminya yang mencintainya dengan segala kekurangnya. Tapi sepertinya Reni sudah di butakan cinta, semua kata hatinya sudah tidak ia dengar lagi.
Sejenak Fian menundukan kepalanya menutupi kesedihanya, mungkin ia juga mulai menyadari atas sikapnya selama ini.Â
Akhirnya ia berkata "baiklah kita akan bercerai, dan kuijinan kamu nikah dengan pilihanmu, tapi dengan syarat, tidak saat ini, tapi tunggu satu tahun  depan, aku ingin kamu mengenalnya lebih dalam, karena aku tidak mau, kamu salah memilih pasangan, atau kamu hanya dipermainkan." Reni menyetujui keputusan Fian suamiku. Akhirnya mereka sepakat untuk bercerai tahun depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H