Sebuah lampu dengan payung putih mengembang pun sudah terpasang di samping kelas Ali yang mendadak disulap layaknya sebuah studio foto. Di situlah nantinya akan diadakannya sesi foto pelepasan siswa Kelompok B.Â
Karena jam tidur akhir-akhir ini kurang terjaga dengan baik, dan beberapa agenda yang membuat diri ini sepertinya oleng berakibat tubuh mulai bereaksi. Beberapa kali zat-zat CO2 di dalam tubuh bertabrakan dengan kadar O2 yang terasa sedikit diperoleh menuju pusat berpikir sehingga mata mulai berkaca-kaca efek kelelahan. Dengan segala kekuatan nutrisi yang masuk di pagi hari sebelum beraktivitas rasa kantuk yang mendera itu pun perlahan bisa sedikit teratasi.Â
Sesi pemotretan sudah selesai di saat jarum jam pada alat berbentuk bulat berwarna merah menempel di dinding menunjuk angka 10 an. Sembari mengecek dan ricek proses penjemputan siswa yang sudah memiliki surat imbauan untuk senantiasa berwaspada meminimalisir aksi penculikan anak, aku pun melihat sekeliling parkiran.Â
Tampak di sudut area parkir ada sebuah motor dengan gerobak yang dirancang khusus oleh sang penciptanya untuk berdagang panganan yang begitu menggoda. Bapak penjual camilan receh namun memiliki konsep murah meriah menggoda itu sering terlihat berjualan di parkiran saat siswa bubaran  sekolah. Berbagi rezeki pada beberapa penjual camilan, minuman yang keberadaannya muncul musiman di jam-jam siswa pulang membuat pemandangan antrean di pusat jajanan itu menjadi sebuah fenomena.Â
Masing-masing pedagang sudah memiliki pangsa pasarnya tersendiri di hati para konsumennya yang mayoritas anak-anak. Bapak penjual camilan yang dibilang harga receh tapi tidak recehan itu memiliki keunikan sendiri pada dagangannya. Camilan yang terbuat dari bahan-bahan khusus seperti adonan bertekstur sedikit cair, dengan penampakan aneka pewarnaan yang tidak begitu mencolok namun menggoda, dan cita rasa sedikit manis gurih, membuat siswa-siswa terpesona.Â
Mereka rela mengantre panjang sembari bermain di area out door untuk mendapatkan sebuah camilan receh berbentuk serupa jaring-jaring yang tersusun dengan keelokan warna-warni dari adonan tepung berbentuk sedikit cair tersebut. Terkadang para penjemput rela mengantre dahulu sebelum siswa yang dijemputnya pulang sekolah.Â
Camilan receh yang menggoda hidung ini merasakan sensasi keharuman yang akan tercium dari adonan cair yang mengalami perubahan bentuk menjadi agak padat tetap renyah akibat proses pemanggangan di sebuah wadah khusus berbentuk cekungan-cekungan. Cairan adonan berwarna ini dengan kekentalan khusus akan dicetak ke dalam wadah pemanggangan. Aroma yang menggoda mulai menggelitik  menyebar di udara sekitarnya dan harus bersabar menunggu hingga proses pemanggangan camilan dengan suara kriuk menandakan kerenyahannya saat dinikmati selagi hangat.Â
Sembari mengawasi para penjemput aku pun mengantre untuk membeli camilan receh renyah menggoda selera. Camilan receh renyah ini kusantap dengan menyeruput secangkir kopi susu.Â
Nikmat mana lagi yang kau dustakan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H