Dirgahayu  Persatuan Guru Republik Indonesia ke-77 diperingati tepat tanggal 25 November setiap tahunnya. Perjalanan panjang seiring dengan usia kemerdekaan bangsa kita.Â
Guru adalah pelopor bagi sebuah perubahan, karena tak dipungkiri pada masa Perang Dunia II dengan pemboman yang dilakukan oleh Amerika Serikat pada kota Hiroshima dan Nagasaki membuat nasib Guru terangkat. Kaisar Hirohito mengumpulkan para Guru yang selamat kala itu untuk menyiapkan generasi tangguh pasca bom atom hingga Jepang bisa bangkit membangun Negerinya.Â
Spirit perubahan dari para Guru di Jepang pasca bom atom membuat pendidikan di negeri tersebut melesat bak anak panah yang terlepas dari busurnya. Lalu bagaimana peran  para Guru di Indonesia pasca kemerdekaan?
Sejak zaman penjajahan sebelum kemerdekaan kita sudah mengenal beberapa tokoh penting pendidikan seperti R. A Kartini sebagai pelopor Emansipasi wanita, K.H. Ahmad Dahlan tokoh pendiri Muhammadiyah yang lebih dahulu merintis pendidikan sejak tahun 1912 dan hingga kini sudah banyak mendirikan perguruan Muhammadiyah di wilayah Nusantara dari tingkat PAUD hingga Perguruan Tinggi.Â
Sosok R.A. Kartini sebagai Guru bagi Sekolah yang didirikannya membuat kaum perempuan memiliki spirit perubahan untuk bisa bersekolah dan bisa maju sebagaimana kaum lelaki. Kaum perempuan di masa R.A Kartini mendapatkan dorongan semangat untuk bisa mengenyam pendidikan di sekolah.Â
Tokoh K. H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri organisasi Muhammadiyah juga menjadi pelopor lahirnya para intelek muda melalui spirit perubahan cara pandang. Organisasi Muhammadiyah melalui bidang pendidikan konsisten membangun para calon-calon generasi harapan dari unit PAUD hingga Perguruan Tinggi untuk bisa menjadi bagian dari spirit perubahan kemajuan suatu bangsa melalui jalur pendidikan.Â
Siapa yang tak mengenal sosok tokoh pendidikan bangsa ini, yaitu Ki Hajar Dewantara?
Bapak Ki Hajar Dewantara adalah sosok Guru yang memiliki cita-cita besar dengan sebuah semboyannya yang menjadi spirit perubahan dalam dunia pendidikan. Ing Ngarso sung Tulodo. Ing Madyo mangun karso. Tut Wuri Handayani. Dengan ajarannya itu lah menjadikan Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh Pendidikan Nasional yang masih relevan hingga kini.Â
Masih ada lagi Pahlawan pendidikan lainnya di beberapa daerah di Indonesia seperti Dewi Sartika di wilayah Jawa Barat, dan K.H. Hasyim Asy'ari yang mendirikan pesantren Tebuireng di Jombang. Masing-masing tokoh Pendidikan ini sangat besar jasanya dalam pendidikan di tanah air tercinta. Masing-masing tokoh berkiprah sebagai sosok Guru yang mengusung spirit perubahan dalam dunia Pendidikan.Â
Semangat perubahan dalam dunia Pendidikan itu sejak dari zaman sebelum kemerdekaan hingga hari ini memiliki tujuan yang sama yakni menyiapkan para generasi yang mampu berperan sebagai agen perubahan peradaban. Karena dengan Pendidikan lah maka sebuah Negara akan bisa maju dan berkembang. Peran Guru dari tingkat PAUD hingga Perguruan Tinggi memiliki andil masing-masing untuk menjadi pelopor perubahan.Â
Sesuai dengan moto, semboyan pada tema HUT PGRI ke-77 dan Peringatan Hari Guru Nasional tahun ini mengusung tema, "Guru Bangkit Pulihkan Pendidikan Indonesia Kuat Indonesia Maju'.
Sebuah bangsa yang kuat dan maju pastilah ada orang-orang berjasa yang membuat suatu perubahan terutama pada dunia Pendidikan sehingga dari sebuah lembaga Pendidikan akan lahir manusia-manusia unggul yang bisa menjadi saalah satu agen perubahan peradaban.Â
Saat ini literasi dan numerasi menjadi hal yang mulai digadang-gadang sebagai sebuah spirit perubahan di dunia Pendidikan. Kesadaran untuk memulai berliterasi dan numerasi  sejak usia PAUD hingga Perguruan Tinggi saat ini mulai membawa perubahan akan tingkat mutu pendidikan di Indonesia.Â
Guru sebagai agen perubahan hendaknya juga mau belajar berliterasi  karena akan menjadi figur berliterasi bagi seluruh siswanya. Spirit perubahan berliterasi dan numerasi dari Guru saat ini melalui platform Merdeka Belajar adalah salah satu contoh bahwa Guru saat ini harus bisa mengikuti perubahan karena dunia Pendidikan bersifat dinamis.Â
Dunia Pendidikan bersifat dinamis, dalam artian dunia Pendidikan terus dan terus akan melakukan perubahan dan berinovasi. Dahulu dunia Pendidikan bersifat klasikal dan Guru sebagai pusat pembelajaran. Di era Merdeka Belajar tugas Guru sebagai fasilitator belajar dan siswa sebagai pusat pembelajarannya.Â
Di masa Pandemi kemarin mau tidak mau sistem pembelajaran harus berubah mengikuti sikon dengan adanya PJJ atau BDR. Guru pun mau tidak mau, suka atau tidak suka mengikuti perubahan sistem belajar dari kebiasaan pembelajran tatap muka berubah menjadi pembelajran berbasis online.Â
Pembelajaran berbasis online ini adalah sebuah spirit bagi Guru dan siswa untuk mulai belajar digitalisasi menggunakan perangkat elektronik sebagai media pembelajaran. Duhai Guru, ayo pulihkan Pendidikan spirit perubahan untuk menggunakan digitalisasi dalam pembelajaran agar optimalisasi pencapaian hasil belajar siswa meningkat.Â
Selamat Hari Guru Nasional, Â duhai Pahlawan Pendidikan. Jadilah Guru yang cakap digital dan bijak memaknai setiap perubahan zaman demi terwujudnya Indonesia yang maju dan kuat. Pulihkan Pendidikan dengan spirit dari tokoh Pendidikan kita, Ki hajar Dewantara.
Salam literasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H