Aktivitas hari ini padat merayap bak antrean kendaraan yang berjuang menerobos kepadatan lalu lintas. Supir perlu banyak sabar dan bersabar untuk meredam emosi yang membuat jantung memompa darah lebih cepat dari laju biasanya. Memutar radio di dalam kendaraan sembari menikmati kemacetan bisa sedikit mengurangi ketegangan.Â
Seperti hari yang sudah-sudah, persiapan melatih siswa jelang acara Gebyar Porseni Tingkat Kecamatan semakin intens dilakukan. Setelah ritual pagi berbaris bersama dan melakukan kegiatan pijakan sebelum beraktivitas di kelas, siswa kelompok B akan berlatih sesuai kelompok jenis lombanya.Â
Meskipun aku sebagai Wali kelas kelompok A ditunjuk sebagai PJ kelompok menyanyi. Setelah melakukan pijakan sebelum beraktivitas aku pun meminta izin pada siswa yang imut-imut dan menggemaskan untuk melatih kakak kelas mereka. Guru Pendamping menggantikan tugas sementara aku meninggalkan kelas. Terlihat wajah-wajah mereka bertanya mengapa ditinggalkan. Aku pun memberikan motivasi pada mereka untuk rajin belajar dan nanti pun mereka akan seperti kakak kelas yang akan berlatih. Pada akhirnya drama Korea muncul sesaat sebelum meninggalkan kelas.Â
Di pendopo sekolah nampak siswa kelompok B sudah menunggu kedatangan ku. Mereka pun menyambut kehadiran ku ada yang berlari memeluk, ada yang menyebut nama ku, dan ada pula yang tetap duduk manis di lantai pendopo. "Siap berlatih pagi ini anak hebat!"..
Paduan suara pun bergemuruh kompak menjawab, "Siap!"
Pagi tadi saat berjumpa dengan beberapa wali murid yang anaknya masuk dalam kelompok menyanyi sudah meminta bantuannya untuk membantu mengenakan pakaian daerah yang akan digunakan anak saat tampil di lomba menyanyi. Mama cantik yang awalnya hanya satu dengan sigap membantu keempat belas siswa yang hendak dipakaikan pakaian adat dari beberapa daerah. Karena kami latihan di pendopo ada wali murid lainnya yang melihat kerepotan kami pada akhirnya ikutan nimbrung membantu.Â
Terbayangkah bagaimana mengenakan pakaian keempat belas siswa yang memiliki keunikan berbeda?
Wali murid  terlihat banyak menggeleng-gelengkan kepala bukan berarti mereka berzikir atau mengantuk saat mendandani keempat belas siswa tujuh siswa laki dan tujuh siswa perempuan. "Bu Guru...luar biasa sabar dan sabar, ya?"..
"Kebayang jika kami yang jadi Guru mereka.. Ah,... bisa naik darah!"
Aku pun hanya bisa melemparkan senyum manis pada mama-mama cantik yang tadi menggeleng-gelengkan kepala.
"Terima kasih mama-mama cantik sudah membantu tugas bu Guru"...
Proses latihan pun selesai dan semua siswa senang latihan mengenakan kostum pakaian daerah. "Besok kita latihan pakai kostum lagi, ya bu Ade.."
"Hmmm.. sesekali boleh lah.. Tidak tiap kali latihan..Repot".
Kembali ke kelas, semua siswa kompak menyambut kedatangan di pintu masuk. "Ayo.. ada yang tidak baik hati kah selama bu Ade keluar tadi?" Suara ramai menceritakan jika aku baik-baik saja dan ada juga yang tidak baik hati karena asyik bermain sendiri atau mengganggu teman lain di kelas.Â
Kelas aman kembali dan sembari mempersiapkan diri untuk berkegiatan selanjutnya mereka merapikan kelas dan menata meja-meja. Mereka bersemangat untuk menata meja untuk berkegiatan. Tugas Guru jadi ringan karena mereka bersemangat mendorong-dorong meja dan kursi untuk ditata dengan arahan Guru. Setelah rapi semua mulailah kegiatan selanjutnya.Â
"Siap untuk menggambar?"
"Siap..!"
Aku pun mulai membuat contoh-contoh gambar aneka makanan kesukaan mereka. Hari ini siswa ku ajak melatih kemampuan motorik halusnya untuk kelenturan syaraf taktil mereka dan juga melatih imajinasi mereka dalam menggambar aneka makanan favorit. Jadi teringat pada sosok tokoh di zaman aku kecil, yang selalu kunanti kehadirannya di televisi menonton acara yang dipandu beliau. "Ya..coret..lengkung..lengkung..tarik garis"..
Dan di akhirnya beliau yang berpenampilan nyentrik dengan topi pet berkaca mata itu akan menampilkan hasil gambar dan mewarnai dari kiriman anak-anak hebat Nusantara. "Ya...ini bagus!"
Begitulah diriku saat memandu siswa untuk mulai berani mencoret-coret di atas buku gambar. Aku pun selangkah demi selangkah memandu dari depan kelas dan membuat coretan di papan tulis. Setiap coretan aku pantau mereka dari depan, ada yang memperhatikan dengan serius dan mengikuti tahapan menggambar. Ada juga yang sibuk sendiri membuat gambar benang kusut yang tak berujung. Aku pun memberikan motivasi pada mereka pasti bisa jika mau berusaha mengikuti arahan ku.Â
Aku mendekati siswa yang belum bisa membuat bentuk-bentuk aneka makanan yang disukai mereka. Menggambar roti burger, donat, pizza adalah bentuk geometri bulat atau lingkaran. Pembelajaran di PAUD terintegrasi meskipun sedang menggambar, ada pembelajaran bahasa memberikan nama atau melebel benda yang dibuat, ada pembelajaran kognitif mengenal bentuk-bentuk geometri, pembelajaran Agama dan Moral dengan mengajarkan adab makan, dan pembelajaran lainnya.
Dari jumlah siswa yang hadir dan mengikuti kelas menggambar ada tiga siswa belum berwujud bentuk gambar yang diinginkan. Satu menggambar benang kusut, satunya hanya membuat bentuk lingkaran-lingkaran, dan satu lagi hanya coretan di kertas tanpa makna. Begitulah kemampuan motorik dari dua puluh siswa tidak semua bisa tuntas terlaksana. Aku pun memberikan motivasi pada ketiga siswa yang belum berhasil menggambar dengan mengabadikan mereka berfoto dengan karyanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H