Mohon tunggu...
ADE SURIYANIE
ADE SURIYANIE Mohon Tunggu... Guru - Guru

Senang belajar tentang kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan Perjalanan Sobat Inspiratif

5 Oktober 2022   20:11 Diperbarui: 5 Oktober 2022   20:17 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Penunjuk waktu menunjukkan angka 17.10 baru saja kaki melangkahkan diri memasuki halaman rumah. Tak banyak yang bisa dilakukan karena seharian sudah meninggalkan rumah tempat istirahat ternyaman setelah selesai beraktivitas di luar rumah. Ya, memang tipenya senang beraktivitas dari rumah tetapi ada tugas rutin dan kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan demi anak bangsa. 

Baru teringat hari ini tanggal 5 Oktober hari lahirnya Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Tetapi tanggal ini menjadi tanggal teristimewa dan memiliki kenangan terdalam bagi diri. Beberapa tahun lalu, di hari yang sama orang terkasih pergi untuk selama-lamanya. 

Tetiba lintasan kisah beberapa tahun lalu itu mulai menari-nari di isi kepala. Mencoba menyusun kisahnya yang penuh perjuangan demi orang-orang terkasihnya yang pada akhirnya harus merelakan kepergiannya. 

Saya mengenalnya sebagai sosok single parent dengan tiga anak perempuan yang cantik-cantik. Perkenalan saya dengannya tak disengaja dan pada akhirnya kami menjadi seperti sobat lama yang baru bertemu kembali setelah sekian purnama. Kebersamaan kami memang tidak begitu lama tetapi memiliki kisah yang tak bisa diceritakan dalam satu hari. 

Saya mengenalnya sebagai sosok wanita kuat, tangguh dan sabarnya luar biasa. Sosok bersahaja dan ramah juga murah senyum. Tetapi di balik itu semua sosok ini selalu meneteskan air matanya setiap malam sehingga nampak jelas jejak mata panda tak bisa ditutupi. 

Tak kenal maka kita kenalan, dan masa perkenalan yang singkat membuat diri ini merasa bagaimana jika hal itu saya yang mengalaminya? Apakah akan sekuat, setegar dirinya? Entah lah....

Perjalanan kisah seseorang sudah tercatat bagaimana lahir, jodoh dan kematiannya kita sebagai hamba yang mengimani ini hanya bisa melakukan kebaikan sebelum ajal menjemput. 

Begitu pun dengan sobat sejati yang saya kenal sosoknya tidak begitu lama namun kenangan bersamanya tak bisa terganti. Selain seorang single parent, beliau juga ternyata memiliki suatu penyakit akut yang terpendam sekian tahun dan baru aktif kembali penyakitnya karena suatu kondisi.

Siapa yang mengira tubuhnya yang gempal, dan terlihat baik-baik saja ternyata menyimpan suatu penyakit yang ganas serta mematikan. Perjalanan riwayat penyakitnya dahulu ternyata menemui klimaksnya di saat kami baru saja saling bertukar kisah perjalanan hidup masing-masing. 

Sobat hebat ini tak pernah menunjukkan kalau dia sedang tidak baik-baik saja. Hingga suatu hari mulai merintih dan mulai lah berkisah bahwa penyakit lamanya mulai menyerang pertahanan tubuhnya. Bak di sambar petir di siang bolong, saat sobat hebat ini menunjukkan kondisi tubuhnya yang mulai bereaksi melawan penyebaran sel-sel kanker yang sangat cepat sekali menyebar menggerogoti tubuh gempalnya. 

"Tolong bawa saya ke rumah sakit.."

"Saya harus sehat demi ketiga buah hati!"

Tangis saya pecah ketika vonis dokter mengatakan bahwa tipe penyebarannya termasuk yang ganas dan tidak bisa di stop. Kemungkinan bertahan hidup di luar kuasa-Nya. Sebagai manusia wajib berikhtiar dan memohon keajaiban itu berpihak pada diri pasien. Ya, menjadi pasien suatu penyakit yang mematikan adalah vonis yang membuat pasien menjadi down seketika. 

Tekadnya untuk sembuh dan teringat akan buah hatinya membuat pasien yang tak lain sobat hebat saya sendiri yang baru kenalan dalam hitungan bulan, terus berikhtiar menjalani serangkaian terapi. Sebagai sobatnya selalu mendampingi dan memberikan motivasi juga doa berharap keajaiban itu memang ada bagi kesembuhan sobat tercinta. 

Hari-hari kami diisi dengan kegiatan perjalanan dari rumah menuju rumah sakit besar rujukan bagi penyakit berat yang jaraknya lumayan cukup jauh berkendara setiap hari pulang pergi. Serangkaian terapi dilakukan selepas aktivitas mengajar pagi dan berusaha mengambil nomor antrean berobat selagi ada jam pelayanan kesehatan. 

Hampir satu tahun menjalani pengobatan rawat jalan dan hampir setiap hari sobat hebat tanpa rasa lelah yang disembunyikan terus berikhtiar mencari jalan kesembuhan. Tidak setiap hari saya sebagai sobatnya bisa mendampingi berobat karena harus tetap menjalankan kewajiban sebagai pendidik PAUD. Hanya setiap 5 hari/1x saya akan ikut mendampingi berobat karena jadwal berjumpa dengan dokter spesialis yang menangani pasien untuk melihat progres dari hasil terapi yang dijalani sobat hebat saya. 

Segala pengobatan medis dan alternatif kami jalani selama satu tahun demi mencari jalan kesembuhan. Namun, suratan takdir tak bisa dilawan. Perjuangan untuk kesembuhan itu memang kecil peluangnya dan dari awal dokter pun sudah berbicara sepahit-pahitnya. Semangat sobat hebat itu perlu mendapat dukungan dari orang-orang terdekatnya. 

Tak ada yang sia-sia segala ikhtiar sudah dilakukan dan pasien sendiri merasa sudah maksimal berjuang melawan sakit yang sungguh luar biasa. Tak ada kesakitan yang luar biasa melebihi sakit yang dideritanya. Pada akhirnya semua mengikhlaskan kepergiannya di hari detik-detik jelang azan Zuhur berkumandang pada hari itu tanggal 5 Oktober bertepatan dengan hari penuh perjuangan bagi TNI. 

Selamat jalan sobat hebat.. Meski engkau hadir belum terlalu lama sekitar 2 tahun lebih mengenal mu. 

Perjalanan kisah single parent yang harus melawan penyakit ganas dan perjuangan hidup mu sangat memberikan pelajaran bagi diri pribadi bahwa sebagai seorang wanita harus kuat, tangguh dan tidak mudah menyerah. 

Kepergian mu di hari perjuangan seakan menjadi sejarah bagi keluarga yang ditinggalkan dan bagi orang-orang yang mengenal sosok mu yang luar biasa. Hanya doa dan linangan air mata di sore ini menjadi saksi bahwa kehadiran mu menjadi spesial dan semoga kami bisa menjaga amanah mu untuk menjaga ketiga buah hati yang kini mulai beranjak remaja. Al Fatihah...Amin....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun