Mohon tunggu...
ADE SURIYANIE
ADE SURIYANIE Mohon Tunggu... Guru - Guru

Senang belajar tentang kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sosok Ayah dalam Kenangan

1 Oktober 2022   22:03 Diperbarui: 1 Oktober 2022   22:08 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa jika mendengar nama Ayah disebut air mata tak bisa dibendung? Selalu ada butiran kristal akan menyembul dari sudut mata. Jika di tengah keramaian butiran kristal itu tak banyak menetes melalui lekuk pipi. Namun, jika dalam kondisi sendirian dan dalam munajat akan banyak air mata tumpah bak tanggul yang jebol. 

Ayah adalah sosok lelaki hebat yang membuat kami merasa bangga dan selalu ada cerita kebaikan dari orang-orang yang mengenal beliau. Jika berjumpa dengan sahabat Ayah akan ada cerita yang baik-baik dari sosok berwibawa dan kharismatik, ia lah Ayah ku. 

Teringat dahulu saat kami berkumpul di meja makan, Ayah bercerita bagaimana perjuangannya bersekolah. Dahulu belum ada sekolah setingkat STM di daerah tempat tinggal Ayah,sehingga beliau harus bersekolah merantau ke luar pulau. Ya..Ayah anak kepulauan yang dahulu ibu kotanya berada di pulau Sumatra tepat provinsi Sumatra Selatan. 

Merantau demi mendapat kesempatan belajar dijalani Ayah bersama sahabat kecilnya. Sebagai anak rantau mereka sudah seperti keluarga dan hingga kini persahabatan Ayah dengan sobatnya terus terjaga walau Ayah sudah tiada. Saat itu belum banyak yang memiliki kesempatan untuk belajar hingga jenjang STM. Ayah ku kelahiran sebelum Indonesia merdeka. 

Kesempatan belajar di perantauan menempa Ayah menjadi pribadi supel dan banyak menguasai bahasa lokal. Ayah selain memiliki kemampuan berbahasa lokal seperti bahasa Ibu, bahasa Wong kito galo, bahasa Minang, Sunda, dan Jawa juga menguasai bahasa asing Inggris dan Prancis. 

Itu adalah salah satu kekaguman kami sebagai anak-anaknya. Sayangnya kemampuan berbahasa tak menurun pada kami. Tak mengapa mungkin kesempatan bersama Ayah dahulu terlalu cepat. Tuhan lebih menyayangi Ayah dan beliau wafat dalam kondisi husnul khotimah. 

Tak sanggup rasanya merangkai kata untuk menuliskan waktu kebersamaan bersama Ayah. Kualitas waktu adalah momen yang membuat memori terindah hari-hari bersama Ayah tak akan hilang begitu saja. 

Ayah yang super sibuk dengan agenda kerja full kegiatan, tetapi jika mendengar salah satu anaknya sakit sementara beliau sedang tugas di luar kota, maka akan meninggalkan pekerjaannya sementara waktu. Ayah rela cuti mendadak untuk beberapa hari demi memastikan kesehatan anaknya membaik.

Belum lagi jika salah seorang anaknya sedang ulang tahun. Jika jarak tempuh tugas luar kota masih bisa dijangkau Ayah akan datang memberikan ucapan selamat ulang tahun langsung. Tetapi jika tidak memungkinkan hadiah sebagai pengganti kehadirannya akan diterima tepat di hari bahagia. 

Sosok Ayah yang hot daddy dan selalu hadir di sisi kami manakala kami butuh perhatiannya membuat kami merasakan kehilangan arah seketika begitu mendengar berita kematiannya di saat melaksakanan tugas. Kami tak merasa kehilangan saat Ayah bertugas di luar kota atau luar negeri karena sejak kecil kami terbiasa terpisah untuk beberapa waktu. Namun, kualitas pertemuan selalu diupayakan Ayah untuk kumpul keluarga. Kualitas waktu digunakan Ayah untuk kami berlibur bersama. 

Hingga liburan paling berkesan terakhir kami bersama Ayah menjadi kenangan terdalam. Saat itu kami keluarga besar berkumpul di Jakarta. Keluarga besar datang dari pulau seberang dan berliburan bersama. Sepertinya Ayah ingin kami semua memiliki kenangan indah bersamanya. Yah, hampir tiap sore kami akan berkeliling kota Jakarta selepas Ayah pulang dari kantor.

Hingga keluarga besar Ayah kembali terbang pulang ke kampung halaman, dan keluarga besar Ibu juga sudah kembali ke kampung karena masa libur sekolah juga sudah usai. Tinggal lah kami sekeluarga bersiap menyambut tahun ajaran baru dengan banyak kisah yang akan diceritakan pada teman di sekolah. Biasanya jika musim liburan sekolah tiba, Ayah akan menanyakan kami akan berlibur ke mana. Kala itu Ayah yang memutuskan untuk liburan di Jakarta saja dan keluarga besar yang datang berkunjung. 

Ternyata liburan itu menjadi kenangan terakhir kami bersama Ayah. Kecelakaan itu telah membuyarkan harapan kami pada Ayah. Yah, siapa yang menyangka takdir membawa Ayah yang tak lagi ada perayaan kecil bersamanya. Tak ada lagi senyuman dan tawa lepasnya mendampingi kami menonton film bersama di bioskop. 

Tubuh tegapnya terbujur kaku dalam sebuah peti kayu berukir dan ribuan orang datang melayat di hari itu. orang baik akan dikenang setelah kepergiannya. Dan banyak yang hadir yang kami juga tidak mengenal siapa mereka. Namun, di hari itu menjadi saksi kebaikan-kebaikan dari almarhum Ayah bukan hanya pada kami keluarganya saja. Ribuan pelayat yang datang hingga beberapa hari setelah kepergiannya membuat kami bangga memiliki Ayah yang luar biasa.

Ayah, dalam munajat selalu kami berdoa agar kita nanti bertemu kembali dalam kebahagiaan sebagaimana dahulu masa kecil kami yang penuh dengan keberlimpahan kasih sayang dari mu dan bunda tercinta. 

Al Fatihah selalu untuk mu, duhai idola kami. Amin. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun