Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Akulah Sang Pengelana

29 Juli 2021   09:27 Diperbarui: 29 Juli 2021   10:11 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin orang-orang bertanya

Perihal siapa diriku

Seorang pengelana yang mungkin tak jelas asal-usulnya

Pergi melintasi gurun pasir melawan sengatan panas matahari

Hanya untuk mengejar ketenangan abadi

Aku...

Tak seperti Socrates yang berani menegak racun demi kebenaran

Atas tirani raja dengan segala legitimasi picik kaum sofis

Dengan menghalalkan keburukan dan mengharamkan kebaikan demi lipatan harta

Aku...

Bukanlah orang suci layaknya Sidharta Gautama

Menjalankan hidup dengan bertapa

Juga mengajarkan nilai-nilai kebaikan pada kebaikan tanpa mengharap imbalan

Itu terlalu suci bagiku

Aku...

Bukan pula Ioshua yang mati disalib demi menebus dosa-dosa umat manusia

Menyelamatkan para domba-domba tersesat untuk kembali ke jalan-Nya

Mengajarkan sepuluh larangan agar setiap insan tak terjebak pada keburukan

Sungguh...

Aku tak layak disandingkan dengan-Nya

Aku...

Juga bukan Muhammad sang utusan Ilahi

Yang ditugaskan untuk memperbaiki moral manusia dengan gaung 'iqra' terhadap semesta

Jelas...

Aku tak semulia itu...

Aku hanyalah pribadi yang menenggelamkan diri akan hawa nafsu pribadi

Agar tangan-tanganku tak kuasa menyentuh barang-barang haram

Lalu mengisi perut dengan bangkai-bangkai kehidupan

Cukuplah bagiku untuk selalu membawa mangkuk kecil berisi kepasrahan

Kugunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup

Demi meraih derajat tinggi layaknya seorang Rasul utusan-Nya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun