Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Klepon Tidak Islami? Cuekin Aja!

29 Juli 2020   08:44 Diperbarui: 29 Juli 2020   08:55 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat seminggu lalu, beranda facebook saya penuh dengan postingan meme "Klepon Tidak Islami." Kalimat singkat yang tak sampai satu pragraf itu membuat banyak warganet kepanasan, serasa kebakaran jenggot, bahkan beberapa sampai marah-marah di media sosial. 

Karena meme itu, terjadi sebuah perdebatan sekaligus pertanyaan kecil-kecilan, "apakah klepon benar-benar tidak Islami?", "Yang bikin gambar itu siapa sih?" dan sederet pertanyaan lain yang serius.

Jujur saya tidak mengetahui detail permasalahan dan tidak mau sibuk mengurusi hal-hal itu. Saya hanya pernah melihat, sekilas postingan dari salah seorang teman di facebook berupa gambar klepon beserta tulisan singkat.

Pertama kali yang muncul dalam benak saya setelah membaca postingan tersebut adalah "emang klepon punya agama?". Entah apa motivasi dari si pembuat gambar, yang jelas sampai sekarang penulis tidak mau ambil pusing tentang hal itu.

Dua Nasehat Penting

Di luar pembahasan tentang klepon yang sempat heboh, saya mendapat pelajaran (ibrah) bahwa tidak semua hal perlu kita komentari dengan mengerutkan kening, cukup diam dan abaikan. Terutama terhadap hal-hal yang menimbulkan kontroversi.

Dalam hal ini, ada sebuah nasehat bagus dari Imam Az Zuhri atau dikenal juga sebagai Ibnu Syihab. Beliau adalah seorang ulama ahli hadist yang hidup sezaman dengan Khalifah Umar Ibnu Abdul Aziz. Dalam sebuah kesempatan beliau pernah berkata:

"Manusia diciptakan satu mulut dua telinga, artinya dia harus lebih banyak mendengar daripada berbicara."

Selain dari beliau, ada juga potongan hadist Rasulullah S.A.W yang berbunyi:

"... Hendaklah berkata yang baik atau diam."

Pelajaran yang bisa kita ambil dari nasehat-nasehat tersebut terhadap kasus ini adalah, bahwa kita tidak perlu komentar terhadap hal-hal yang kurang perlu, terutama pada hal-hal kontroversial. Toh dengan begitu, kita tidak akan rugi secara lahir dan batin.

Apabila warganet dengan tega mengabaikannya tanpa ada komentar sedikit pun, maka niscaya akan "krik... krik..." dengan sendirinya. Namun jika ternyata cuitan panas malah terlontar di beberapa postingan facebook, bisa-bisa membuat si produsen meme sedang tertawa terbahak melihat warganet yang mudah marah dan heboh.

Benarkah Sebagian Warganet Menyukai Berita Kontroversi dan Sensasi?

"Kenapa ya warganet suka sekali dengan hal-hal kontroversi sekaligus sensasi?"

Sebuah pertanyaan singkat ini merupakan refleksi bagi kita semua. Apakah benar kebanyakan warganet memang begitu?

Menjawab hal ini, saya jadi ingat statment tajam dari seorang father of youtube, Deddy Corbuzier. Kurang lebih seperti ini:

"Sewaktu saya posting sertifikat mentalist terbaik di dunia di salah satu instagram, tidak banyak yang komentar dan kasih like, tapi... sewaktu saya posting foto-foto biasa yang like... banyak!"

Secara tersirat statment tersebut menjadi gambaran bahwa kebanyakan warganet lebih tertarik dengan hal-hal mainstream sensasional daripada sebuah prestasi berupa selembar sertifikat penghargaan yang diunggah di media sosial.

Saya juga mengamini statment dari mantan pesulap tersebut, sering kali penulis mengunggah beberapa sertifikat penghargaan, hasilnya sudah terbaca... sedikit like, dan komen. Lain halnya jika mengunggah foto selfie bersama keluarga atau foto-foto aneh, like dan komennya bejibun.

Contoh paling jelas yang dapat menggambarkan perilaku warganet ialah ketika sebuah video prank sampah diunggah dari seorang youtuber yang kini telah insyaf dari kesalahan. Video tersebut menjadi viral, melebihi viralnya video-video cara mudah belajar matematika.

Seketika dunia maya menjadi heboh, banyak yang melihat dan menanggapi video tersebut dengan sumpah serapah dan berbagai nyinyir lain, seakan dengan melakukan hal-hal itu menunjukkan rasa empati kepada korban prank. Nyatanya tidak demikian!

Bukankah lebih baik warganet mencari berita, video, postingan yang baik dan positif, serta mengabaikan hal-hal negatif yang hanya mencari sensasi dan kontroversi? Bukankah banyak hal-hal positif lain yang dapat memicu adrenalin agar giat belajar dan bekerja?   

Sekali lagi penulis bertanya:

"Mengapa hal-hal itu terus terjadi dan cenderung bertambah? Bukankah mengata-ngatai orang lain termasuk bagian dari pembully-an?"

Karena hal ini, wajar jika meme klepon lebih trending dan menjadi bahan pembicaraan daripada berita positif 618 Siswa Secapa AD Sembuh dari COVID 19. Apalagi sebuah meme yang dibalut dengan jubah agama, pasti laris manis di sosial media.

Tentang jubah agama, seorang filosof besar dari Spanyol pernah mawanti-wanti umat manusia dengan nasehat bijaknya:

"Jika kau ingin menguasai orang bodoh, bungkuslah sesuatu yang batil dengan kemasan agama."

Terbukti dalam kasus klepon. Agama dibalut sedemikian rupa, lalu digoreng agar menjadi buah bibir di dunia nyata maupun dunia maya. Dengan begitu, orang-orang yang punya kepentingan  akan meraup keuntungan karena memanfaatkan momen ini. Kita tidak tahu siapakah yang akan diuntungkan dalam kondisi ini?

Sebagai makhluk beradab, kita hanya berupaya sedemikian rupa agar tidak terjebak pada ego-ego tak terkendali yang bisa menyebabkan malapetaka. Jangan sampai ucapan dan tingkah laku kita justru merugikan kita di waktu mendatang.

Terkhusus bagi warganet tidak usah memusingkan mana yang lebih islami, klepon atau kurma? Daripada memusingkan pertanyaan tersebut, lebih baik dengarkan ceramah-ceramah agama Cak Nun, Gus Baha, Habib Jakfar, dan dai-dai inspiratif lain.

Jika benar-benar punya waktu luang, lebih baik gunakan untuk mempelajari (mentadabburi) buku-buku agama karya ulama, Insya Allah lebih bermanfaat dunia-akherat. So, abaikan aja meme klepon tidak Islami!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun