"Silahkan ambil aja mas. Panas-panas kaya gini baiknya minum air putih biar enggak dehidrasi." Orang itu tersenyum ramah kepadaku.
Aku pun menerima tawarannya, dan akhirnya kami berbicara panjang lebar. Orang yang menawariku air bernama Imran. Dia berasal dari Samarinda.
"Saya jauh-jauh dari Samarinda pingin silaturahim sama umat Islam yang ada di Indonesia mas. Saya berharap dengan silaturahim ini bisa dapet barokah dan hidayah dari Allah. Niat saya baik, Insya Allah enggak ada maksud buruk apalagi buat ganti ideologi Pancasila."
Imran masih tersenyum ramah kepadaku. Rona wajahnya begitu tulus tidak terlihat kebohongan sedikit pun. Aku begitu nyaman berbicara dengannya. Tidak kusangka kegiatan ini sudah berada dipenghujung acara. Seorang ulama memimpin doa bersama.
Semua yang hadir begitu khusuk mengamini doanya. Tak terasa, banyak hadirin yang meneteskan air mata berharap silaturahim ini bisa membawa perdamaian bagi sesama.
*****
Aksi 212 telah usai dengan damai tanpa ada kericuhan sedikit pun. Sebelum meninggalkan Monas, orang-orang memunguti sampah yang berserakan di jalan dan membuangnya ke tempat sampah. Selain itu, panitia memberikan perintah agar para hadirin tidak menginjak dan merusak rumput di taman sekitar.
Hal ini merupakan sebuah pembuktian bagi semua warga Indonesia bahwa aksi 212 adalah aksi cinta damai sekaligus aksi cinta lingkungan, dan yang lebih penting "Aksi 212 = (Bukan) Makar."
Yogyakarta, 21 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H