Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aksi 212 (Bukan) Makar

31 Januari 2019   19:52 Diperbarui: 31 Januari 2019   20:06 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seisi kelas menganggukkan kepala.

"Setuju pak... Begitu lebih baik daripada kita terus berprasangka buruk dengan aksi itu." Salah seorang mahasiswa menimpali.

Aku hanya tersenyum. Tak kusangka jalan fikiranku dan dosen itu sama. Benar-benar dosen yang menakjubkan. Kuliah siang hari ini diakhiri dengan tugas membuat kliping aksi 212. Keluar dari kelas, semua mahasiswa tampak semangat dan puas. Mungkin, dalam hati mereka berkata: "Kuliah siang hari ini benar-benar mencerahkan."

Siang Hari Saat Aksi 212

Lautan manusia berbusana putih tampak memenuhi jalan-jalan sekitar Monas. Semua yang hadir tampak tertib menyimak orasi beberapa ustaz. Tidak ada ujaran kebencian, apalagi hasut-menghasut yang dapat memecah belah NKRI.

"Hadirin sekalian yang saya hormati. Pada hari ini, kita semua menjadi saksi bahwa segala macam bentuk tindakan diskriminatif harus kita tumpas. Bersama-sama kita tegakkan keadilan agar negeri ini bisa menjadi makmur dan sejahtera, serta diridhai Allah."

"Umat Islam haruslah menjadi teladan bagi umat lain. Kita jalin persatuan dengan siapa pun tanpa memandang suku, ras, dan etnis. Bersama-sama kita ratakan ekonomi rakyat agar tidak ada lagi jurang antara si kaya dan si miskin. Kita sudah lelah melihat banyaknya gedung tinggi menjulang, namun di kolong jembatan masih ada fakir miskin yang meminta-minta demi mendapat sesuap nasi."

"Umat Islam juga harus mampu bekerja sama dengan umat lain dalam memberantas kebodohan di bumi ini. Kita akan bersama-sama menciptakan generasi bangsa yang tidak hanya unggul dalam hal intelektual, namun juga unggul dalam moral. Dengan begitu, secara tidak langsung kita telah menciptakan generasi yang siap memimpin Indonesia di waktu mendatang, dan Insya Allah negeri ini akan menjadi negeri yang mandiri di atas kaki sendiri."

Tubuhku bergetar mendengar nasihat itu. Aku berani menjamin bahwa aksi ini bukan sedang membicarakan sekat-sekat golongan antara aku, kamu, dia, kalian, mereka, dan kita, tetapi berbicara agar keadilan tegak di muka bumi. Persatuan terjalin dengan kokoh tanpa harus menghilangkan perbedaan antar golongan, serta kerja sama dapat tercipta demi kepentingan bersama.

"Mau air mas?"

Seseorang berjanggut lebat menawariku satu botol air mineral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun