"Ini peringatan pertama buat kamu Di. Besok lagi kalo kamu enggak ngikutin permintaan kita, kamu bakalan dapet yang lebih parah dari ini." Jeremy jongkok sambil menjambak rambut Adi, sedangkan Adi hanya meringis kesakitan.
Â
Tanpa basa-basi mereka bertiga meninggalkan Adi yang masih kesakitan. Dalam hatinya dia memohon kepada Tuhan agar bisa terus diberikan kesabaran dan kekuatan. Seumur hidupnya dia tidak pernah melakukan perbuatan buruk. Orang tuanya, selalu berpesan agar selalu berbuat baik kepada siapa saja, termasuk orang yang pernah menyakiti dirinya. Ya mungkin inilah hidup, tidak semulus dan semudah apa yang dibayangkan. Apabila seseorang berbuat baik kepada orang lain, belum tentu orang lain akan melakukan hal yang sama padanya.
Â
Adi pulang sekolah dengan menahan rasa sakit, namun rasa sakit itu tidak dia tampakkan kapada teman-teman yang bertemu dengannya. Biarlah rasa sakit dihati dan perut hanya dirasa olehnya. Tak perlu dibagi kepada orang lain. Cukuplah hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.
Â
                              *****
Â
Hari-hari berikutnya Adi lalui tanpa ada pertanyaan dan sanggahan kepada guru yang mengajar. Hal ini membuat guru-gurunya bertanya. Terutama pak Muhtadi.
Â
"Adi, ada tanggapan sampai sini?"