Sebuah kisah tentang menemukan tujuan,
kemana hendak pergi,
melalui kenangan
demi kenangan masa lalu,
pertarungan hidup-mati,
untuk memutuskan
ke mana langkah kaki
akan dibawa Pergi.
***
"Kehidupanmu ada di persimpangan berikutnya, Agam. Dulu kamu kamu bertanya tentang definisi pulang, dan kamu berhasil menemukannya, bahwa siapa pun pasti akan pulang ke hakikat kehidupan. Kamu akhirnya pulang menjenguk pusara bapak dan mamakmu, berdamai dengan masa lalu yang menyakitkan.Tapi lebih dari itu, ada pertanyaan penting berikutnya yang menunggu dijawab.Â
Pergi. Sejatinya kemana kita akan pergi setelah tahu definisi pulang tersebut? Apa yang harus dilakukan? Berangkat ke mana? Bersama siapa? Apa kendaraannya? Dan ke mana tujuannya? Apa sebenarnya tujuan hidup kita? Itulah persimpangan hidupmu sekarang. Menemukan jawaban tersebut."Â (Tuanku Imam kepada Agam, hal 86)
Novel PERGI merupakan sekuel lanjutan dari Novel PULANG (2015).
Jika diperhatikan pada lembar awal, Tere Liye melibatkan Sarippudin sebagai Co-Author dalam penulisan novel tersebut.
Meski demikian gaya bahasa yang disampaikan oleh penulis tetap mudah dicerna pembaca.
Novel bergenre action yang terdiri dari 31 bab dan di tutup oleh epilog di lembar akhir ini, menceritakan kehidupan Bujang setelah ia menjabat sebagai Tauke Besar di Keluarga Tong, menggantikan Tauke Besar Lama yang meninggal atas insiden penghianatan (terdapat pada Novel Pulang).
Setelahnya Bujang bersama orang-orang kepercayaannya meneruskan visi dan kepemimpinan Ayah angkatnya.
Dikisahkan Bujang yang dahulu menjadi tukang pukul nomor satu di Keluarga Tong, kini dihadapkan dengan berbagai persoalan pelik sepeninggal Tauke Besar Lama.
Ia harus berhadapan dengan Master Dragon, pemimpin tertinggi dari delapan keluarga penguasa shadoweconomy.
Bermula ketika Bujang bersama si kembar Yuki, Kiko, Salonga dan White melakukan penyerangan secara diam-diam di salah satu gedung kontainer, stasiun kereta api perbatasan Meksiko -- Amerika Serikat.
Untuk mengambil kembali salah satu hasil penemuan riset teknologi penting  milik Keluarga Tong, yaitu prototype yang telah dicuri oleh El Pacho sindikat penyelundup narkoba terbesar di Amerika Selatan.
Jika terlambat, benda itu akan segera dibawa ke Los Angeles, Amerika Serikat, pusat kerajaan narkoba mereka. Akan tetapi, di situasi serunyam itu Bujang mendapati masalah baru, seorang pemuda misterius berpakaian  layaknya Zorro, santai mendendangkan sebuah lagu, diiringi petikan gitar khas, lantas berusaha menghalangi langkah mereka, pertarungan satu lawan satu antara pemuda misterius dan Bujang pun disetujui.
Semakin mengejutkan saat pemuda itu memanggil Bujang dengan sebutan "Hermanito" di akhir perjumpaan mereka, yang kemudian diterjemahkan oleh Salonga memiliki arti yaitu adik laki-laki.
Siapakah pemuda tersebut? Apa hubungannya dengan Bujang? Bukankah Bujang anak tunggal dari pasangan Samad dan Midah? Apakah Bapaknya menikahi gadis selain Mamaknya, Midah?
Dari sinilah teka-teki mengenai potongan kehidupan Samad di masa lalu mencuat, untuk itulah Bujang berusaha mengungkap dan mencari tahu kebenarannya.
Banyak kemungkinan yang bisa terjadi pada Samad, Bapaknya. Seperti Samad telah menikahi gadis lain sebelum menikahi Mamaknya atau Samad memiliki wanita simpanan.
Pertanyaan-pertanyaan itu terus berkelindan di pikirannya, memecah fokus, di mana ia juga sedang menyusun strategi dan langkah terbaik untuk menghabisi segala kejahatan Master Dragon.
Sementara itu Bujang tidak tahu akan pergi kemana dan kepada siapa ia bertanya tentang kehidupan Bapaknya, yang ia tahu kehidupan Bapaknya amatlah rumit.
Angin segar datang, saat Bujang memutuskan mendatangi Tuanku Imam di sekolah agamanya, mencari petunjuk. Pucuk dicinta ulam tiba, Tuanku Imam memberikan secarik alamat rumah yang pernah ditempati oleh Bapaknya.
Di sanalah Bujang menemukan selembar foto Samad bersama seorang gadis berparas cantik, yang jika diamati bukan berasal dari gadis daerah. Selain itu ditemukan pula beberapa surat lusuh di makan zaman tak terbaca oleh mata telanjang.
Di sisi lain, kepemimpinan Master Dragon semakin mengancam keluarga shadoweconomy. Bujang sebagai pemimpin Keluarga Tong pun membuat 3 aliansi keluarga shadow economy terdiri dari Keluarga Yamaguchi di Jepang di pimpin oleh Hiro Yamaguchi dan Bratva di Moscow pimpinan Otets.
Aliansi ini saling menguatkan dengan adanya persenjataan lengkap serta strategi matang, maka tepat di Kong's Building, perang pun meletus, Bujang berhadapan dengan Master Dragon.
Belum cukup sampai situ, Master Dragon ternyata cukup pandai menipu Bujang dan aliansinya, secara diam-diam Master Dragon telah mengirim ratusan tukang pukul, ke markas 3 aliansi, situsiasi pun terdesak.
Walaupun begitu, pada akhirnya bala bantuan datang tak terduga, dari kedua orang berbeda visi misi dengan Bujang yaitu Diego dan Basyir (Penghianat di Keluarga Tong, novel Pulang).
Cerita Bujang di novel Pergi di akhiri dengan penyerahan gelar Tauke Besar kepada Basyir karena dianggap tepat menjabat gelar tersebut, lalu pertemuannya bersama Diego Samad di Restoran milik Bapak dulu, tempat Bapak dan Catrina pertama kali bertemu.
Kelebihan dari novel Pergi ini ialah, munculnya karakter-karakter baru seperti Catrina, Ibu dari Diego Samad, isteri pertama Samad, seorang penyanyi soprano terkenal di Spanyol. Tentunya ada Diego Samad, kakak dari Bujang alias Agam.
Lalu ada Thomas tokoh dari novel Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk, kehadirannya dalam novel ini di luar dugaan, mempunyai peran penting bersama Bujang ketika mengungkap adanya bom di kue pernikahan Sakura, anak dari Hiro Yamaguchi dan Ayako.
Menariknya lagi dari novel ini ialah ada salah satu bagian cerita yang menyingkap kisah romansa antara Maria dan Bujang, teman satu kampus Bujang yang ternyata putri Otets. Adapun adegan Maria mengajak Bujang untuk berduel dengannya.
Bukan hanya itu, kelebihan lain terdapat pada cara penulis menyampaikan maksud cerita, tidak bertele-tele, ringkas, sangat detail sehingga pembaca bisa menarik kesimpulan dengan baik.
Novel ini dihiasi pula dengan pertarungan-pertarungan menegangkan memacu adrenalin layaknya di film action ternama, dikemas dengan alur maju-mundur yang susah ditebak.
Belum lagi latar tempat yang sedemikan rupa, menambah imajinasi pembaca ikut serta berkelana ke setiap momen dan ke manapun tempat yang disambangi para tokoh dalam novel.
Di mana setiap kejadian demi kejadian memiliki hikmah yang bisa dipetik untuk diaplikasikan di kehidupan sehari-hari.
Novel ini cocok untuk pembaca yang ingin menikmati esensi sebuah film bergenre action yang di bukukan, tanpa harus berpatokan pada menonton film.
Selain itu banyak diksi baru yang dapat menambah kosakata pembaca. Sangat bagus untuk direkomendasikan pada khalayak ramai.
Sedikit kekurangan pada novel ini ialah adanya kesalahan penulisan pada hal 166 alinea pertama, seharusnya Tuan Salonga bukan Tuang Salonga. Namun tidak mengurangi keseruan novel tersebut.
Sebagai penutup dari resensi novel Pergi ini, berikut beberapa kutipan-kutipan terbaik.
"Kamu harus lebih sering shalat, Agam. Itu perintah agama. Bahkan tiang agama."Â (Halaman 85)
"Cerita-cerita dongeng memang fiksi, tapi inspirasi yang ditimbulkan jelas nyata." (Halaman 128)
"Apakah memang langit ada batasnya? Ternyata tidak juga. Karena segala sesuatu pasti akan ada akhirnya. Apakah aku benar-benar bahagia dengan pilihan hidupku? Apakah aku benar-benar bangga dengan seluruh yang pernah aku lakukan? Akan berakhir di halte mana perjalanan hidupku?." (Halaman 388)
"Jangan pernah berputus harapan. Kamu akan selalu menemukan harapan baru. Jalan baru yang lebih baik. Saat itu tiba, kamu akan tahu harus pergi ke mana." (Halaman 389)
***
Peresensi, Ade Kurniasih.
***
Identitas Buku
Judul: Pergi
Penulis: Tere Liye
Co-Author: Sarippudin
Penerbit: Republika
Cetakan I: April, 2018
Tebal Buku: iv+ 455 hal ; 13,5x20,5 cm
Nomor Edisi: ISBN 978-602-5734-05-2
Berat Buku: 600 gram
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H