[caption id="attachment_366877" align="aligncenter" width="500" caption="Perpustakaan Kota Depok (depokpost.com)"][/caption]
Perpustakaan tidak hanya membutuhkan fasilitas mewah maupun sokongan dana, tapi cinta dan peduli. Perpustakaan Kota Depok, salah satu contoh perpustakaan yang tidak dikelola dengan baik.
Tiada hal yang membuat saya bahagia ketika membaca berita tentang diresmikannya Perpustakaan Umum di kota tempat saya bermukim, Depok. Sudah terbayang, bagaimana saya kelak bisa membawa kedua putri saya menghabiskan waktu di perpustakaan ini. Apalagi, lokasinya yang berada di kompleks Kantor Walikota Depok, cukup strategis untuk warga Depok sekitarnya, termasuk saya. Cukup sekali naik angkot, sudah sampai ke Perpustakaan yang terletak hanya selemparan batu dari Terminal Depok, Stasiun Depok Baru dan pusat perbelanjaan ITC Depok dan Plaza Depok.
[caption id="attachment_366878" align="aligncenter" width="560" caption="Suasana perpustakaan yang lengang tanpa pengunjung (dok. pribadi)"]
Dari berita yang saya baca di media online, bangunan perpustakaan yang diresmikan oleh Walikota Depok, Nur Mahmudi Ismail, Senin, 27 April 2015 itu terdiri dari 3 lantai, dimana lantai 1 berupa hall pameran dan ruang serbaguna. Terdapat pula ruang untuk lansia dan ruang balita. Sementara di lantai 2 terdapat ruang informasi, ruang baca umum, ruang baca anak dan layanan multimedia. Ruang perpustakaan sendiri terletak di lantai 3 bersama dengan ruang diskusi dan teater.
Rasa penasaran dengan berita yang saya baca tersebut akhirnya mengantarkan saya ke perpustakaan yang berlokasi di gedung berlantai tiga nan wah itu. Saya sengaja mengajak putri sulung saya yang sudah 5 tahun mengelola taman bacaan gratis di rumah kami. Ekspektasi kami berdua, kalaupun perpustakaan tersebut tidak selengkap Perpustakaan Diknas di kantor Kemendiknas, maupun sekeren perpustakaan Freedom Institute dan perpustakaan di kampus UI, paling tidak, nyamanlah buat kami yang ingin menambah wawasan dengan koleksi bukunya yang katanya mencapai 19.250 buku dengan 11.855 judul buku. Tapi ternyata, semua ekspektasi itu ibarat jauh panggang dari api. Ibarat langit dan bumi dengan semua perpustakaan yang pernah saya sambangi selama ini.
[caption id="attachment_419030" align="aligncenter" width="560" caption="Inilah kondisi buku-buku di Perpustakaan Depok (dok. Pribadi)"]
Bikin Geregetan
Sejak awal memasuki gedung berlantai 3 ini, sebenarnya perasaan saya sudah merasa tidak enak. Lobinya lengang, sementara jejeran rak kosong tertata tidak beraturan di salah satu sisi ruangan. Tampak beberapa anak berseragam putih abu-abu keluar dari lift disertai seorang PNS.
Pegawai perempuan itu pula yang mengarahkan kami menaiki lift karena perpustakaan umum terletak di lantai 3. Kami semakin semangat dan berharap bisa menemukan oase kota Depok di tempat ini.Tapi, harapan tinggallah harapan. Lantai 3 yang dimaksud itu, hanyalah sebuah ruangan yang sama sekali tidak mengesankan sebuah perpustakaan.
[caption id="attachment_419026" align="aligncenter" width="560" caption="Buku-buku yang dibiarkan berserakan dan tidak beraturan (dokumen pribadi)"]
Tampak seorang pegawai duduk lesu di sebuah meja yang di atasnya terletak buku daftar pengunjung, tak ubahnya meja penerimaan pasien di Puskesmas. Sama sekali tidak mengesankan modern seperti yang diberitakan media online itu. Rak penitipan barang dan tas juga kosong yang menandakan bahwa tidak ada pengunjung yang datang, selain kami berdua dan tiga orang anak sekolah tadi.
Suasana ruangan yang luas tapi kosong itu sama sekali tidak merepsentasikan sebagai sebuah perpustakaan yang diresmikan oleh seorang walikota. Pegawai yang bertugas di bagian perpustakaan ini selain tidak memiliki inisiatif juga tidak memiliki passion di bidang kepustakaan. Mereka hanya duduk santai sambil bermain gadget dan tidak ada satupun yang tergerak merapikan buku-buku yang berantakan. Dari sekali pandang saja, saya bisa menaksir kalau jumlah buku tersebut tidak ada separuhnya dari jumlah koleksi buku di perpustakaan sekolah anak saya, bahkan di taman bacaan kami yang sederhana.
[caption id="attachment_419028" align="aligncenter" width="560" caption="Rak buku yang kebanyakan kosong semakin membuat geregetan (dokumen pribadi)"]
[caption id="attachment_419031" align="aligncenter" width="554" caption="Buku-buku yang tidak ditata bikin geregetan (dok.pribadi)"]
Sempat terpikir, apakah Bapak Walikota yang meresmikan perpustakaan ini pernah meluangkan waktunya untuk mampir dan membaca di perpustakaan yang hanya berjarak beberapa langkah saja dari kantornya ini ? Apakah dia berpikir, bahwa tugasnya hanya sekadar meresmikan saja, selebihnya sudah bukan urusannya lagi?
[caption id="attachment_419032" align="aligncenter" width="496" caption="Walikota Depok saat meresmikan Perpustakaan Kota Depok "]
Terbayang, apakah senyum Pak Walikota akan sesumringah seperti foto di atas kalau dia melihat bagaimana kondisi perpustakaan itu hanya berselang 3 minggu setelah dia resmikan? Bahkan, perpustakaan yang ada di Terminal Depok dan dikelola oleh seorang mantan preman terminal itu jauh lebih baik dari perpustakaan yang pengelolaannya menggunakan dana APBD ini.
Masak kalah sih, sama mantan preman... Malu, dong ah!