Mohon tunggu...
Addie DA
Addie DA Mohon Tunggu... Arsitek - Mempunyai profesi sebagai ibu mandor dan tukang gambar bangunan.

Mempunyai hobi menulis yang dipupuk sejak remaja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Titik dan Koma

3 April 2024   09:00 Diperbarui: 4 April 2024   11:29 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Akhirnya terkejar juga, tampak olehnya civic putih di parkiran kafe itu. Dia mencoba masuk.)

***

"Kau tak akan bisa memberikan aku apa-apa. Aku juga tidak akan meminta apa pun darimu," pria itu menyalakan sebatang rokok lagi.

"Percayalah. Aku akan berusaha mewujudkannya. Sebut saja satu permintaan."

"Hhhh... Apa kau tidak dengar ? SAYA TIDAK AKAN MEMINTA APA PUN DARIMU! Kau telah membuatku sadar. Aku sadar, aku termasuk orang-orang itu. Orang-orang egois yang lupa. Aku akan merubahnya, aku akan melakukannya. Demi dia, demi kau, demi aku. Doakan aku saja supaya berhasil." Tanya membuang asap rokoknya.

***

Titik tertunduk, bahunya naik turun tak bersuara. Namun, Tanya tahu perempuan itu menangis lagi, Tanya jadi ikut terbawa. Tak lama Titik mengangkat kepalanya, ia sudah tersenyum pada Tanya. Senyum yang paling manis. Cantik sekali perempuan ini, Tanya berpikir, kenapa selama ini aku tidak menyadarinya? Aku jadi... Tak boleh! Hanya dia yang benar-benar mencintainya, hanya dia yang dengan tulus memperhatikan dan menemani Titik selama ini. Lagipula ada Petik, aku tak boleh melupakannya, aku jadi makin ingin melindungi perempuan itu, aku jadi ingin cepat pulang menemuinya. Istriku tercinta, dia pasti sudah tertidur sekarang.

"Tik, aku bukannya kasihan padamu, aku tulus, jujur aku ingin kamu bahagia. Kamu membuka mataku." Tanya tak menghiraukan pesanan makanan yang sudah datang. Begitu pun Titik.

Aku harus mengatakannya, demi dia, demi Titik, demi cinta. Tapi aku hanya mencintai Petik. Tapi aku telah berjanji. Tetap saja Petik yang ada di hatiku. Istriku. Aku tak bisa. Tapi aku harus.

"Aku cinta kamu, Tik." Aku telah mengatakannya. Lega? Khawatir? Puas? Lunas.

Titik mengernyit, kemudian tersenyum. Senyum yang paling manis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun