Mohon tunggu...
Addie DA
Addie DA Mohon Tunggu... Arsitek - Mempunyai profesi sebagai ibu mandor dan tukang gambar bangunan.

Mempunyai hobi menulis yang dipupuk sejak remaja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hawa: Homo (Seksual) Sapien

23 Maret 2024   12:50 Diperbarui: 3 April 2024   09:01 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bukankah perempuan yang membuat dirinya sendiri dikuasai? Bukankah perempuan yang membuat dirinya sendiri begitu lemah? Bukankah perempuan yang membuat dirinya sendiri begitu kuat? Bukankah perempuan yang membuat dirinya sendiri ditindas? Yah... oleh laki-laki, oleh perempuan lain, oleh keluarganya, oleh dirinya sendiri. Ah perempuan memang tolol.

Hawa tak bisa protes. Hawa cuma bisa menjalani hidup sebagai makhluk yang dinamakan perempuan, yang begitu ia benci. Apalagi namanya. Hawa merasa lemah. Hawa merasa kuat. Hawa merasa tolol.

Hawa memang masih muda, baru saja selesai kuliah. Perusahaan-perusahaan yang menerima pekerja di bidangnya mayoritas mencari laki-laki. Hawa hanya bisa nyengir sendiri. Padahal mayoritas (yang mau dan bisa kerja) adalah perempuan. Heeeghhhh... dunia tidak menerima realita. Dunia naif. Ah sialan! Akhirnya sekarang Hawa kerja di bidang yang bukan bidang yang dia ambil waktu kuliah dulu. Untungnya, Hawa sedikit banyak menyukai pekerjaannya. Karena memang bidang kuliahnya bukan sesuatu yang dia inginkan. Dia hanya perempuan. Bahkan pekerjaannya pun diprotes, seorang perempuan, ibunya sendiri. Mau apa lagi? Mau apa lagi?

Apa dunia sudah begitu membedakan laki-laki dan perempuan? Apakah sah-sah saja bila laki-laki bebas memilih, sementara perempuan tidak? Apakah sah-sah saja bila laki-laki bebas meninggalkan perempuan, sementara perempuan tidak? Apakah sah-sah saja bila laki-laki punya istri banyak, sementara perempuan tidak? Apakah sah-sah saja bila laki-laki bercinta dengan banyak perempuan sebelum menikah, sementara perempuan tidak?

Sebenarnya apa yang membuat ini semua terjadi? Sudah tentu agama mendukung kejadian ini. Tapi apakah terjadi semua ini gara-gara agama? Ah, tentu saja tidak. Terlalu naif rasanya. Apakah gara-gara perempuan? Tidak juga. Laki-laki? Tidak. Lalu apa? Lalu apa?

Yang jelas laki-laki bebas melakukan apa yang dia mau. Sementara perempuan tidak. Karena perempuan memang tolol. Itu saja.

Perempuan bahkan tidak mau mengerti sesama jenisnya, perempuan tidak mau mengerti perempuan, bahkan dengan ikatan darah pun, anak perempuan dan ibunya, ibu dan anak perempuannya. Padahal mereka sama-sama perempuan, kenapa mereka tidak bisa mengerti satu sama lain? Sementara laki-laki? Ah!

Hawa tidak berpakaian seperti laki-laki, Hawa juga jarang berpakaian seperti perempuan. Hawa bukan seorang yang feminin, dia juga tidak terlalu maskulin. Hawa adalah Hawa. Pembenci perempuan yang perempuan. Hawa tidak membenci laki-laki sebesar dia membenci perempuan, tapi juga dia tidak tertarik kepada laki-laki, hanya karena dia perempuan. Kalau bisa memilih dia pasti akan mencintai laki-laki, kalau dia adalah laki-laki. Tapi dia perempuan, dia tidak bisa mencintai laki-laki karena dia tidak tertarik, dia perempuan.

Apakah hanya karena perempuan punya vagina dan laki-laki punya penis? Vagina... lembut, lembek, lubang, menerima, ditusuk. Penis... keras, kokoh, menjulang, memaksa, superior, menusuk. Logika falus, sudah sewajarnya, sudah sepantasnya, sudah kodratnya.

Hawa bingung, manusia macam apa dia sebenarnya? Telah jauh melenceng dari kodratnya. Padahal dia perempuan, dia seharusnya menerima, bukan membenci, dia seharusnya masih perawan sebelum menikah, dia seharusnya menikah dan punya anak, dia seharusnya bisa mencintai suaminya, dia seharusnya mau bersetubuh dengan suaminya. Dia justru tidak mau, hanya karena dia perempuan.

"Kamu akan saya nikahkan dengan seseorang yang sudah bapakmu siapkan," ibunya berkata padanya suatu hari. Dalam hati Hawa nyengir. Hawa memang tidak tertarik pada laki-laki tapi dia harus juga menikah dengan salah satu kaum itu, hanya karena dia perempuan. Kalau perempuan sudah tua dan masih perawan, kasihan kata dunia. Tapi kalau laki-laki sudah tua dan masih perjaka, apa ada? Perempuan, masih perawan dicemooh, sudah tidak perawan, apalagi...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun