Mohon tunggu...
Addie DA
Addie DA Mohon Tunggu... Arsitek - Mempunyai profesi sebagai ibu mandor dan tukang gambar bangunan.

Mempunyai hobi menulis yang dipupuk sejak remaja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Nyepi

11 Maret 2024   16:47 Diperbarui: 12 Maret 2024   10:37 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dania selalu menyukai satu hari itu, hari Nyepi. Datangnya hanya satu tahun sekali, pada sekitar bulan Maret. Di hari itu, terhitung dari fajar merekah hingga esoknya fajar kembali, tak ada seorang pun keluar rumah dan menyalakan lampu pijar apalagi neon, kecuali hanya lilin-lilin redup yang bergoyang di keheningan malam rumah masing-masing. Konon di sehari-malam itu, tanpa ada sesuatu pun yang bergerak di jalanan, kecuali anjing, kucing, kalong, dan burung-burung liar, para manusia di pulau Dania tinggal, sedang mengecoh setan-setan. Para manusia pulau percaya, dalam keheningan, kegelapan, kemurnian udara (tanpa asap knalpot), setan-setan tak akan turun ke bumi, menghampiri. Dengan semua terlihat mati, padam, tak bergerak, tak akan ada yang bisa digoda setan.

Namun Dania tidak percaya itu semua. Dia tidak percaya setan, apalagi Tuhan. Walau dia sungguh menyukai satu hari itu. Hari itu hujan turun tak henti-hentinya, menambah syahdu keheningan, melipatgandakan sepi di hati, tapi tidak di atap-atap seng. Angin yang ribut pun menambah riuh. Manusia-manusia pulau meringkuk di balik selimut.

"Apa setan-setan masih akan terkecoh?"

"Apa setan-setan mendengar kebisingan ini?"

"Apa setan-setan turun bersama hujan?"

"Kita akan baik-baik saja asal tak bergerak."

"Kita akan terhindar dari godaan setan jika tak nyalakan lampu."

"Sssstt..."

"Sssssssssstttt..."

Dania sungguh menikmati hening dan udara bersih hari itu, meski hujan tak turun menderas dan tak kunjung mereda. Hanya suara hujan dan suara musik akustik dari speaker kecilnya yang mengalun. Seandainya hari Nyepi ini bisa ada lebih sering, dunia sudah terlampau bising, begitu pikirnya. Telah bertahun-tahun dia tinggal di pulau yang merayakan sepi itu, semakin tahun, hari Nyepi itu dirasanya semakin longgar dalam aturan. Tapi tetap tak ada yang berani keluar, tak ada yang berani menyalakan lampu pijar apalagi neon, apabila malam tiba dan gelap melingkupi. 

Satu pulau padam! Ajaib sekali. Dania sungguh senang, walau dia tak percaya setan apalagi Tuhan, tak terkecuali dewa-dewa. Yang diciptakan manusia, yang ditulis, digambar manusia dari mula mereka berpikir, lalu berkhayal. Karena pada jaman dahulu kala dunia masih kosong, yang ramai hanya riuh bintang-bintang di langit. Di sanalah para manusia, nenek moyangnya nenek moyang, merenung, menciptakan dewa-dewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun