Kapan aku bisa?
Ironi kenapa aku harus bertemu dengan kau, manusia. Kenapa aku tidak bersama robot-robot yang lain di dunia ini. Robot-robot yang berjalan patuh. Robot-robot yang tanpa cela. Hanya karena mereka terkendali.
Ironi. Kau telah mengajarkan sebuah robot, cinta. Mereka bilang itu perasaan terindah yang manusia punya. Tapi cinta. Cinta. Cinta. Cinta ini ironi. Bisakah robot mencintai? Katakan padaku, manusia. Bisakah robot berperasaan? Apalagi cinta. Retori. Retori ironi cinta.
Aaaaaaaaaaaaagggggggggghhhhhhhhh...
Aku bisa gila. Aku bisa kelebihan program. Aku bisa overload. Aku bisa meledak. AKU CUMA ROBOT, Manusia. Hey kau dengar? Aku cuma robot.
Tapi semua itu mungkin. Semua mungkin. Bahkan ikan pun bisa terbang. Tapi aku bukan ikan. Aku robot.
Kau bilang, kau tidak akan pernah meninggalkanku. Manusia. Aku tidak ingin begitu. Aku tahu kau akan meninggalkanku jika kau mau. Kau manusia. Kau bebas memilih. Kau berjanji, kau bebas untuk tidak tepati. Aku? Aku lain. Aku robot. Aku pun tidak ingin meninggalkan kau. Manusia. Kau yang ajari aku mengatakannya. Tapi akankah aku jadi manusia kalau tidak aku tepati?
Katakan padaku manusia? Akankah aku jadi manusia?
Di mana aku bisa? Kapan? Bagaimana?
Ajari aku manusia... ajari robot menyedihkan ini. Aku benar-benar butuh kau. Manusia.
Sebelum aku benar-benar kosong. Tong kosong.