Mohon tunggu...
Adie S. Nugroho
Adie S. Nugroho Mohon Tunggu... profesional -

Bad Designer..unthinkable crafter..Create Myself. - @NottyAdie

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Candu Cinta (Chapter 2. Hari Kedatangan)

17 Desember 2016   06:00 Diperbarui: 18 Desember 2016   02:21 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku hanya pasrah dengan garis takdir. Berusaha sekuat tenagapun untuk meraih, apalagi untuk hidup bersama rasanya mustahil. Banyak yang akan kami korbankan. Entah dia atau aku. Dan aku rasa tidak semudah seperti meniup bulu. Hanya sebuah keajaiban bisa menyatukan kami.

Yang Ku ingin hanya anak darinya...selanjutnya kami tak tahu. Ya..aku hanya ingin memiliki anak bersamanya. Kami sama-sama inginkan ada buah cinta kami. Dan aku sendiri tidak begitu penting memikirkan sebuah ikatan pernikahan resmi. Apalagi disini. Negaraku sangat-sangatlah kejam untuk aturan pernikahan. Percampuran pernikahan beda keyakinan bisa membuat patah hati. Cinta manusia bisa salah dan musnah seketika di muka aturan. Hukum catatan cinta memisahkan umat manusia yang saling kasmaran. Dan kuyakini aturan itu dibuat oleh manusia itu sendiri. Yang mungkin juga tak 100% benar. masih kolot. tak menyesuaikan zaman. Tapi sudahlah, tak penting. Aku hanya mengikuti keinginan hormonku yang ingin berpacu kencang untuk sekedar menang. Kulupakan aturan, Kami hanya saling mencinta. Kucoba menularkan genetikaku, tapi ternyata gagal. Kami terlalu tegang. Waktu memburu. Kehendak Tuhan sang Pemberi kehidupan tak mengijinkan. Tak lama Sebulan setelah dia pulang, dia berkabar bahwa dia datang bulan. Dan aku, pasrah.

Hari berganti, malam bergulir. Dan senja tak lagi sama.

Tersenyum kecil hari ini, mungkin saja otak bawah sadar mengingatkan bahwa tidak salah juga kalaupun punya rasa rindu. tapi otak kanan juga sangat protektif untuk selalu menjagaku dengan selimut kabut dari semua rasa kelu candu. “Traumatik romantik” kuberi judul. Dan kelihatannya cocok untuk nama sebuah band musik eletronik masa depan.

Kesadaran sepenuhnya tentang masa lalu yang tak akan bisa hilang begitu saja didalam hidupku. Sekeras apapun kucoba tekan dan sembunyikan. Walau hanya untuk sedikit menjadi pengingat ataupun penghibur diri diantara langkah-langkah baru yang kupunyai saat ini.

Perjalanan hidup kadang tak ternilai harganya. bukan berarti harta yang kita punya hilang, terkadang kekecewaan adalah duka yang mahal.

Kunyalakan speaker...

terdengar Melancholy hill – Gorillaz versi Dubstep awali pagiku, volume agak keras. Kucari rokok dan kopi sisa semalam, ooh...kutaruh di asbak samping PC, kunyalakan...kuhisap pelan...terduduk diam.

Rindu dendam. Seperti dendam membara yang berkobar siap berperang. Menegakkan panji-panji kasmaran. Dan ternyata Dunia tak selebar daun kelor seperti pepatah dituliskan. Butuh bertahun mungkin untuk berjalan kaki mengitari. Ya...kalau saja semua itu mengijinkan, aku akan berjalan kaki ke rumahnya. Tapi kelihatannya aku sudah mati sebelum sampai daratan Cina.

Kuberjalan menuju kamar mandi, kutengok bak mandi yang masih penuh. Air tanah sumur kontrakan yang kupercaya akan membawa kesegaran. Melupakan sejenak remuk redam, semalam baru kuantar hatiku naik kereta senja menuju Ibukota. Setelahnya, terbang menjauh melewati banyak negara.

Aaah....Kuhela nafas sangat dalam lebih dari biasa. Asap pekat tembakau yang kuhisap memenuhi semua ruang paru-paruku. Biarlah kalau rusak karat berkerak. Aku sudah terlanjur mencandu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun