"Kita resah juga sebenarnya. Karena, air di sumur tua itu debitnya sudah mulai berkurang. Apalagi ini musim kemarau ini," keluhnya.
Sedikit beruntung tetangga Erna. Bisa membeli air PDAM. Tak perlu menjunjung. Tinggal menelopon. Cukup bilang, saya mau beli air.
"Saya satu tangki setiap bulannya. Harganya Rp75 ribu. Yah, kalau tak salah isi tangkinya 5.000 liter. Kalau mau pergi menjunjung juga, sudah pasti saya tak bisa," aku Waji.
Bagi Waji, tak apa menguras uang sebanyak itu setiap bulannya. Sebab, tak ada yang bisa diharap lagi. Memang ada pipa PDAM terpasang di rumahnya. Tetapi, sudah sebulan ini tak lagi mengalir.
"Suami saya sudah lapor sih pak ke PDAM. Tetapi, tak tahu ini belum ada kabar. Jadi, mau diapa lagi," keluhnya.
Direktur PDAM Parepare, Lukman Hakim mengakui, di Kampung Bilalangnge ini warga masih kesulitan akan air bersih. Sebab, air PDAM sulit mengalir karena faktor geografis.
Perkampungannya berada di atas gunung. Olehnya itu, kedepan ia berjanji, akan dilakukan pemasangan jaringan pipa lagi agar warga bisa semakin terbantu. Â Tak sulit air lagi.
"Untuk di daerah ini (Bilalangnge) warga masih harus menggunakan sumur. Dikelola Kelompok Swadaya masyarakat (KSM) setempat," bebernya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H