Mohon tunggu...
Addafa al madani
Addafa al madani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa UIN SGD BANDUNG

saya adalah mahasiswa ungraduate UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG jurusan Hukum tata negara yang yang mempunyai minat literasi tentang isu isu yang ada, otomotif dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Budaya Patriarki: Warisan Tradisi atau Beban Masa Depan

15 Desember 2024   14:53 Diperbarui: 15 Desember 2024   18:53 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Aksi nyata: Kampanye di media sosial, bikin seminar tentang kesetaraan gender, atau mendorong perubahan kebijakan di kampus.

           Melihat patriarki dari kacamata mahasiswa, saya merasa bahwa sistem ini sering kali tampak seperti sesuatu yang sudah sangat melekat dalam budaya kita, meskipun sebenarnya itu adalah struktur sosial yang dibentuk oleh norma-norma yang tidak setara. Dalam buku Ilmu Sosial Dasar oleh Dr. Beni Ahmad Saebani, saya dapat memahami bahwa patriarki ini berakar dari sistem agraris yang membagi peran antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki ditempatkan sebagai pemimpin, sementara perempuan dianggap hanya sebagai pendamping atau pengurus rumah tangga. Meskipun sekarang kita hidup di era modern, budaya patriarki ini masih tetap ada dan terus mempengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk di lingkungan kampus.

Dalam novel Kim Ji-young, Lahir Tahun 1982 oleh Cho Nam-Joo, saya melihat bagaimana perempuan merasa terjebak dalam ekspektasi masyarakat yang didasarkan pada norma-norma patriarki. Dalam cerita itu, Kim Ji-young harus menanggung beban yang tidak seharusnya dia bawa hanya karena dia seorang perempuan. Ini mengingatkan saya bahwa patriarki tidak hanya mengatur peran, tetapi juga menghambat perkembangan individu berdasarkan gender.

Tapi, menurut saya, patriarki sebenarnya bukanlah sesuatu yang harus diterima begitu saja. Dalam Feminism is for Everybody oleh bell hooks, dijelaskan bahwa patriarki adalah sistem yang bisa dipertahankan oleh siapa saja, termasuk perempuan. Kita semua punya peran dalam memutuskan rantai ketidaksetaraan ini dan menciptakan lingkungan yang lebih adil, baik di kampus maupun di masyarakat secara luas.

Terlebih lagi, dalam Al-Qur’an, tepatnya Surah An-Nisa ayat 34, Allah berfirman:

"Laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka..."

Ayat ini sering diinterpretasikan untuk mendukung patriarki, tetapi jika kita telaah lebih dalam, ini lebih pada pembagian tanggung jawab dan kewajiban, bukan tentang dominasi satu gender atas yang lain. Laki-laki diberikan tanggung jawab untuk melindungi dan memberi nafkah, sementara perempuan diberi hak yang setara dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Dengan begitu, dalam pandangan saya, ayat ini menekankan pada kesetaraan dan tanggung jawab bersama, bukan penindasan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun