Dalam organisasi: Cewek sering dianggap kurang kompeten untuk posisi kepemimpinan, sementara cowok diharapkan memegang peran besar walaupun mungkin tidak mau.
Ekspektasi sosial: Cowok sering diberi beban lebih besar, seperti harus tegar atau sukses secara finansial, sedangkan cewek sering dipaksa mematuhi norma "anggun" atau "nurut".
Padahal, menurut Dr. Saebani, pola pikir ini sudah nggak relevan di masyarakat modern, terutama di dunia industri yang lebih butuh kerja sama dan efisiensi tanpa melihat gender.
3. Dampak Patriarki pada Mahasiswa
Psikologis: Cewek sering nggak percaya diri untuk berambisi, sementara cowok merasa tertekan oleh ekspektasi sosial.
Kesempatan Karir: Stereotip menghalangi mahasiswa, terutama cewek, untuk mengejar bidang yang "bukan untuk perempuan" seperti teknik atau politik.
Relasi Sosial: Hubungan antar teman jadi nggak setara karena adanya peran gender yang dipaksakan.
4. Peran Mahasiswa untuk Melawan Patriarki
Sebagai agen perubahan, mahasiswa punya tanggung jawab untuk mulai mengubah cara pikir ini. Beberapa langkah yang bisa dilakukan:
Diskusi kritis: Buat ruang untuk ngobrol soal gender dan patriarki tanpa saling menyalahkan.
Dukung kesetaraan: Biarkan siapa pun, cewek atau cowok, mengambil peran berdasarkan kemampuan, bukan stereotip.