Oleh: Adcha Milenium
Seorang sahabat mendatangiku suatu malam, wajahnya tampak kusut seperti koran bekas. Ia baru saja putus cinta setelah hubungan panjang yang ia pikir akan berujung pada pernikahan.
"Kenapa hidupku terasa sangat berat sekali? Perpisahan terasa sangat menyakitkan... Aku akan menjalani hari-hariku dalam kesendirian tanpa seorang kekasih... sendiri terasa sangat berat sekali bagiku" tanyanya sambil menyeruput teh hangat yang kuberikan.
Aku tersenyum kecil, "Kalau kamu melihat dari sisi yang berbeda, banyak keuntungan yang bisa kamu nikmati."
Ia menatapku, menunggu jawabanku.
"Misalnya?" tanyanya, sedikit skeptis.
"Pertama," kataku,Â
"Kamu punya waktu yang sepenuhnya milikmu. Tidak ada kewajiban untuk terus memberi kabar atau berkompromi soal hal-hal kecil. Mau main game sampai tengah malam, pergi mendaki gunung tanpa rencana, atau sekadar duduk diam menikmati kopi di sore hari? Itu semua hakmu."
"Tapi kadang kesepian," ia menyela.
"Kesepian itu bukan tentang status, tapi tentang bagaimana kamu memaknai waktu sendirimu. Saat menjadi bujangan, kamu punya kesempatan untuk benar-benar mengenal dirimu sendiri. Kamu bisa bertanya, apa sih sebenarnya yang membuatmu bahagia? Apa tujuan hidupmu tanpa perlu memikirkan ekspektasi orang lain?"
Ia terdiam, tampaknya mulai memikirkan apa yang kukatakan.