Mohon tunggu...
Politik Pilihan

Langkah Cerdik PAS Tak Mau Gulingkan Najib

23 Juni 2016   14:06 Diperbarui: 23 Juni 2016   14:13 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kali ini hitungan politik Presiden Partai PAS, Datuk Sri Abdul Hadi Awang, tepat. Kerja sama dengan PM Najib Razak dan keputusan menampik uluran tangan Dr. Mahathir Mohamad tampaknya akan berakhir manis untuk PAS.

Pasalnya, di tengah skandal korupsi perusahaan 1Malaysia Development Bhd (1MDB), partai petahana di Malaysia itu berhasil memenangi pilkada (pemilihan raya kecil/PKR) di sejumlah negara bagian pada 19 Juni 2016. Sudah menjadi rahasia umum, PAS yang ditinggalkan sebagian elitenya, memilih terus melakukan pendekatan dengan UMNO sebagai motor koalisi Barisan Nasional (BN0, bahkan sejak awal 2015.

Keberhasilan kerja sama keduanya teraba dari peningkatan jumlah suara yang berhasil diraup koalisi BN yang terbilang cukup besar. Hasil pilkada terbaru di Kuala Kangsar dan Sungai Besar, koalisi BN meraup 6.969 suara, sedangkan pada 2013, hanya 1.082 suara. Di Sungai Besar, partai berkuasa itu sukses meraih 9.191 suara, padahal pada 2013 hanya 399 suara.

Kemenangan koalisi pendukung pemerintah menjadi penting karena akan menjadi barometer seberapa tinggi kepercayaan rakyat Malaysia terhadap PM Najib. Sejumlah pengamat politik lokal pun menilai bahwa kemenangan tersebut bisa menjadi batu loncatan bagi PM Najib untuk beradu di pemilu 2018.

Sebagaimana diketahui, dari 13 negara bagian di Malaysia dengan jumlah penduduk sebesar 29 juta jiwa, 13 juta lebih adalah pemilih aktif. Hingga pemilu 2013, empat negara bagian yaitu Penang, Kedah, Selangor, dan Kelantan yang dikuasai partai oposisi.

Menelisik Lebih Jauh

Apa peran PAS dalam kemenangan BN terkini? Kenaikan suara di Kuala Kangsar yang mencapai 5 kali lipat serta di Sungai Besar yang bahkan mencapai lebih dari dari 20 kali lipat, tak akan bisa terjadi tanpa berkurangnya secara signifikan suara pihak oposisi.

Dari fakta itu, publik Malaysia memang masih mempertanyakan, apakah kemenangan BN di dua daerah andalannya ini murni keberhasilan mencuri suara pihak oposisi? Ataukah ada pihak oposisi yang menyeberang dan bergabung dengan koalisi BN?

Namun, mencermati pernyataan Dr. M beberapa waktu lalu, kemungkinan kedua yang paling masuk akal. Kala itu, setelah ditolak Abdul Hadi, Mahathir menyatakan bahwa PAS hendak bergabung dengan koalisi yang dipimpin UMNO. Menurut Mahathir, tujuannya semata oportunisme, yakni untuk mendapat sebanyak mungkin keuntungan.

Usai pembubaran Pakatan Rakyat dan pemutusan kerja sama PAS dengan DAP, Mahathir mensinyalir bahwa partai itu akan mendukung setiap langkah politik PM Najib. Kondisi inilah yang menyebabkan separuh elite PAS keluar dari partai dan memilih bergabung dengan Partai Amanah Nasional (PAN), partai Islam yang dinilai banyak pihak lebih modern dari PAS.

Benarkah pernyataan Mahathir tersebut? Banyak pengamat politik di Malaysia mengatakan bahwa pilihan Abdul Hadi untuk merapat ke UMNO adalah pilihan logis. Sepanjang lima tahun terakhir, PAS khususnya beberapa elite partainya, kerap mendapat tudingan bekerja sama dengan organisasi pengacau keamanan ISIS.

Tudingan inilah yang menyebabkan partai-partai sekuler Malaysia mulai enggan melanjutkan koalisi dengan PAS. Mereka khawatir akan membahayakan posisi sosialnya dan lebih memilih mengakhiri kontrak politik.

Apalagi, dalam tiga tahun belakangan, banyak tokoh politik di Malaysia memperingatkan tentang kecenderungan negara itu ke arah arabisasi. Aktivis sosial yang juga putri Mahathir, Marina, sudah menyatakan kekhawatiran tentang adanya kolonialisasi Arab di Malaysia dengan makin meningkatnya paham radikal di negara itu.

Dengan tekanan sosial yang kian menghebat itulah, PAS ditengarai memilih meninggalkan posisi sebagai lawan pemerintah. Jika terus memaksakan diri, dengan dukungan rakyat Malaysia atas perang pemerintah melawan gerakan pengacau keamanan berkedok agama, akan menjadi bumerang bagi PAS di pemilu 2018 nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun