Mohon tunggu...
Adam Saputra
Adam Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Akhir

lagi menjalani kehidupan sebagai mahasiswa semester kramat di UIN Sunan Ampel Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketahanan Pangan dan Pembangunan yang Merata: Kunci Sukses Indonesia Masa Kini

27 Agustus 2024   18:05 Diperbarui: 27 Agustus 2024   18:19 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah. Sebagai negara agraris dengan populasi yang besar, Indonesia menghadapi tantangan dan peluang yang unik dalam memastikan kesejahteraan rakyatnya. Dua aspek krusial yang menjadi kunci sukses Indonesia masa kini adalah ketahanan pangan dan pembangunan yang merata. Keduanya saling berkaitan dan memainkan peran penting dalam mencapai stabilitas ekonomi, sosial, dan politik yang berkelanjutan. Namun, tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan ketahanan pangan tidaklah sedikit. Saat ini, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Ketahanan pangan bukan hanya soal kecukupan pangan, tetapi juga mencakup aspek aksesibilitas, ketersediaan, stabilitas, dan pemanfaatan pangan yang tepat. Berdasarkan data dari World Food Programme (WFP), Indonesia mengalami apa yang disebut dengan "triple burden of malnutrition," yaitu tingginya angka stunting, wasting (kurus), dan obesitas. Hampir 31% anak-anak di bawah usia lima tahun menderita stunting, sementara angka obesitas pada orang dewasa meningkat dari 19% pada tahun 2007 menjadi 35% pada tahun 2018. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada kecukupan pangan, kualitas dan distribusi gizi masih menjadi masalah besar.

Ketahanan pangan dan pembangunan yang merata saling terkait erat. Wilayah-wilayah yang kurang berkembang sering kali memiliki tingkat ketahanan pangan yang rendah karena akses yang terbatas terhadap sumber daya pertanian, teknologi, dan pasar. Sebaliknya, daerah yang memiliki infrastruktur yang baik dan akses pasar yang luas cenderung memiliki ketahanan pangan yang lebih kuat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa terdapat ketimpangan pembangunan antara wilayah Barat dan Timur Indonesia. Pada tahun 2022, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita di Jawa sebesar Rp 61,7 juta, sementara di Papua hanya Rp 35,5 juta. . Di daerah seperti Nusa Tenggara Timur, lebih dari 20% penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, dan hampir 40% anak-anak di bawah usia lima tahun mengalami stunting. Ketimpangan ini mencerminkan adanya perbedaan dalam akses terhadap sumber daya dan layanan dasar, yang berdampak pada ketahanan pangan di daerah-daerah tertentu. Dengan adanya tantangan ketimpangan pembangunan ini diperlukan kebijakan publik dalam mendukung ketahanan pangan di Indonesia.

Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2023, pemerintah Indonesia menargetkan peningkatan produksi pangan melalui intensifikasi pertanian, rehabilitasi lahan kritis, dan pengembangan infrastruktur pertanian di daerah terpencil. RKP ini juga memprioritaskan peningkatan akses pasar bagi petani di wilayah Timur Indonesia untuk mengurangi kesenjangan ekonomi dan memperkuat ketahanan pangan di seluruh negeri.

Namun, efektivitas kebijakan ini seringkali dipertanyakan, terutama dalam kaitannya dengan pencapaian kesetaraan pembangunan di seluruh wilayah. Pembuatan kebijakan harus didasarkan pada data dan penelitian yang akurat untuk memastikan intervensi yang tepat sasaran. Misalnya, pemetaan daerah rawan pangan dan identifikasi kebutuhan spesifik setiap wilayah memungkinkan pemerintah untuk merancang program yang lebih efektif. Kebijakan ini juga perlu diperkuat dengan pendekatan yang lebih holistik. Misalnya, program pendidikan dan pelatihan bagi petani harus ditingkatkan agar mereka dapat memanfaatkan teknologi dan praktik pertanian yang lebih modern dan berkelanjutan. Sektor pertanian memainkan peran penting dalam perekonomian banyak daerah di Indonesia, terutama di wilayah pedesaan. Dengan meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian melalui pengolahan dan pemasaran yang lebih baik, pendapatan masyarakat lokal dapat ditingkatkan, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu, pemerintah juga harus memperkuat sistem distribusi pangan nasional untuk memastikan bahwa pangan dapat didistribusikan dengan efisien dari wilayah yang mengalami surplus ke wilayah yang mengalami kekurangan pangan.

Kebijakan publik yang efektif untuk ketahanan pangan  harus memperhatikan berbagai aspek, mulai dari produksi hingga konsumsi. Kebijakan ketahanan pangan harus dirancang dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti salah satunya diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan adalah strategi untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis komoditas pangan, seperti beras. Kebijakan ini dapat dilakukan dengan mendorong produksi dan konsumsi sumber pangan alternatif seperti jagung, singkong, dan sagu. Diversifikasi pangan juga membantu mengurangi risiko ketidakstabilan harga dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Selain diversifikasi pangan diperlukan juga inovasi teknologi dalam bidang pertanian seperti penggunaan benih unggul, teknik budidaya modern, dan sistem informasi pertanian, juga diperlukan guna meningkatkan produktivitas dan ketahanan terhadap perubahan iklim. Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2021, perubahan iklim diproyeksikan akan mengurangi hasil panen hingga 15-20% di beberapa wilayah di Indonesia pada tahun 2050. Dampak ini akan lebih terasa di daerah-daerah yang sudah mengalami kesulitan dalam mengakses pangan, seperti wilayah Timur Indonesia. Oleh karena itu pentingnya kebijakan publik yang mendorong adopsi teknologi ini di kalangan petani akan memberikan dampak positif pada ketahanan pangan nasional.

Selain itu, ketahanan pangan tidak dapat dicapai tanpa pengelolaan sumber daya alam yang bijak. Menurut laporan Kementerian Pertanian (2023), Indonesia kehilangan sekitar 150.000 hektar lahan pertanian produktif setiap tahunnya akibat alih fungsi lahan menjadi kawasan industri dan pemukiman. Hal ini mengancam ketahanan pangan nasional, terutama jika tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas pertanian di lahan yang tersisa. Kebijakan yang mendukung pertanian berkelanjutan, konservasi lahan, dan penggunaan air yang efisien sangat penting untuk menjaga kelangsungan produksi pangan di masa depan.

Sinergi antara Ketahanan Pangan dan Pembangunan yang Merata

Ketahanan pangan dan pembangunan yang merata saling mendukung dan memperkuat satu sama lain. Peningkatan ketahanan pangan berkontribusi pada pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesehatan masyarakat, yang pada gilirannya mendorong pembangunan ekonomi yang lebih inklusif.

Beberapa langkah strategis yang dilakukan untuk mencapai pembangunan yang lebih merata meliputi:

  • Pembangunan Infrastruktur Terpadu

Investasi besar-besaran dalam pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan, dan fasilitas publik di daerah terpencil untuk meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas. Dengan membangun infrastruktur dan layanan publik yang memadai di pedesaan, serta menciptakan peluang ekonomi yang layak, migrasi penduduk ke kota dapat dikurangi. Hal ini juga membantu menjaga keberlanjutan produksi pangan nasional karena tenaga kerja pertanian tetap tersedia di daerah penghasil pangan Petani dapat lebih mudah mengakses pasar, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan mereka dan memperkuat ketahanan pangan di daerah tersebut.

  • Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Pendirian KEK di berbagai wilayah strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui investasi dan penciptaan lapangan kerja. Kolaborasi dengan sektor swasta dan organisasi masyarakat sipil penting dalam memperluas sumber daya dan keahlian yang tersedia. Kemitraan publik-swasta dapat mempercepat pembangunan infrastruktur dan inovasi teknologi, sementara organisasi masyarakat sipil dapat membantu dalam pemberdayaan komunitas dan pengawasan pelaksanaan program.

  • Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan

Penyediaan layanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas di seluruh wilayah untuk memastikan peningkatan kualitas sumber daya manusia secara merata. Pembangunan yang merata juga harus mencakup peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan di bidang pertanian dan pengelolaan sumber daya alam. Pemerintah perlu memastikan bahwa kurikulum pendidikan pertanian di sekolah dan universitas disesuaikan dengan kebutuhan industri dan perkembangan teknologi terkini. Selain itu, program-program vokasi dan pelatihan kerja bagi pemuda di pedesaan harus diperluas untuk menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan siap bersaing.

Melihat tantangan dan peluang yang ada, Indonesia perlu terus berinovasi dan beradaptasi untuk memastikan ketahanan pangan dan pembangunan yang merata di masa depan diantaranya seperti :

1. Adopsi Pertanian Berkelanjutan

Mengintegrasikan praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk menjaga produktivitas jangka panjang dan kelestarian sumber daya alam.

2. Pengembangan Ekonomi Digital

Memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok pangan, akses pasar, dan informasi bagi petani dan pelaku usaha di sektor pertanian.

3. Peningkatan Ketahanan terhadap Bencana

Membangun sistem manajemen risiko bencana yang kuat untuk mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim dan bencana alam terhadap produksi dan distribusi pangan.

4. Penguatan Kebijakan Proteksi Sosial

Menyediakan jaring pengaman sosial yang efektif untuk kelompok rentan guna memastikan akses mereka terhadap pangan dan layanan dasar lainnya, terutama di masa krisis.

5. Optimalisasi Pasar dan Perdagangan

Untuk meningkatkan pendapatan petani, Indonesia perlu mengoptimalkan pasar domestik dan internasional untuk produk pertanian. Ini termasuk pengembangan infrastruktur pasar yang lebih baik, peningkatan kualitas produk untuk memenuhi standar internasional, dan promosi produk pangan lokal di pasar global. Perlu juga ada kebijakan yang mendukung stabilitas harga komoditas pangan untuk melindungi petani dari fluktuasi harga yang merugikan.

6. Reformasi Kebijakan Pertanahan

Masalah alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian harus diatasi melalui reformasi kebijakan pertanahan yang lebih ketat. Pemerintah perlu menetapkan batasan yang jelas terhadap konversi lahan dan mendorong penggunaan lahan marginal untuk kegiatan pertanian. Program redistribusi lahan dan peningkatan hak milik petani juga dapat menjadi langkah untuk memastikan bahwa lahan tetap produktif dan dikelola secara berkelanjutan.

7. Penguatan Kerjasama Internasional

Indonesia perlu meningkatkan kerjasama internasional dalam hal penelitian dan pengembangan pertanian, serta berbagi pengetahuan dan teknologi. Partisipasi aktif dalam forum-forum global seperti FAO (Food and Agriculture Organization) dan kerja sama dengan negara-negara tetangga dalam ASEAN dapat membuka peluang untuk pertukaran teknologi, investasi, dan bantuan teknis yang mendukung ketahanan pangan nasional.

Ketahanan pangan dan pembangunan yang merata adalah dua pilar utama yang saling mendukung dalam upaya mencapai kesuksesan dan kesejahteraan Indonesia masa kini. Dengan menghadapi tantangan secara proaktif melalui kebijakan yang tepat, inovasi teknologi, dan partisipasi semua pemangku kepentingan, Indonesia dapat mewujudkan visi menjadi negara yang makmur, adil, dan berkelanjutan. Penting bagi seluruh elemen bangsa untuk bekerja sama dalam membangun sistem pangan yang tangguh dan memastikan bahwa hasil pembangunan dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat Indonesia. Kebijakan publik memainkan peran kunci dalam memastikan tercapainya ketahanan pangan dan pembangunan yang merata di Indonesia. Kebijakan yang tepat dan berbasis data memungkinkan pemerintah untuk mengatasi tantangan kompleks yang dihadapi sektor pangan dan pembangunan, seperti perubahan iklim, ketimpangan akses, dan ketergantungan pada impor. Melalui pendekatan yang holistik dan inklusif, kebijakan dapat memperkuat sektor pertanian, meningkatkan akses terhadap layanan dasar, dan mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi antarwilayah.

Keberhasilan kebijakan ini juga bergantung pada sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil. Kolaborasi yang erat memungkinkan mobilisasi sumber daya dan inovasi teknologi yang diperlukan untuk mempercepat pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu, partisipasi aktif masyarakat dan peningkatan kesadaran publik akan pentingnya ketahanan pangan dan pembangunan yang merata menjadi faktor pendukung keberhasilan implementasi kebijakan.

Dengan demikian, kebijakan publik yang efektif, partisipatif, dan berkelanjutan adalah fondasi utama untuk membangun Indonesia yang lebih tangguh, adil, dan makmur di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun