Mohon tunggu...
Adam Perdana
Adam Perdana Mohon Tunggu... lainnya -

Saya menulis, maka saya Eksis. www.facebook.com/AdamPerdana007

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ojek Liar, Kuda Besiku

3 Maret 2017   21:26 Diperbarui: 3 Maret 2017   21:31 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suzuki Address Elegant © Suzuki

Dan disinilah Aku sekarang, di parkiran sebuah bank yang tiap bulan membayarkan uang pensiun PNS. Seorang penumpangku sedang antri di dalam bank untuk mengambil uang pensiunnya. Sempat Aku lihat ke dalam tadi, sangat banyak yang antri hari ini untuk mengambil uang pensiun. Untunglah penumpangku bisa duduk, sedangkan yang lain banyak berdiri menunggu panggilan dari kasir. Tentu saja perempuan tua yang jadi penumpangku itu senang, selain mengambil uang, dia juga bertemu teman-teman seangkatannya. Mereka terlihat asyik mengobrol.

 Rasanya belum pernah ada yang bilang kalau menunggu itu menyenangkan. Baru sepuluh menit Aku di parkiran, sudah bosan rasanya. Kukeluarkan HP dan kucoba terhubung dengan dunia maya. Berita online sudah kulahap usai sarapan tadi pagi. Mungkin sebaiknya aku cek Facebook atau Twitter saja. Ahh, status si Tarmizi muncul di beranda Facebook-ku, paling atas. Tarmizi juga tukang ojek, tapi dia online. Dalam statusnya itu tampak foto screen shot layar HP-nya. Di foto itu jelas terlihat poin bonusnya dan jumlah penumpang yang didapatnya. Jujur saja kadang Aku iri dengan Tarmizi. Ketika berpapasan di jalan hampir selalu Tarmizi membawa penumpang di motornya. Kebanyakan penumpangnya masih muda-muda, sementara Aku sendiri lebih sering membawa kaum tua, bahkan kadang manula, seperti Bu Jamilah yang kuantar ke bank hari ini. Belakangan Tarmizi juga sering mengajakku bergabung menjadi 'driver ojek online'.

 ***

 Seseorang melintas di depanku ketika Aku sedang asyik menatap layar HP. Perhatianku beralih padanya, seorang bapak yang sudah berumur, tapi langkahnya masih terlihat mantap. Bapak itu sepertinya satu dari sekian banyak pensiunan yang mengambil uangnya hari ini. Bukan penampilannya saja yang menarik perhatianku, tapi juga motor yang ditungganginya. Perlahan tapi pasti bapak itu mengeluarkan sebuah Honda Astrea Prima dari barisan motor yang sedang parkir. Itu sebuah motor legendaris produksi Honda! Umur motor itu mungkin hampir sama denganku. Bapak itu sepertinya tahu Aku sedang memperhatikannya, ketika mata kami beradu pandang, bapak itu menyapaku:

 "Lagi nunggu siapa mas?"

 "Bu Jamilah pak"

 "Ooo, masih lama kayaknya, nomor antriannya 200-an"

 "Bapak nomor berapa pak?"

 "Saya 174. Saya jalan dulu ya"

 Bapak itu lalu mengengkol Astrea Prima miliknya, mesinnya terdengar khas. Bunyi mesinnya menandakan motor itu terawat cukup baik. Bodinya juga masih orisinil semua. Terkesan prima, baik motor maupun penunggangnya. Sayang, Aku tak sempat bicara lebih banyak lagi dengan bapak itu.

 Ketika Aku masih berdiri memandangi pak tua itu dan Astrea-nya, seorang wanita berseru padaku:

 "Mas, tolongin nih?!"

 Ya ampun, mungkin Aku dikiranya tukang parkir!

 Walau agak kesal Aku membantu menarik motornya, supaya bisa keluar dari barisan motor yang sedang parkir. Dia menunggangi sebuah Yamaha Mio. Sepertinya ini generasi awal Mio, mesinnya masih pakai karburator, belum fuel injection. Kulihat di plat motornya, tahun berakhir pajaknya 2020. Aku yakin usia motor ini sudah lebih lima tahun.

 "Bagus ya motornya mbak, awet" kataku.

 "Biasa aja mas, ini warisan dari ibuku." kata wanita itu sambil menyodorkan selembar uang seribu.

 "Saya bukan tukang parkir mbak" kataku menolak sambil tersenyum, walau dalam hatiku sempat ada keinginan mengambil uang itu.

 Wanita itu pun berlalu dan Aku kembali duduk di motorku, dikelilingi puluhan motor lain yang sedang parkir. Sepertinya Aku menemukan kegiatan yang bisa menghilangkan rasa bosanku, bagaimana kalau Aku main tebak-tebakan. Aku akan tebak, bagaimana rupa pemilik dari motor-motor ini.

 ***

 Seorang lelaki terlihat keluar dari bank. Penampilannya terkesan santai, tidak formal, dengan celana dan jaket jeans. Wajahnya dihiasi kumis dan jenggot, lebih tepat rasanya disebut brewokan. Kesannya juga agak sangar. Aku jadi curiga jangan-jangan dialah penunggang Yamaha RX-King yang parkir di ujung sana. Namun ternyata dia berbelok, berjalan menuju ke sebuah Honda Verza warna biru. Tebakanku salah, tapi cukup mendekati. Karena Verza dan RX-King sama-sama termasuk kategori sport.

 Tak lama sesudah pria brewokan menunggangi motornya keluar dari parkiran, seorang pemuda nampak bergegas keluar dari bank. Jelas dia terburu-buru, langkahnya cepat. Dia masih memakai jaket dan sarung tangan waktu dari dalam bank. Aku berpikir cepat, motor apa yang ditungganginya? Sepertinya Yamaha Vixion itu. Benar, tebakanku kali ini tepat dan juga cepat. Tak heran pemuda itu menunggangi Yamaha Vixion. Dasar pertimbanganku adalah karena motor itu rasanya cocok untuknya, pekerja muda yang mengejar kesuksesan karir dan juga ingin cepat mencapai tujuannya. Dilihat dari penampilannya, pemuda itu juga sering bepergian jauh. Yamaha Vixion juga cukup tangguh untuk itu.

 Kali ini seorang perempuan muda berpakaian formal, dengan kemeja dan rok selutut. Kemungkinan besar dia menunggangi motor matik, dengan kapasitas mesin standar dan bodi motor yang seukuran tubuhnya. Ya, dugaanku benar, dia menggiring Honda Beat itu keluar parkiran.

 ***

 Lebih dari separuh motor yang mengelilingiku di parkiran adalah skuter matik. Merk terbanyak adalah Honda, kemudian disusul Yamaha. Aku jadi sedikit minder dengan tungganganku, yang kalah gengsi dari motor-motor yang parkir di sini. Tungganganku adalah sebuah motor matik produksi Suzuki. Entah ada apa dengan motor Suzuki di negeri ini sekarang. Aku tak tahu pasti, mungkin ada masalah di bagian marketing. Kalau untuk mobil, merk Suzuki masih banyak peminatnya. Tapi kalau untuk motor, Suzuki sudah tertinggal oleh Honda maupun Yamaha.

 Aku mencoba mengingat lagi kejadian dua bulan lalu, ketika Aku memutuskan membeli motor ini, Suzuki Address LG warna putih. Apa karena promo DP murahnya, yang hanya 600 ribu? Apa karena spesifikasi dan fiturnya yang berlebih, dibanding motor lain yang sekelas? Apa karena desainnya yang terkesan elegan? Ya semua itu benar. Tapi entah kenapa ketika kukendarai di jalanan motor ini kadang membuatku minder? Jangan-jangan hanya perasaanku saja...

 "Mas! Bantuin dong?"

 Lagi-lagi Aku disangka petugas parkir. Bukan salah mereka sebenarnya, penampilanku memang seperti petugas parkir yang mengenakan rompi. Namun kali ini Aku makin jengkel karena nada suara wanita ini seperti menyalakku.

 "Motornya yang ini? Jawabku agak ketus.

 "Iya, belum pernah liat cewe bawa Satria ya?"

 Aku hanya diam dan segera membantunya. Dalam hati Aku sedikit kagum padanya. Seorang perempuan yang bisa mengendarai motor yang sejatinya untuk lelaki adalah perempuan luar biasa, menurutku.

 "Ga perlu mbak, saya bukan tukang parkir" kataku waktu dia memeriksa isi dompetnya. Dia tertegun dan wajahnya nampak berubah.

 "Sori ya mas... Aku ga tahu" kata perempuan itu. Kali ini dengan nada yang lebih bersahabat.

 "Ga masalah mbak. Lain kali jangan galak kayak tadi ya, mentang-mentang motornya galak" kataku sambil tersenyum.

 "Yo mas, mari..."

 "Yo hati-hati"

 Perempuan itu pun melaju bersama Satria-nya. Aku jadi ragu apa benar motor itu miliknya. Mungkin milik pacarnya atau saudara lelakinya. Menyaksikan wanita penunggang Satria itu membuatku kembali memikirkan Suzuki.

 Aku ingat Ayahku dulu sempat memakai motor Suzuki untuk kendaraan dinasnya. Tipenya kurang ingat, tapi bodinya seperti motor trail, dengan ban bergerigi. Motor Suzuki lainnya seperti Tornado, Shogun, Smash, atau Thunder, sempat berjaya dulunya. Walau bagaimanapun, Aku percaya kualitas motor Suzuki tak kalah dengan Honda atau Yamaha.

 ***

 Pandanganku kemudian beralih pada tungganganku, kuda besiku, Suzuki Address LG dengan warna putihnya yang cerah. Terlihat tampil beda. Rasanya Aku makin yakin sekarang, motor itu cocok untukku. Bagasinya besar, cukup banyak yang bisa muat di dalamnya. Aku tak perlu lagi menggantung botol minuman di dekat stang motor. Kotak nasi untuk bekalku dan botol minum bisa muat di dalam bagasi. Suspensinya bagus untuk boncengan. Joknya juga lebih lebar dan empuk. Tangki BBM-nya juga besar, bisa diisi bensin sampai lebih lima liter. Suzuki Address lebih dari cukup untukku, yang tiap hari antar jemput orang atau barang dalam kota.

 "A-aadd!!"

 Dari kejauhan terdengar suara Bu Jamilah memanggilku. Dia nampak bergegas ke arahku dengan wajah berseri-seri. Tak heran, pasti dia senang menerima uang pensiunnya. Semoga Aku dapat tip darinya hari ini.

 "Kita balik sebentar ya Ad, buku tabungan sama kartu ATM-ku ketinggalan di rumah"

 Ya ampun! Aku tak salah dengar kan?! Aku hanya mendesah kecewa lalu kugaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal. Huffff....

 (End of episode)

CATATAN PENULIS:

Kisah ini adalah fiksi yang terinspirasi kejadian sehari-hari/nyata. Beberapa nama produk/merek, karakter, lokasi, sengaja disamarkan terkait hak cipta dan privasi. Komentar dan kritik terhadap serial/cerbung ini dapat juga disampaikan melalui Facebook: @KaryaAdamPerdana atau Twitter : @AdamPerdana007.

Daftar episode Ojek Liar yang sudah dipublikasikan:

1. Star Your Engine ! (Kompasiana)

2. Brmm Brmm Brmm (Kompasiana)

3. Jualan G.Vision (Kompasiana)

4. Profesionalisme (Facebook)

5. Ikut Memburu Berita (Kompasiana)

6. Diserempet Kerbau (Facebook)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun