"Terus, kita jadi ke Abadi?"
 "Ga usah mas, habis ini kita berangkat ke kantorku. Acara di Abadi pasti udah selesai dari tadi."
 Beberapa saat kami hanya duduk diam memandangi TV yang sedang menayangkan sinetron. Aku merasa dalam hati, cukup melelahkan juga jadi wartawan. Bukan hanya berpacu dengan waktu, tapi kadang para wartawan terlibat secara emosional dengan narasumbernya. Dan pastinya juga sering bertemu kejadian-kejadian diluar dugaan.
 "Yok mas, berangkat sekarang!" Ira bangkit dari kursi, berusaha tegar melawan kelelahannya.
 ***
 Alhamdulillah hari ini Aku dapat omset yang cukup memuaskan, bahkan melebihi target harianku. Aku jadi bisa pulang lebih awal hari ini. Tadi juga sempat main dulu ke rumah Puput dan membelikannya gorengan. Tapi nampaknya Puput tak begitu senang, malah mencurigaiku. Tak masalah, perempuan memang biasa seperti itu. Mana ada wartawan yang mau pacaran sama tukang ojek, kataku meyakinkan Puput tadi.
 Dan malam ini sepertinya Aku bisa tidur nyenyak dan mimpi indah....
 ***
 "PARAM-PAM-PAM...PARAM-PAM-PAM...PARAM-PAM-PAM-PAM"
 Ya ampun! Aku tak salah dengar, HP-ku berdering. Siapa yang berani malam-malam begini membangunkanku? Segera kuraih HP-ku di meja dekat dipan, rupanya Ira si wartawan!
 "Sori Mas, lagi tidur ya? Antarin Aku sekarang ke rumah sakit bisa ga? Ada berita penting!"