Melihat perempuan yang mondar-mandir di pinggir jalan sambil bertelepon itu membuatku ragu, apakah akan berhenti dan menawarkan jasa ojek padanya? Kalau pepatah mengatakan: 'Malu bertanya sesat di jalan', sebagai tukang ojek Aku punya pepatah: 'Malu bertanya sesal kemudian'. Siapapun yang berdiri di pinggir jalan, Aku harus pastikan, apakah dia butuh ojek atau tidak.
 Perempuan itu masih saja bertelepon, ketika Aku berhenti di dekatnya, seakan tak menyadari keberadaanku.
 "Ojek mbak?" tanyaku.
Perempuan itu melirikku dan tanpa ba-bi-bu langsung naik di boncengan. Dia masih saja berbicara lewat HP-nya, dan Aku takkan menjalankan motor ini kalau belum tahu tujuannya. Sejenak dia berhenti bicara, lalu mengatakan tujuannya:
"Komplek Cendrawasih Mas, Blok D" katanya singkat.
"Oke" balasku singkat juga, lalu menjalankan motor. Dia pun melanjutkan pembicaraannya lewat telepon.
Sepertinya perempuan ini sedang dikejar waktu. Tapi penampilannya tak macam karyawan kantoran. Dia memakai celana jins dan kemeja lengan panjang kotak-kotak. Apa dia seorang mahasiswa yang sedang buru-buru membuat tugas? Rasanya tidak, umurnya kuperkirakan sudah jelang kepala tiga.
Sepertinya Aku tak perlu bertanya lagi apa pekerjaan perempuan ini, karena dari pembicaraannya barusan bisa kusimpulkan dia adalah seorang wartawan. Ada kata-kata deadline, interview, dan narasumber disebutnya barusan.
Setelah cukup lama bertelepon, akhirnya dia membuka percakapan denganku:
"Maaf mas tadi lagi ngomong sama bos..."
"Ga apa mbak, biasa aja"
 ***