Mohon tunggu...
Adam putradias
Adam putradias Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Trand terbaru mengenai Covid-19 dan UMKM

Disini saya akan berabgi bagaimana cara menaikkan peningkatan penjualan bagi UMKM di masa Pandem Covid-19

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisa Permasalahan Usaha Kuliner "Dapur Uti" di Masa Pandemi Covid-19

10 September 2021   05:32 Diperbarui: 10 September 2021   05:36 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua tahun sudah Pandemi Covid-19 melanda, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh belahan dunia. Dampak paling besar yang paling dirasakan oleh semua orang, selain dampak kesehatan, adalah sektor ekonomi. 

Fakta di lapangan menunjukkan banyak perusahaan yang terkena imbas dari pandemi ini; banyak dari perusahaan tersebut yang terpaksa gulung tikar atau merumahkan banyak pegawainya. 

Akibatnya, tingkat pengangguran meningkat tajam yang berbanding lurus dengan meningkatnya tingkat kemiskinan.  Namun, tidak sedikit perusahaan yang mencoba untuk bertahan dengan cara beradaptasi dengan keadaan. Inovasi sangat diperlukan jika perusahaan tersebut mau tetap bertahan. 

Salah satu contoh inovasi yang bisa dilakukan oleh perusahaan misalnya, jika sebelumnya perusahaan tersebut mengandalkan penjualan secara langsung (direct selling), maka sebagai cara untuk bertahan, perusahaan tersebut mengubah cara penjualan dengan memanfaatkan market place.

Salah satu UMKM yang mencoba bertahan di tengah pademi adalah usaha kuliner DAPUR UTI. Bertempat di Kelurahan Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang, DAPUR UTI  adalah usaha bisnis yang bergerak di bidang kuliner dengan menawarkan menu makanan khas Gresik, Nasi Krawu dan Otak-Otak Bandeng, dengan kisaran harga Rp 22.500, 00 -- Rp 30.000, 00 untuk Otak-Otak Bandeng dan Rp 100.000,00 untuk Krawu Daging Khas Gresik. 

Selain itu, DAPUR UTI juga menawarkan minuman segar khas Jawa Barat, asal pemilk DAPUR UTI, yaitu asinan yang dibandrol harga Rp 8.000, 00 per bungkus / gelas. 

Alasan didirikannya usaha kuliner "DAPUR UTI" adalah menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebagaimana usaha yang berdiri di masa pandemi, DAPUR UTI banyak menghadapi tantangan dalam menjalankan usahanya.

Dari hasil wawancara saya dengan pemilik usaha kuliner DAPUR UTI, Ibu Farida, dapat disimpulkan ada tiga kendala terbesar dalam menjalankan bisnis kuliner DAPUR UTI ini. Ketiga kendala tersebut adalah ketersediaan bahan baku setiap saat ada pesanan,  pengemasan, dan pengiriman barang.

Pada awal didirikannya usaha kuliner DAPUR UTI, konsumen berasal dari daerah Kota Malang dan sekitarnya. Dengan memanfaatkan media social, seperti, WA, Instagram, dan Facebook, DAPUR UTI dapat menambah jangkauan konsumennya. 

Para pelanggan DAPUR UTI selain berasal dari Gerbangkertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan) dan beberapa kota di Jawa, seperti Bogor, Kendal, dan Jakarta,  juga berasal dari luar pulau Jawa, sepert Medan, Riau, Bali, dan Pulau Kalimantan. 

Hal ini memunculkan kendala pertama dalam menjalankan bisnis DAPUR UTI, yaitu bagaimana mengemas hasil produk yang tepat, sehingga makanan tidak cepat basi. 

Dari hasil uji coba, Ibu Farida memilih untuk membekukan produk makanan yang dipesan dan dikemas dalam plastik vakum sebelum dikirim.

Kendala kedua yang sering dihadapi oleh DAPUR UTI adalah masalah pengiriman barang. Pemilihan ekspedisi pengantaran makanan biasanya berdasarkan lamanya pengiriman dan harga. 

Namun, terkadang, pemilihan ekspedisi pengiriman makanan juga tergantung pada permintaan konsumen. Ada konsumen yang lebih suka menggunakan jasa ekspedisi tertentu walau harganya lebih mahal dari ekspedisi yang ditawarkan oleh DAPUR UTI. 

Kendala lain yang tidak kalah penting untuk dipikirkan adalah ketersediaan bahan baku.  

Sebagaimana dketahui, diberlakukannya PPKM sebagai salah satu usaha mencegah penyebaran Covid-19, memberikan dampak negatif terhadap perkembangan bisnis. 

Banyak akses jalan yang ditutup sehingga menyebabkan terhambatnya distribusi bahan baku segar dan imbasnya, terbatasnya ketersediaan bahan baku dan harganya menjadi lebih mahal. Hal-hal ini perlu dipikirkan jalan keluarnya.

Dalam produksinya, ada dua jenis bahan baku yang dbutuhkan di DAPUR UTI, yaitu bahan baku untuk bumbu dan bahan baku utama yang berupa ikan dan daging. 

Pada awalnya, terbatasnya jumlah dan mahalnya harga bahan baku membuat Ibu Farida kebingungan, karena beliau tidak mungkin tidak menetapkan harga yang pas dalam menjual produknya. 

Dengan kata lain, harga produk tidak mungkin tidak stabil, karena ketidakstabilan harga suatu produk pasti akan mempengaruhi kepercayaan dan kenyamanan konsumen dalam membeli produk tersebut. 

Dan, hal itu yang ingin dihindari oleh Ibu Farida demi menjaga keberlangsungan usaha DAPUR UTI dan kepercayaan konsumen. Lalu, apa yang harus dilakukan oleh Ibu Farida sehingga ada win-win solution untuk memecahkan masalah ini?

Menurut saya, hal terbaik yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah ini adalah dengan melakukan komunikasi yang baik dengan konsumen. 

Dengan mengusung konsep Fresh From The Oven, produk yang dijual DAPUR UTI dibuat berdasarkan pesanan. Artinya, jika ada konsumen yang berminat, maka mereka harus pesan terlebih dahulu, kemudian dibuatkan DAPUR UTI. 

Untuk menghindari kerugian dan ketidaknyamanan, ada baiknya Ibu Farida dapat mengkomunikasikan terlebih dahulu ketersediaan bahan baku di pasar. 

Misalnya, harga bandeng yang ada di pasar untuk hari ini berbeda dengan kemarin, maka Ibu Farida dapat memberitahukan kepada konsumennya dan menawarkan apakah mereka bersedia untuk membayar dengan harga yang berbeda? Jika konsumen tersebut bersedia, maka Ibu Farida dapat melanjutkan proses masaknya. 

Jika tidak, maka konsumen dapat membatalkan pesanan. Hal ini dapat mengurangi kerugian di pihak penjual, Ibu Farida. Atau perlu dipikirkan lagi alternatif lain untuk mengatasi masalah bahan baku.

Sebagai penutup, pandemic Covid-19 memberikan dampak yang luar biasa dalam kehidupan kita. Selain dampak kesehatan, juga dampak dibidang ekonomi. 

Banyak masalah-masalah yang timbul karena pandemi ini. Namun, hal ini hendaknya tidak menjadikan kita berkecil hati dan berputus asa. 

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para pelaku bisnis untuk mempertahankan usahanya adalah dengan terus melakukan inovasi, beradaptasi, dan terus memikirkan alternative untuk mememcahkan masalah dan kendala yang ada. Dengan denikina diharapkan usaha ekomoni dapat berjalan terus.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Adam Putra Dias

210501110166

Manajemen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun