Seorang pemimpin harus memiliki karakter yang berbudi luhur (virtuous character). Kebajikan bukan sekadar kualitas moral abstrak, melainkan disposisi praktis yang terbentuk melalui kebiasaan dan praktik konsisten. Karakter-karakter esensial seorang pemimpin berbudi luhur meliputi:
- **Keberanian (Andreia)**: Bukan hanya menghadapi bahaya fisik, tetapi juga keberanian moral untuk mengambil keputusan sulit dan mempertahankan prinsip di tengah tekanan.
- **Kebijaksanaan (Sophia)**: Kemampuan untuk memahami prinsip-prinsip universal dan mengaplikasikan dalam situasi konkret.
- **Keadilan (Dikaiosyne)**: Komitmen untuk memberikan apa yang seharusnya kepada setiap orang sesuai dengan proporsi dan kebajikannya[1].
Pengembangan karakter kepemimpinan tidak lahir secara instan; melainkan harus dikembangkan melalui proses panjang yang melibatkan pendidikan formal dan informal, pengalaman praktis dalam memimpin, refleksi dan evaluasi diri, serta mentoring dari tokoh panutan[1].
Prinsip Golden Mean dalam Pengambilan Keputusan
Salah satu kontribusi terpenting Aristotle adalah konsep "golden mean," atau jalan tengah. Prinsip ini menyatakan bahwa kebajikan terletak di antara dua ekstrem. Dalam konteks kepemimpinan, hal ini berarti:
- **Keberanian Terletak Antara Pengecut dan Gegabah**
- **Kedermawanan Antara Kikir dan Boros**
- **Ketegasan Antara Pasif dan Agresif**
Prinsip golden mean memiliki implikasi praktis dalam pengambilan keputusan kepemimpinan seperti analisis situasional komprehensif, pertimbangan berbagai perspektif, pencarian solusi yang seimbang, dan evaluasi dampak jangka pendek dan panjang[1].