Catatan!!! Tulisan ini bermaksud untuk mengedukasi bukan untuk menghakimi suatu pihak atau kelompok manapun.
Awal mengikuti pramuka dari Era Orde baru, mulai dari Pramuka masih di titipkan ke desa hingga saat kebijakan Pramuka berpangkalan di Sekolah hingga akhirnya menjadi Wajib ada disetiap Sekolah dan UU Pramuka akhirnya lahir sempat saya rasakan.
Dewasa ini mungkin Pramuka kadang dianggap sebelah mata untuk para kaula muda entahlah mengapa seperti itu, tetapi mungkin ada kolerasinya dengan apa yang sering diucapkan oleh para sepuh Pramuka yang saya jumpai mereka kompak dengan pernyataan "Pramuka sekarang gak se-asyik dulu, mulai dari peserta didik hingga pembina mengalami penurunan dari mentalitas hingga jumlahnya. Belum lagi kegiatan yang apa apa harus ada duitnya mahal pula lagi" catet ya ini kata para sepuh Pramuka yang saya jumpai bukan pernyataan saya pribadi. Atas dasar itulah saya kadang berfikir apa yang salah? Entahlah tak pernah ada yang mau disalahkan akan hal itu.
Sedari dulu pramuka itu sangat dikenal sekali sebagai organisasi yang sukarela dan juga sebagai Pembentuk Karakter bangsa, walau hingga saat ini saya masih gak paham Karakter yang seperti apa yang dimaksud? Contoh krisis karakter itu sering saya jumpai ketika kegiatan Prestasi atau perlombaan, kadang para pesertanya tuh menang jadi arang kalah jadi abu dalam artian ya gak dapet apa-apa hanya trophy juara saja tak jarang yang kalah pasti memaki-maki panitianya atas kekecewaannya dan peserta didiknya ada yang besar kepala ketika menang juga menangis dan rendah diri ketika kalah. Menurut saya ini salah satu kesalahan telak para pembinanya yang tak mengaharkan atau menamkan Karakter yang kuat karna ketika perlombaan gak hanya seonggok trophy yang di cari namun juga penanaman Karakter.
Wah tulisannya lari dari benang merah judulnya oke kita kembali ke judul tulisan.
Atas krisis-krisis yang dialami itulah kadang banyak Budaya yang kita anggap benar karna sudah biasa seperti itu, bukannya membiasakan yang benar malah membenarkan yang biasa terjadi.
Oke mari kita mulai pembahasan beserta contoh yang saya jumpai.
1. Mark Up Proposal
Ini sangat Populer sekali dikalangan peserta didik hingga pembina baik di level Sekolah atau biasa kita sebut Gugus Depan hingga pengurus Pramuka yang biasa kita sebut Kwartir dari tingkat Kecamatan hingga Nasional.
Kalian pernah bikin Proposal? Ngajuin berapa yang cair cuma beberapa persen atau bahkan dibawah 50%, pernah ngalamin? Dan itu sempat saya alami juga bahkan sering sekali, ketika itu nasehat yang saya dapatkan dari para senior adalah "kamu kalo bikin proposal ngajuinnya itu lebihin, misal butuh 10jt kamu buat lah diproposal 20-25jt biar kalo di potong kan tetep yang kamu butuhinnya dapet". Dan bodohnya saya pada saat itupun sempat mengikuti nasehat buruk senior, hingga akhirnya saya sadar untuk apa pramuka diajarkan kemadirian juga jiwa wirausaha jika masih harus mengemis belaskasihan uang Proposal untuk suatu kegiatan dan bahayanya yang seperti itu malah jadi budaya mending kalo uangnya dari sponshor swasta yang kita ajak tapi itu kan uang Negara yang di hibahkan.
Kita lanjut ke yang nomor 2 dulu ya.
2. Kegiatan Fiktif dan atau Asal Kegiatan
Nah sejak diSahkannya UU Pramuka dan diwajibkannya dukungan instansi untuk Pramuka barulah muncul kasus-kasus seperti ini.
Kegiatan Fiktif jelas ya tak perlu saya jelaskan secara rinci mudahnya kegiatan ini ada laporannya tapi gak ada kegiatannya, ada juga yang saya sebut Asal kegiatan bukan kegiatan yang berasal namun kegiatan yang kesannya Asal-asalan. Juga tak jarang keduanya melebur jadi satu.
Saya sempat mengikuti kegiatan Pramuka yang bekerjasama dengan instansi Pemerintah umumnya di akhir tahun seperti ini pasti semakin banyak kegiatan Pramuka yang terkesan dipaksakan agar anggaran yang berasal dari perintah habis dengan alasan penyerapan anggaran. Nah kegiatan yang saya ikuti itu kegiatan Pramuka tanpa logo Pramuka, baju kegiatan ada 4 judul acara, dan di akhir acara kita diharuskan tanda tangan di kertas yang kolomnya berisi nama kita dua kolom kosong yang entah untuk apa juga kolom tanda tangan dan anehnya semua itu ada empar rangkat tanpa judul disetiap kertasnya.
Peserta didik usia SMA mungkin gak akan ngeh maksudnya apa seperti itu namun saya yang pada saat itu agak lebih dewasa ketimbang peserta lainnya merasa janggal dan akhirnya melakukan protes kepada pengurus pramuka yang saat itu jadi panitianya "kalian ini pengurus Pramuka atau 'Elly Sugigi' (koordinator penonton di acara dhasyat RCTI) kita tuh udah kaya Alay yang dikumpulin buat acara orang mengapa saya bilang acara orang? Kamu liat sendiri tidak ada satupun atribut Pramuka diacara ini. Kenapa harus kita (pramuka) yang jadi peserta? Karna Pramuka bisa dibayar murah dengan nasi bungkus saja? Karna pramuka punya minat belajar yang tinggi hingga kalian manfaatkan? Berapa yang kalian dapatkan? Buka semuanya..!!!" Kurang lebih seperti itulah omelan saya terhadap pantianya yang hingga acara berakhir tak menemukan jawaban.
3. Bagi-bagi Kursi
Ini ngeri nih, tradisi yang menakutkan jika kita biarkan.
Saya sempat mengikuti beberapa seleksi pengurus baik dilevel Kota hingga Provinsi dan selalu GAGAL padahal saya bukanlah peserta paling bodoh diantara peserta seleksi lainnya tak jarang sayapun selalu duduk diposisi 3 besar ketika ada Pelatihan Pramuka yang pakai Post test. Yah mungkin karna kebiasaan saya yang terlalu bising suaranya ketika melihat sesuatu yang tak seharusnya terjadi didepan mata saya sendiri terjadi begitu saja, namun beberapa waktu lalu akhirnya terbuka satu persatu mengapa ini terjadi ternyata Peserta seleksi lolos kadang sudah ada sebelum selsksi itu dilakukan sisanya paling memenuhi kuota saja. Cerita ini saya dengar langsung dari orang dalam, loh lalu untuk apa ada seleksi jika sudah ada nama yang dipilih? Sama saja mencederai prosesnya dong?
Nyatanya tak cuma ketika proses seleksi pengurus dalam beberapa kegiatan yang Gratis diberikan Pemerintahpun tak jarang dicederai oleh pembagian jatah kursi itu sehingga wilayah diakar rumput jarang sekali bisa menikmati kegiatan yang bagus yang disediakan pemerintah untuk Pramuka. Jatahnya sudah dibegal oleh begal Pramuka, adapun kita bisa ikut kegiatan ya kegiatan akbar yang berbayar makanya kenapa Pramuka dianggap mahal karna adanya praktek-praktek seperti itu yang menjamur bahkan tak jarang semua kegiatan diikutinoleh dia lagi dia lagi sehingga tidak meratanya kesempatan yang bisa diraih oleh Pramuka yang bisa jadi Jauh lebih berkompeten dan memiliki semangat belajar yang lebih tinggi ketimbang yang biasa ikut.
Wah sepertinya sudah terlalu panjang tulisannya. Contoh lainnya akan saya lanjutkan jika tulisan ini dinikmati dan ditunggu lanjutannya 😂 namun jika tidak ya tidak akan saya lanjutkan.
Sekali lagi saya Tegaskan tulisan ini HANYA edukasi. Karna masih banyak Pramuka yang bergerak menggunakan menggunakan Hati nuraninya ketimbang para oknum begal Pramuka.
Bersambung.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H