Mohon tunggu...
A Damanhuri
A Damanhuri Mohon Tunggu... Jurnalis - Gemar bersosial dan penikmat kopi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Mengucapkan sebuah kata sejati, adalah mengubah dunia. Dalam kata ditemukan dua dimensi: Refleksi dan Tindakan". (Paulo Freire)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita Indah dan Santri Hebat dari Surau Baru Padang Magek

11 Mei 2020   14:11 Diperbarui: 11 Mei 2020   14:28 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara, Mamak Kakan, Mak Anjang, Mak Nur, Pak Suin itu lebih banyak mengajar pagi. Pak Suin atau Suhaili Ya'kub adalah pimpinan pondok sepeninggal mendiang Buya Salim Malin Kuniang. Dia mengajarkan ilmu hadist.

Sempat kelompok itu tenar, dan terkenal sebagai kelompok yang paling rajin menghafal secara bersama. Kami memilih tinggal di belakang Surau Baru. Surau Gaek Peto namanya. Tak banyak kami di situ. Tapi kemampuan dan kerajian kami saat itu jadi rujukan oleh para guru tuo saat memberi motivasi dalam belajar dakwah.

Belajar dakwah dalam program muhadharah, itu dilakukan sekali seminggu di lingkungan Pesantren darul 'Ulum. Setiap Sabtu malam atau malam Minggu. Tiga suraunya yang selalu terpakai tempat latihan berpidato para santri tersebut. Yakni Surau Baru, Surau Tabiang dan Surau Tungga.

Masa yang paling mengasyikan dan menyenangkan lumayan terasa selama menjadi santri. Selama lima tahun lebih kurang aku di sana, banyak ilmu dan keilmuan yang aku dapatkan. Dari sana aku terlatih senang dan gemar berorganisasi. Di Padang Magek itu selalu masak bersama, dengan sistim giliran alias piket masak.

Bagi yang piket akan terasa sekali, betapa ada kerja bakti yang melahirkan rasa kepedulian terhadap sesama. Di lingkungan Surau Baru air yang ada hanya untuk mandi. Tak bisa untuk masak. Kalau air untuk masak, itu kami jemput ke Koto. Ada beberapa meter dari surau arah ke makam Buya Salim Malin Marajo.

Kini, Surau Baru telah banyak perubahannya. Lokasi yang dipakai saat ini, pondasi dasarnya sempat aku dan kawan mengerjakan secara gotong royong. Batu bangunan pondasinya kami cari di sungai yang cukup jauh. Lupa nama sungainya. Lokasinya arah ke Ombilin. Kami keluarkan batu dari dalam sungai, lalu mobil mengangkut batu itu ke pesantren.

Surau Baru dan Pesantren Darul 'Ulum Padang Magek telah memberikan banyak ilmu dan kenangan tersendiri bagi aku dan tentunya bagi kawan-kawan yang pernah mondok dulunya. Ada cerita yang mungkin tak bisa dilupakan hingga ini hari, yang tentu jadi memori, biarlah aku dan Tuhan saja yang tahu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun