Pria muda itu tertunduk dan meneteskan air mata, jauh dalam dirinya dia tahu hanya orang tuanya yang benar-benar menyayanginya meski sehancur atau sekotor apapun dirinya. Oleh karena itulah dia memanggil ayahnya saat dalam kehancurannya.
"Saat kamu keluar dari rumah, " Lanjut pria dewasa itu. "Aku sudah mengetahui kemana kamu pergi dan apa yang kamu lakukan, selama bertahun-tahun aku terus melihat dirimu. Aku melihat kesedihanmu, aku melihat penderitaanmu, aku melihat semua rasa sakitmu. Tetapi aku tahu jika aku menghampirimu, kamu masih akan lari menjauh, kamu masih membenciku, tidak menerimaku. Aku hanya bisa membantumu dalam hening dan diam tanpa sepengetahuanmu."
Pria muda itu menyadari beberapa kali dalam hidupnya, saat dalam masalah besar tanpa jalan keluar, mendadak semuanya selesai begitu saja. Seseorang menyelesaikan masalahnya. "Terima kasih ayah," bisik pria muda itu lirih.
"Saat aku mengetahui, kamu hendak membangun rumah," katanya sambil melihat rumah kayu kecil dihadapannya. "Aku membeli tanah di tempat ini dan membangun rumah ini. Dengan sebuah harapan, saat kamu kembali nanti, ini akan menjadi rumahmu, yang kuberikan padamu. Dan aku terus menanti waktunya kamu untuk menempati rumahmu ini."
Pria muda itu menatap ayahnya dengan tidak percaya.
"Gadis muda yang menjaga tempat ini," kata Sang Ayah. "Adalah pasangan yang telah kupilihkan untukmu, dan dia sendiri juga bersedia untuk menjadi pasanganmu karena sesungguhnya juga dia mencintaimu dalam diam sebelum engkau lari. Dia pun ikut menanti dirimu kembali bersama tempat ini selama bertahun-tahun."
Pria muda itu melihat pada sang gadis yang tersenyum malu dan akhirnya memutuskan untuk lari ke dalam rumah.
"Saat engkau lari dari rumah di tengah malam, aku sedang menatap kepergianmu dari jendela. Saat kamu tidak mengetahui, aku sering menatapmu dari jendela rumah ini. Saat kamu terluka di rumah sakit, aku sedang berdiri di depan pintu masuk ruanganmu, menunggumu mengijinkan diriku memasuki kehidupanmu, untuk membantumu. Aku terus menanti bertahun-tahun untuk menyayangimu." Kata sang Ayah. "Dan saat kamu memanggil namaku, mengijinkan aku kembali memelukmu, betapa lega dan bahagianya hatiku ini. Engkau memberiku kesempatan untuk menyayangimu secara langsung."
"Ayah," kata sang anak dengan bibir bergetar.
"Anakku, ada begitu banyak kasih sayang dan kebahagiaan yang ingin kuberikan padamu. Janganlah engkau lari menjauh lagi. Sesungguhnya waktu yang terbaik untuk kamu menerima semua kebaikan ini adalah puluhan tahun lalu, tetapi waktu terbaik berikutnya adalah saat ini." Sang ayah menatap lembut pada sang anak, "Hanya ada kebaikan dan kasih sayang yang kuberikan padamu, tidak lainnya yang akan menyakitimu, engkau anakku, darah dagingku sendiri, hanya kebaikan dan kesempurnaan yang akan dan selamanya kuberikan padamu. Apakah engkau mempercayaiku melebihi keinginanmu dan harapanmu yang kadang membutakanmu?"
#SayangTuhanSelamanya