Jurnal : PARENTING PRACTICES DALAM PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL PADA ANAK (STUDI KASUS PADA ANAK YANG MEMILIKI PERILAKU SEKSUAL)
Penulis : Ainayya Nahdahunnisa, M. Daud, Rohma Rifani
Upload : Vol. 3, No.1, Desember 2023
Laman : https://doi.org/10.56799/peshum.v3i1.2296
Pendahuluan :
Jurnal yang berjudul " Parenting Practices Dalam Perkembangan Psikoseksual Pada Anak ( Studi Kasus Pada Anak Yang Memiliki Perilaku Seksual ) ". Jurnal ini membahas tentang perilaku seksual pada anak-anak dan dampaknya, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku seksual pada anak dapat meningkatkan risiko pelecehan seksual dan paparan pornografi. Pola asuh orang tua yang terlalu permisif dan kurangnya pengawasan menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku seksual anak. Studi juga menemukan bahwa perilaku seksual pada anak dapat terjadi pada usia yang sangat muda, seperti pada anak usia lima tahun. Tahap perkembangan psikoseksual yang terganggu juga dapat menyebabkan anak mengalami perilaku seksual pada tahap latensi. Jurnal ini menekankan pentingnya pendidikan seksual dan pengawasan orang tua dalam mencegah perilaku seksual yang tidak pantas pada anak. Orang tua yang konsisten dalam mendampingi perkembangan seksual anak dapat menghasilkan perkembangan seksual yang sehat. Namun, sikap orang tua yang tidak konsisten dapat menyebabkan masalah dalam perkembangan seksual anak. Perilaku seksual pada usia anak dapat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang, termasuk risiko pelecehan seksual. Pola asuh orang tua yang terlalu permisif juga dapat mempengaruhi perilaku seksual anak. Penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual anak termasuk kurangnya pengawasan orang tua, paparan video porno, dan kurangnya pendidikan seksual. Studi kasus menunjukkan adanya perilaku seksual pada anak usia dini, mulai dari perilaku mengintip hingga memegang alat kelamin orang lain. Tahap perkembangan seksual pada anak juga mempengaruhi perilaku seksual mereka. Parenting practices juga merupakan faktor penting dalam perkembangan seksual anak.
Teori dan Tujuan Penelitian :
Pentingnya praktik pengasuhan yang baik dalam perkembangan seksualitas anak usia prasekolah.
Penetilian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana parenting practices yang digunakan oleh orang tua dalam proses perkembangan psikoseksualnya. Penelitian menunjukkan bahwa pengasuhan yang baik melalui interaksi sosial dan pengawasan orang tua dapat membantu anak dalam tumbuh kembangnya. Beberapa praktik pengasuhan yang disarankan antara lain adalah keterlibatan orang tua dalam aktivitas anak, pengawasan tugas sekolah, memberikan dorongan dan dukungan positif, serta menghindari perilaku agresif fisik seperti memukul atau menghukum anak. Praktik pengasuhan yang konsisten dan penuh kasih sayang juga penting dalam kehidupan anak.
Metode penelitian :
Metode yang digunakan dalam proses penelitan ini yaitu metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu proses memahami masalah-masalah sosial dengan pendekatan metodologi yang jelas dan nyata. Pendekatan yang digunakan dalam proses penelitian ini menggunakan metode pendekatan studi kasus dimana pendekatan studi kasus memusatkan pada suatu objek observasi tertentu untuk diangkat sebagai sebuah kasus dan dikaji secara mendalam sehingga mampu mengungkap realitas dibalik sebuah fenomena. Teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data pada penelitian kualitatif studi kasus adalah wawancara dan observasi. Hal ini dibuktikan dengan peneliti yang mengobservasi dan mewawancarai secara langsung responden beserta orang tuanya yang berlokasi di kediaman responden di Jl. Kapasa Raya Kecamatan Tamanlanrea Kota Makasar .
Hasil Penalitian dan Pembahasan :
Responden pada penelitian berjumlah empat orang, yang terdiri dari dua responden utama dan dua responden tambahan dan mendapatkan hasil sebagai berikut .
a.Responden MK
MK adalah seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun dan sedang menempuh pendidikan kelas empat di Sekolah Dasar. MK memiliki perilaku seksual yang tidak pantas. Dia suka memegang alat kelamin orang dewasa/teman sebaya tanpa izin dengan frekuensi minimal dua kali sehari dan sering menonton konten pornografi. MK memiliki hubungan yang dekat dengan ibunya tetapi tidak dekat dengan ayahnya karena ibunya yang selalu menemani keseharian MK sedangkan ayahnya jarang dirumah.
MK mengalami hambatan dalam perkembangan seksualnya yaitu MK mengalami tahap perkembangan falik di usia yang seharusnya mengalami tahap litensi. MK juga mengalami ketiakpuasan pada tahap oral sehingga mengalami fiksasi yaitu sering menggigit kukunya. Selain itu, MK juga mengalami kegagalan pada tahap anal sehingga mengalami fiksasi yaitu membuang air besar sembarangan.
Orang tua MK awalnya tertawa menghadapi perilaku seksualnya karena ianggap hiburan, tetapi kemudian menjadi marah dan memberikan hukuman. Dampak dari pola asuh orang tua MK yang tidak konsisten/tegas terhadap kesalahan MK adalah tidak menimbulkan efek jera dan rasa takut pada MK. Bahkan MK selalu diam saat diberi teguran oleh orang terdekatnya  dan sering lari.
b.Responden MI
MI adalah seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun yang juga memiliki perilaku seksual yang tidak pantas. Dia suka memegang alat kelamin orang dewasa/teman sebaya tanpa izin dan sering melakukan perilaku seksual di rumah seperti telajang dan sering memegang kelamin kakaknya. Perilaku seksual MI dipelajari dari ibunya yang sering memegang alat kelamin MI diwaktu kecil, selain ibunya, sepupu dan kakak MI juga melakukan hal yang sama terhadap MI di waktu kecil. MI tidak mengalami hambatan dalam perkembangan seksualnya dan tidak mengalami fiksasi sehingga berbeda dengan reponden pertama. Pada tahap laten, MI memiliki perilaku suka memegang alat kelamin orang lain hal ini terjadi secara berulang karena suah menjadi kebiasaan dan menjadi suatu hal yang disukai. Ibu dan sepupu MI menganggap perilaku seksualnya sudah tidak normal dan mengganggu orang lain disekitarnya.
Pada tahap oral, responden iberhentikan menyusui secara paksa karena responen mengalami berat badan yang berlebihan sehingga di usia empat menjelang lima tahun, responden memiliki kebiasan menggigit kuku sampai berdarah dan mengunyah tisu hingga sekarang. Ketidakpuasan pada tahap oral dapat menimbulkan kemunduran yaitu kebergantungan anak kepada orang tua atau banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi oleh orang tua. Respon orang tua terhadap perilaku anaknya yaitu marah dan melarang responden untuk menggigit jari atau mengunyah tisu. Pada tahap anal, responden dengan usia sembilan tahun belum mampu membuang air besar secara mandiri. Respon yang diberikan orang tua responden yaitu marah dan memberikan ancaman kepada responden tetapi tidak berhasil sampai sekarang.
Pada tahap falik, perilaku seksual pada usia anak merupakan sesuatu hal yang wajar karena seks termasuk salah satu hal yang sering muncul pada anak. Hal ini sesuai dengan Hurlock (1980) yang mengemukakan bahwa anak akan memperlihatkan ketertarikan mereka terhadap seks saat berusia dua sampai enam tahun. Bentuk ketertarikan seks pada usia anak yaitu dengan membicarakan sesuatu yang bersifat seksual dengan teman mereka, melihat gambar pria dan wanita yang seksi, bermain seks dengan teman baik sejenis maupun lawan jenis apabila tidak terdapat orang dewasa. Awal munculnya perilaku seksual di usia 4 dan 6 tahun merupakan sesuatu yang wajar berdasarkan tahapan perkembangan seksual Sigmund Freud.
Freud (Barriyati, 2018) mengemukakan bahwa perkembangan seksual pada anak yang berusia 3-6 tahun berada pada tahap falik. Pada fase ini, pusat kenikmatan anak berpusat pada alat kelamin, yaitu penis pada laki-laki dan klitoris pada perempuan sehingga perilaku seksual yang muncul di usia 3-6 tahun merupakan hal yang wajar. Jika ditinjau dari perkembangan seksual Sigmund Freud, responden yang sudah berusia 7 dan 9 tahun sedang berada di tahap laten.
Freud (Barriyati, 2018) mengemukakan bahwa tahap laten merupakan fase dimana terjadi perhentian perkembangan karena anak menjalankan tugas belajar. Pada tahap latensi, kedua responden memiliki perilaku seksual dengan frekuensi yang semakin bertambah dari tahun ke tahun. Pola asuh yang digunakan orang tua memiliki pengaruh terhadap proses perkembangan perilaku seksual pada anak.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh Pandensolang, Kundre dan Oroh (2019) yang menemukan bahwa juga terdapat hubungan pola asuh dengan perilaku seksual. Perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh orang tua dalam membantu atau mendampingi anaknya menghadapi kehidupan sosial disebut dengan parenting practices. Spera (2005) mengemukakan bahwa parenting practices merupakan perilaku khusus yang digunakan orang tua untuk membantu anak mereka dalam menghadapi lingkungan sosial. Raya, Olivares, Pino dan Herruzo (2013) mengemukakan bahwa parenting practices merupakan bentuk perilaku yang digunakan orang tua dalam menerapkan gaya pengasuhan.
Orang tua responden juga terlibat dalam aktivitas responden di sekolah seperti mengikuti rapat serta konsultasi terhadap perkembangan responden kepada wali kelas responden. Spera (2005) mengemukakan bahwa salah satu aspek parenting practices yaitu parenting implication, yakni keterlibatan orang tua dalam aktivitas anak. Spera (2005) mengemukakan bahwa salah satu aspek parenting practices yaitu homework supervision, yakni pengawasan orang tua terhadap hasil kerja anak.
Spera (2005) mengemukakan bahwa salah satu aspek parenting practices yaitu nilai dan aspirasi orang tua terhadap anak, yaikni bagaimana cara orang tua memberikan aspirasi terhadap pencapaian anak. Selain itu, orang tua responden memiliki kebiasaan yaitu memberikan responden tertawa terhadap perilaku seksual yang dimunculkan responden. Bierman dan Lengua (2000) mengemukakan bahwa salah satu bentuk parenting practices yaitu inconsistency.
Kekurangan dan Kelebihan :
Kelebihan pada jurnal ini sudah sangat menarik dan mudah dipahami oleh pembaca, dimana jurnal ini membahas pentingnya peranan orang tua dan lingkungan dalam tumbuh kembang seksual anak. Informasi yang ada didalamnya juga akurat dengan menyertakan sumber-sumber ari para ahli, sehingga ddapat sangat berguna untuk para calon orang tua diluar sana.
Kekurangan dari jurnal ini dari segi bahasa lebih dipersingkat dan tidak bertele-tele mungkin bisa ditambahkan gambar penunjang agar pembaca tidak bosan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H