Sebagai seorang muslim, kita dituntut untuk senantiasa melakukan hal-hal baik yang diperintahkan oleh Allah. Al-qur'an merupakan salah satu alat yang digunakan sebagai pedoman kehidupan masyarakat muslim agar sesuai dengan ajaran Allah. Setelah Al-qur'an, pedoman/sumber hukum kehidupan manusia ditentukan oleh yang namanya hadits. Hadits merupakan salah satu sumber hukum Islam yang bersumber dari ucapan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW. Hadis memberikan penjelasan, tafsir, dan contoh aplikatif dari ajaran Al-Quran, kitab suci umat Islam. Hadits bersama dengan Al-Quran membentuk dua sumber utama dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam.
Definisi hadits secara umum adalah segala perkataan, perbuatan, dan persetujuan yang sah dari Nabi Muhammad SAW, baik sebelum, selama, atau setelah menjadi rasul. Hadis ini disampaikan oleh para sahabat beliau dan terus diriwayatkan melalui rantai perawi (sanad) yang dapat dipercaya. Hadist merupakan pedoman yang senantiasa mengatur berbagai aspek dalam kehidupan manusia, dengan memberi petunjuk untuk apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang perlu dihindari. Sunnah merupakan hal yang dicontohkan oleh Rasulullah S.A.W Â baik perbuatan, perilaku, perkataan, maupun kebiasaan yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi Muhammad S.A.W. Karena itulah penting sekali memahami tentang ilmu hadits. Hadits tentunya mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat muslim seperti ibadah dan ritual, akhlak dan etika, hidup berkeluarga dan pernikahan, kesehatan dan kebersihan dan banyak aspek lainnya.
Salah satu aspek kehidupan yang penting adalah pangan. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, kita sebagai manusia tentunya perlu yang namanya asupan makanan, dan Islam tidak hanya memberikan pedoman terkait jenis makanan yang halal, tetapi juga tata cara makan yang baik dan sesuai dengan ajaran agama. Salah satu etika yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah penggunaan tangan kanan saat makan dan larangan menggunakan tangan kiri. Dalam hadis-hadis yang diriwayatkan, Nabi Muhammad SAW memberikan penekanan terhadap pentingnya menggunakan tangan kanan saat makan. Hal ini tidak hanya memiliki dimensi praktis, tetapi juga mengandung nilai-nilai etika yang mendalam dalam Islam. Penggunaan tangan kanan saat makan dianggap sebagai tindakan yang penuh dengan makna simbolis, seperti kebersihan, adab, dan penghormatan terhadap rezeki yang diberikan oleh Allah.
Hadits-Hadits mengenai Larangan Makan Menggunakan Tangan Kiri
Â
"Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (QS:al-Ahzab: 21)Â
Islam memberikan perhatian yang cukup tinggi terhadap pola dan gaya hidup umatnya, juga pula mengajarkan pemeluknya agar senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan. Salah satu cara untuk mendapatkan tubuh yang sehat adalah dengan menjaga etika makan. Rasulullah SAW telah memberikan contoh dan tauladan kepada umatnya untuk menjaga etika makan melalui anjuran-anjuran yang hingga saat ini anjuran tersebut masih banyak dikaji dan dipelajari. Beberapa anjuran-anjuran yang telah diajarkan oleh nabi Muhammad SAW salah satunya ialah penggunaan tangan kanan ketika makan.
Hadis dan Al-qur'an adalah pedoman hidup umat Islam yang diwahyukan Allah juga diajarkan oleh nabi Muhammad SAW, yang tentunya bukan ajaran yang tidak mempunyai pondasi yang kuat. Larangan makan menggunakan tangan kiri bukanlah larangan semata melainkan ada alasan dibaliknya.Â
 : : . ( ).
Dari Jabir bin Abdullah RA ia berkata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian makan dengan tangan kiri karena sesungguhnya setan makan dengan tangan kiri". [HR Muslim]. Riyadhus Shalihin hadits ke 1634.
Sebagaimana penjelasan hadits diatas, nabi Muhammad SAW melarang penggunaan tangan kiri bagi umat islam yaitu karena makan menggunakan tangan kiri adalah cara makan para syaiton. Berkali-kali Allah berFirman dalam Al-Qur'an bahwa setan adalah musuh sejati manusia, maka jadikanlah ia sebagai musuh. salah satu caranya adalah dengan jangan sekali-kali mengikuti langkah dan perilaku iblis, sebab hal tersebut sangat dibenci Allah karena dapat menimbulkan kerugian dan memunculkan manusia kedalam rasa kufur.