Mohon tunggu...
Aditya Dwiki
Aditya Dwiki Mohon Tunggu... Konsultan - Pribadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Superman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Asa Polisi Berantas Buta Huruf

11 September 2021   12:08 Diperbarui: 11 September 2021   12:10 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suasana pagi di Desa Kuala Rosan, Meliau, Sanggau, Kalimantan Barat, cukup cerah. Maklum, beberapa hari diguyur hujan deras.

ika kita berada di desa tersebut, maka setiap paginya akan terlihat warga yang berduyun-duyun berangkat ke ladang tani, berdagang, bekerja di pabrik, atau juga 'orang kantoran'.

Rata-rata itulah pekerjaan warga di sana.

Sinar matahari makin meninggi saat itu di Desa Kuala Rosan. Bertambah hangat dan sedikit menyilaukan.

Justru kehangatan sinar mentari pagi tersebut menjadi 'kawan' penyemangat bagi Bripka Firdaus Febri Tri Suhardi untuk totalitas mengabdi bagi negerinya, Indonesia.

Pak Febri, begitu warga desa mengenal dan menyapanya, adalah seorang penjaga keamanan negara: Polisi. Tanggung jawabnya sebagai Bhabinkamtibmas Desa Kuala Rosan.

Sekira jam 7.30 WIB atau 08.00 WIB dari Senin hingga Jumat, Pak Febri biasanya tiba di kantor Desa Kuala Rosan, kecuali ada tugas lain harus dikerjakannya. Setelah itu, ia sibuk dengan tugasnya sebagai Bhabinkamtibmas.

Usai beraktivitas sesuai peran kerjanya, lantas Pak Febri memulai lagi kesibukan profesi lainnya. Sebagai Guru.

Guru sukarela yang mengajarkan membaca, menulis serta berhitung kepada warga Desa Kuala Rosan yang buta huruf. Entah masih berusia muda atau orang tua, Pak Febri ikhlas menyampaikan pembelajaran.

Maka bakal tampak Pak Febri kerap di sela-sela waktunya menyiapkan alat tulis. Ada yang ia bawa sendiri, ada pula memanfaatkan milik kantor desa.

Tak jarang pula Pak Febri memantau kesiapan sarana belajar-mengajar. Lokasinya menggunakan aula kantor Desa Kuala Rosan. Ia periksa kelengkapan bangku bagi 'siswanya'. Papan tulis. Penghapus spidol. Meja Guru dan lainnya.

Semua dilakukannya bila tidak ada tugas utama harus diselesaikan sebagai Bhabinkamtibmas Desa Kuala Rosan.

Pak Febri tidak pernah menggerutu. Ia secara ikhlas melakoni peran Guru sukarela. Padahal tanggung jawabnya sebagai Bhabinkamtibmas tidak ringan. Memastikan situasi di desa aman dari gangguan pelanggaran hukum.

Pak Febri tidak pernah memungut biaya dari para warga desa yang antusias mengikuti pembelajaran darinya. Ia tidak juga memanfaatkan 'jabatan lainnya' sebagai Guru sukarela untuk memperoleh keuntungan keuangan.

"Yang penting masyarakat di sini pandai-pandai. Walaupun orang desa, tapi IQ-nya jangan sampai kalah sama yang tinggal di kota dan dididik di sekolah formal," kata Pak Febri, Jumat (10/9/2021).

Memang waktu belajar dari 'Guru' Pak Febri masih belum tetap. Kadang 2 kali, bisa juga 3 kali dalam sepekan, pernah juga hanya 1 kali. Tapi dapat dimaklumi, Pak Febri juga punya tugas mulia lainnya: Polisi dan Bhabinkamtibmas Desa Kuala Rosan.

Namun lazimnya, Pak Febri memulai menjadi Guru sukarela lalu memberikan pembelajaran sekitar jam 10.00 WIB atau 10.30 WIB dan selesai jam 12.00 WIB.

Berprofesi menjadi Guru sukarela di desa terpencil bukan karena tekanan atau paksaan. Pak Febri berbuat itu karena gundah mengetahui banyak warga Desa Kuala Rosan yang buta huruf.

Kemudian secara inisiatif Pak Febri akhirnya membuka kelas belajar-mengajar kepada warga desa. Ia juga memohon izin ke pimpinannya agar 'direstui'.

Cara Pak Febri dalam menyampaikan materi belajar membaca, menulis maupun berhitung kepada warga desa yang buta huruf pun terlihat bagaikan Guru profesional.

Penuh kesabaran dalam membimbing serta mencari metode yang mudah diserap warga agar dapat dipahami mereka.

"Kalau kita ikhlas mengajar, ingin membuat masyarakat pandai, maka jangan anggap mereka orang yang punya salah. Kita harus sadar bahwa warga desa sama sekali tidak tahu apa-apa," ujar Pak Febri.

Sangat mulia dan bijaksana karakter Pak Febri. Sosok yang tidak mengeluh untuk mewujudkan asanya menciptakan masyarakat Indonesia yang cerdas berkualitas.

Pak Febri, Anda adalah teladan. Dan saya yakin Indonesia sangat bangga mempunyai putra seperti Anda.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun