Sebelum kita (manusia) memiliki tubuh, apakah kita sudah ada(eksis)? Apakah kita diciptakan bersama dengan tubuh kita?
Nah, untuk selanjutnya ini murni tulisan hasil intuisi saya dari membaca dan belajar dari berbagai macam sumber.
Bahwa manusia diciptakan dari pertemuan sel sperma dan sel telur yang kemudian memiliki nyawa (subtle energy) dan mampu mensupport kehidupannya sendiri begitu mereka dilahirkan, artiya sudah tidak berhantung lagi pada ari-ari induknya(ibunya). Nah kapan kita hadir? Ketika terbentuknya janin, itu sebenarnya kita sudah ada, akan tetapi semuanya masih jalan dengan auto pilot, dalam artian semuanya berjalan dengan meenggunakan otak reptil dan otak limbik.....bisa tahu panas, dingin, sakit, senang, lapar dan haus.Â
Yang jalan hanya survival saja. Walaupun semuanya jalan dalam auto pilot, kita sudah menyimpan memori, sudah menyimpan kenangan sensasi tertentu yang dialami oleh janin maupun induknya, karena berbagi tubuh yang sama. Disini menegaskan kembali mengapa hubungan antara Ibu dan anak kandungnya begitu kuat.
Jadi sebelum kita masuk ke dalam janin tersebut, sebenarnya kita ini apa? Apakah kita sadar oleh kehadiran kita sebelum kita masuk ke dalam janin tersebut? Jawaban yang saya pahami dan saya yakini selama ini bahwa kita adalah Roh (Spirit) yang tak kasat mata (Spiritual Being). Kemudian pertanyaan berikutnya, mengapa kita tidak ingat apa-apa sampai kita berumur 5-7 tahun?Â
Karena yang kita akses adalah otak manusia yang belum sepenuhnya berkembang, dan baru usia 5-7 tahun, otak manusia berkembang dengan sempurna dan di usia 12-14 tahun mereka mulai menyadari keberadaannya, oleh karena kenapa anak remaja memiliki kecenderungan untuk memberontak, ini sangat alami karena mereka mulai menyadari keberadaaanya di dunia ini, hanya perlu didampingi dan dibimbing saja untuk melewati fase ini.
Kembali lagi ke Spiritual Being.....jadi pada dasarnya kita ini 'Spiritual Being' dengan pengalaman di dalam tubuh 'Human Bieng'. Sudah mulai paham mengapa kadang anda merasa melihat sesuatu di sudut mata anda tetapi ketika menoleh anda tidak melihat siapa-siapa? Kalau anda paham ini sebenarnya anda paham bahwa anda melihat sebagai Spiritual Being yang sedang melihat Spiritual Being lainnya.
Pertanyaannya berikutnya, kalau anda dan saya adalah Spiritual Being, sebenarnya anda dan saya tidak bisa sakit kan? Yang sakit kan tubuhnya, human being-nya, tetapi spirit nya kan tidak sakit. Kesalahan yang kerap terjadi adalah kita mengidentifikasikan diri kita sebagai Human Being, keterbatasan kita sebagai manusia yang menderita. Nah ketika kita melakukan salah identifikasi ini maka kita terperangkap di dalam keterbatasan tubuh manusia, kita mulai membatasi kemampuan kita sesuai hukum-hukum fisika sebagai layaknya human being. Berpola seperti sebuah looping, akhirnya terjebak pada logika kasuistik.
Apa yang bisa kita lakukan sebagai Spiritual Being?
Banyak hal....mulailah belajar berkomunikasi dengan sesama menggunakan hanya pikiran saja, coba latihan mengirimkan informasi kepada orang-orang terdekat anda. Pertajam intuisi anda dengan sering melatih 'first impression' terhadap suatu hal, karena kesan pertama yang muncul adalah yang murni adanya.
Kalau orang jaman dahulu bilang ada yang namanya 'firasat', sekarang coba dilatih bila menerima firasat yang buruk, coba dibayang firasat tersebut dengan kejadian yang berbeda dengan probabilitas yang berbeda ciptakan sesuai yang baik dan indah, latihlah itu. Karena bagian dari spiritual being adalah mencipta dan kita tidak terbatas pada pikiran dan tubuh kita.