Aku biasanya tidak suka menulis tentang perasaanku, apalagi tentang cinta. Tapi karena keadaan yang memaksa, sepertinya harus kulakukan juga. Karena jika tidak kutuliskan disini, maka perasaan ini hanya akan kusimpan sendiri. Dan rasanya sayang sekali, karena kalau ku ungkapan, surat ini bisa jadi surat cinta terindah yang pernah ada, tapi itu tidak akan terjadi. Karena inilah surat cinta terindah yang tidak akan pernah sampai.
Aku masih ingat hari pertama kita bertemu, begitu aku melihatmu, aku langsung tahu, bahwa orang ini akan menjadi orang yang memberi dampak dalam hidupku.
Saat kita mulai berbicara, aku menemukan lebih banyak hal lagi yang menarik diriku untuk jatuh lebih dalam lagi dalam dirimu. Misalnya karena selera humormu, atau selera musikmu yang aneh, atau bagaimana kamu suka makan cokelat seperti aku. Dan bagaimana kamu sangat baik hati, terutama padaku, tanpa menginginkan suatu balasan apapun.Â
Dan saat kita berbicara tentang mimpi kita, tentang semua tempat yang kita ingin kunjungi, dan semua hal yang ingin kita lakukan nanti. Dan saat aku sedang duduk disana, di sampingmu, dengan hati berdebar-debar, aku sudah tahu, bahwa aku ingin sekali kau menginginkanku, seperti aku menginginkanmu.
"Kalau aku adalah lautan, aku harap kau tenggelam di dalamnya."
Dan dengan sepenuh hati aku percaya, kalau kita memang diciptakan untuk bersama. Kaulah jawaban dari semua pertanyaan yang selama ini terus kucari. Karena setiap kali aku melihatmu, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa bahagia. Dan saat kita tidak bersama pun, kau masih tetap menghantuiku dalam mimpi. Semua tanda-tanda itu meyakinkanku, kalau kita pasti akan menjadi sesuatu yang besar dan luar biasa.
Tapi.
Terkadang, hal-hal baik yang terjadi tidak harus memiliki kelanjutan. Terkadang, mereka hanya berhenti begitu saja. Tidak semua yang baik harus berakhir baik juga. Ini bukan salahmu, dan juga bukan salahku. Memang mungkin, jalan cinta kita hanya sekian saja.
Terkadang aku masih menyayangkan, kalau aku ingat akan betapa besar potensi kita bersama. Kita mungkin bisa menakhlukan dunia bersama. Tapi tidak, hanya sekian saja.
Aku pikir kamu merasakan sesuatu yang tak kalah hebatnya dengan apa yang aku rasakan. Tapi tidak, hanya sekian saja.
Dan aku dulu berpikir kalau aku akan bisa terus bertahan, menunggumu, jika sekiranya suatu saat nanti kamu ingin mencariku. Tapi tidak, hanya sekian saja.
Akhirnya aku mengerti bagaimana rasanya mencintai seseorang begitu dalam, meskipun orang tersebut tidak melihatku sebagai prioritas. Dan saking besarnya cinta itu, aku bahkan tidak menuntut balas. Karena bagiku, merasakan perasaan itu saja sudah cukup. Aku pikir cinta itu tidak akan ada habisnya, tapi tidak, hanya sekian saja.
Jadi dengan menulis surat ini, jeritan hati ini, aku telah menyelesaikan tugasku. Cinta di dalam hati yang kusimpan ini, yang ingin mengucapkan dirinya padamu, akhirnya telah ku ucapkan.
Aku mencintaimu.
Berbahagialah di luar sana, aku tetap menginginkan yang terbaik untukmu. Walaupun mungkin kita tidak bertemu lagi atau tidak menjadi suatu apapun lagi nanti, aku akan tetap mengingatmu sebagai seseorang yang berdampak dalam hidupku. Jadi berbahagialah, karena aku pernah mencintaimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H