Mohon tunggu...
Achmad Rivandi
Achmad Rivandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Intoleransi dan Radikalisme

11 Mei 2022   00:10 Diperbarui: 11 Mei 2022   00:13 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama                    : A.RIVANDI

NPM                      : 203516516344

Program Studi  : Ilmu Komunikasi

Mata Kuliah       : Propaganda dan Opini Publik (R06)

UNIVERSITAS NASIONAL

Kemunculan Intoleransi dan Radikalisme dalam Beragama

BAB I 

PENDAHULUAN

A. Permasalahan

1. Latar Belakang 

Indonesia adalah negara dengan potensi keanekaragaman yang besar.

Dengan keragaman bahasa, budaya, suku,  kondisi alam dan agama. 

Agama di Indonesia  diakui dan  dilindungi oleh pemerintah, antara lain:

Islam, Kristen Protestan,  Kristen Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu (Laode, 2014). 

Islam adalah agama yang paling banyak dianut di  Indonesia (Kansil, 2011). 

Keanekaragaman budaya dapat memberikan  akal sehat bagi kehidupan suatu bangsa, kebhinekaan  adalah warisan  nenek moyang kita yang diabadikan  sampai sekarang yang harus dilestarikan dan diwariskan  untuk generasi berikutnya. 

Keberagaman bangsa Indonesia ini  merupakan kunci bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.  

Keberagaman yang ada di Negara Indonesia ini memiliki  potensi besar atau potensi positif yang dapat dikembangkan. 

Namun  demikian juga dapat menjadi potensi yang merugikan. 

Potensi yang  menguntungkan bisa diraih apabila keberagaman dapat  dikembangkan menjadi aset untuk kesejahtreraan masyarakat, karena  kesadaran terhadap keragaman tersebut memungkinkan bangsa  Indonesia dapat memenuhi kebutuhan, memperoleh ketahanan hidup  dan merupakan modal besar untuk membawa bangsa ini dapat maju  sejajar dengan Negaranegara besar lainnya. Keberagaman ini juga  dapat menjadi sesuatu yang merugikan apabila kesadaran tentang  konteks keberagaman tidak dikembangkan dengan baik.  

Gesekan datang dari berbagai kelompok berdasarkan etnis,  budaya dan agama, untuk masing-masing kelompok untuk dipertimbangkan  bahwa dia adalah yang paling adil dan terkuat melawan  kelompok lain  Di era globalisasi sekarang ini, mengelola negara yang besar  dan menjadi sekuat Indonesia jelas bukan sesuatu  mudah. 

Perkembangan teknologi informasi menjadi salah satu penyebabnya  Perubahan tercepat terjadi di masyarakat. Teknologi  Informasi semakin banyak tersedia bahkan seolah-olah sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat saat ini, sehingga masyarakat   tidak memiliki kapasitas teknologi informasi tidak dianggap  mengikuti perkembangan globalisasi (Saiman, 2016). 

Teknologi  Informasi ini dapat membawa hal-hal positif, yaitu:  

menggunakan media sebagai pengembangan budaya bangsa, karena  Orang Indonesia memiliki kesempatan  besar untuk  mempublikasikan atau bahkan mempromosikan semua budaya nasional  bangsa Indonesia untuk kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat.  

Tidak hanya memberikan hal-hal positif, tetapi juga teknologi informasi   dapat menimbulkan dampak negatif, yaitu menciptakan atau  membagikan  konten di media sosial  yang berisi penipuan, hoax, dan  Budaya membaca masyarakat memudar karena maraknya Media sosial membuat orang malas  membaca  buku. 

Hanya sedikit orang yang belajar tentang agama melalui jejaring sosial  Tanpa bimbingan seorang guru, kebenaran akan menang Pemahaman keagamaan tertentu tidak lagi dibatasi. 

Di antara kelompok  dengan orang lain berdebat dan menegaskan pemahaman agama  grupnya sendiri adalah yang terbaik, jadi mari kita mulai  munculnya radikalisasi agama yang meluas. media sosial  menjadi wadah penyebaran ilmu agama   tidak benar, menyebarkan ajaran ekstremisme dan terorisme  (Muthohirin, 2015). 

Media online dan media sosial online dapat membantu  radikalisasi terjadi. 

Kebanyakan kelompok teroris  memfokuskan kegiatan mereka pada bidang kegiatan seperti: 

periklanan, publisitas, rekrutmen, pengembangan  jaringan  dan mobilisasi (Qin, 2010), sehingga media  Media sosial digunakan sebagai alat untuk meradikalisasi  individu  dan kelompok  perubahan politik dan sosial  (Thompson, 2011).

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa remaja  merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anakanak dan masa  kehidupan orang dewasa. 

Remaja rentan terhadap radikalisme yang  disebabkan oleh pengaruh doktrindoktrin yang bertentangan dengan  nilainilai agama yang dipercayainya. 

Radikalisme disebabkan oleh dua  factor yaitu faktor internal dan factor eksternal. Factor internal yaitu  Identitas diri, obedience, dan kecerdasan spiritual. 

Sedangkan faktor  eksternal yaitu kultur, media sosial, tingkat pendidikan, dan lingkungan  yang mendukung terhadap penerapan syari`at Islam. 

Diri adalah persepsi individu tentang menempatkan   dan beri mereka makna yang sesuai dalam konteks  kehidupan. 

Diri juga sesuatu di dalam  Diri individu mencakup harapan, sehingga individu dapat  membentuk cita-cita untuk masa depan. Identitas diri menjadi sentral dalam konteks ini karena dari identitas inilah remaja dapat secara aktif mengelola dirinya sendiri. 

Maka  tidak mudah terpengaruh oleh doktrin radikal dan voluntarisme  mengarah pada tindakan  radikal.  Dari penjelasan di atas, buatlah rumus soal “Ya”  Apa hubungan antara identitas diri dengan radikalisme remaja?

B. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian 

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang signifikan pada jumlah  Ada hubungan erat antara identitas diri dengan potensi radikalisme  pada remaja. 

Radikalisme adalah paham yang menginginkan   perubahan atau pembaruan  drastis. 

Bahkan untuk  Mencapainya dapat dilakukan dengan cara yang ekstrim. 

PENGENAL  adalah karakteristik unik dari setiap individu, sifatnya  dinamis dan relatif stabil. dan memiliki peran penting dalam  konteks kehidupan sosial. 

Bentuk identifikasi dalam penelitian ini  adalah pembentukan identitas diri pada masa remaja. 

Pada tahap ini, remaja  dihadapkan pada tugas utama  mencari tahu identitas seseorang, secara umum  yang memungkinkan remaja untuk menerima diri mereka sendiri sehingga mereka dapat  beradaptasi dengan lingkungannya, memiliki arah dan tujuan   orientasi hidup, serta keyakinannya dalam menimbang kepentingan,  cita-cita dan harapan tentang masa depan pemuda  itu. 

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan distribusi  kuesioner dengan skala identitas diri dan skala radikalisme agama. Perbandingan  mengatur diri sendiri menurut aspek Erickson sendiri  (di Santrock, 2003), lalu turunkan beberapa statistik  identitas diri, yaitu: a) hereditas, b) adaptif, c) struktur, d)  dinamis, e) timbal balik, dan f) keadaan keberadaan. 

Skala ekstremisme agama berdasarkan indeks Saraglou  (2011) yaitu percaya, terhubung, berperilaku dan memiliki. Meyakini  menunjukkan bahwa seseorang menganut keyakinan, keyakinan,  standar dan simbol.

Keterikatan adalah kualitas emosional seseorang atau  kelompok untuk merasakan hubungan dengan Yang Maha Kuasa (Tuhan). Membahas perilaku tentang individu atau kelompok yang berperilaku benar  sesuai dengan penekanan atau preferensi yang ada dalam etika. 

Sedangkan keanggotaannya berupa individu yang beragama tertentu  7  dengan komunitas yang melampaui batas-batas etnis, bahasa dan geografis.


2. Manfaat Penelitian

a) Manfaat Teoritik

Penelitian ini hendaknya menginformasikan dan mengembangkan ide-ide yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya psikologi sosial.

b) Manfaat Praktis

- Bagi Remaja

Penelitian ini hendaknya menginformasikan dan mengembangkan ide-ide yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya psikologi sosial.

- Bagi Orang Tua

Orang tua dapat memahami upaya yang dilakukan untuk mengembangkan anak-anaknya menjadi anak yang teridentifikasi dengan baik melalui citra diri yang positif yang menghindari pemahaman radikal.

- Bagi Guru

Guru atau  sekolah dapat mengarahkan, mendidik dan membimbing anak didiknya dalam mencapai jati diri yang baik serta membekali mereka dengan pemahaman tentang pentingnya jati diri dalam potensi dasar remaja. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun